"Ibu Suri, saya tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi lagi. Jangan khawatir! Mohon Ibu Suri memberikan saya satu kesempatan lagi!" ujar Gilang dengan tergesa-gesa. Dia melakukan ini demi bisnis dan rencana ayahnya. Saat ini, dia tidak boleh kehilangan jabatan sebagai kepala eksekutor. "Kenapa kamu berlutut lagi? Aku hanya memberitahumu bahwa jabatan sebagai kepala eksekutor nggak mudah. Lagi pula, aku nggak menyalahkanmu. Aku tahu kamu kesulitan dan juga dijebak oleh seseorang." Senia menghampiri Gilang, lalu membantunya untuk berdiri."Ibu Suri, kelalaianku dalam menjalankan tugas ini tidak ada hubungannya dengan orang lain," timpal Gilang. Dia tidak sebodoh itu untuk menuruti kata-kata Senia. Senia berujar, "Dasar, pengalamanmu masih kurang. Hal ini terjadi karena ada orang lain yang menjebakmu. Kalau nggak, bagaimana mungkin bisa terjadi banyak peristiwa di istana kita? Tapi, aku mendukungmu. Aku juga berharap kamu dapat menjalankan jabatan ini dengan baik. Hanya saja, aku
Wira menyipitkan matanya dan sudah terpikirkan sesuatu. Namun, dugaan ini sungguh menakutkan. Jangan-jangan Raja Ararya ingin bekerja sama dengan beberapa raja lainnya. Untuk melakukan konspirasi?"Raja Kresna, kamu tentu tahu lebih banyak tentang Raja Ararya dibandingkan diriku. Apa kamu tahu tujuan Raja Ararya melakukan ini?" tanya Wira. Dia tidak berani berasumsi sembarangan dan hanya bisa menanyakan pendapat Raja Kresna. Mendengar ini, Raja Kresna menarik napas dalam-dalam. Dia menatap Wira dengan serius, lalu menjawab, "Apa yang bisa dia lakukan sekarang? Tentu saja ... merencanakan pemberontakan!"Wira sontak mengernyit. Ucapan Raja Kresna memang seperti yang sedang dia pikirkan, tetapi Wira merasa tidak senang. Merencanakan pemberontakan? Ini bukan masalah kecil. "Kalau Raja Ararya dan Raja Byakta benar-benar merencanakan pemberontakan, dampaknya pasti akan sangat mengerikan! Aku khawatir Kerajaan Agrel akan hancur dalam waktu yang sangat singkat!" sahut Wira. Wira tentu saja
"Apa kamu nggak takut aku membunuh kedua raja? Apa kamu nggak taku aku membuat konflik internal di Kerajaan Agrel?" tanya Wira dengan tidak senang. Raja Kresna tersenyum sambil menjawab, "Kalau terjadi konflik internal di Kerajaan Agrel, kamu juga nggak akan mendapatkan keuntungan."Wira juga merasa ucapan ini benar. Begitu terjadi perang, orang pertama yang akan dibunuh oleh Raja Ararya adalah dirinya. Selain itu, Raja Byakta juga akan memikirkan cara untuk membunuhnya. Jadi, Wira benar-benar dalam bahaya. "Hais .... Ibu Suri kalian benar-benar sangat licik!" seru Wira dengan kesal. Tatapannya penuh dengan amarah. Setelah membahas hal ini, Wira tidak memiliki jalan lain lagi. Dia hanya bisa menyetujuinya dengan terpaksa. "Masalah ini sebenarnya mudah ditangani. Kalian pergilah. Lihat apa yang akan Raja Ararya katakan," ujar Wira sambil menggeleng. Raja Ararya benar-benar membingungkan.Raja Kresna hanya menjawab dengan senyuman. Malam telah tiba. Saat ini, di sebuah penginapan yang
Raja Ararya memicingkan matanya dengan tatapan yang jelas kebingungan. Dia membatin, 'Apa yang ingin dilakukan Raja Ararya? Kenapa dia mengumpulkan semua orang di sini?'Saat ini, Raja Kresna juga tak kuasa bertanya dengan ekspresi muram, "Hmph! Aku juga penasaran. Apa yang sebenarnya ingin dia lakukan? Raja Ararya, mungkinkah kamu berniat untuk menghabisi kita semua di sini?"Giandra yang juga kebingungan pun bertanya, "Paman, aku juga ingin tahu, apa yang sebenarnya direncanakan olehmu?"Raja Byakta duduk di tempatnya sambil tersenyum dingin ke arah Raja Ararya. Kini, keempat raja telah berkumpul, tetapi pandangan mereka tertuju pada Raja Ararya. Bagaimanapun, mereka semua dipanggil olehnya ke sini.Raja Ararya hanya merespons dengan senyuman, lalu berkata, "Kalian nggak perlu panik. Aku mengumpulkan kalian hanya untuk meminta pendapat." Begitu kata-kata itu terucap, ketiga orang lainnya sontak tertegun."Meminta pendapat kami? Raja Ararya, apa maksudmu? Langsung katakan saja," tanya
Usai Raja Ararya mengutarakan pendapatnya, Raja Byakta langsung menanggapi seraya tersenyum, "Ternyata kamu berencana untuk membagi Kerajaan Agrel menjadi empat bagian, lalu masing-masing dari kita mendapatkan satu wilayah.""Itu memang ide yang bagus, tapi kita perlu memikirkan masalah kesenjangan ekonomi yang signifikan dalam Kerajaan Agrel. Siapa yang akan menguasai wilayah yang kurang makmur? Selain itu, siapa pula yang akan mendapatkan ibu kota negara?" tanya Raja Byakta.Hal ini juga merupakan masalah yang perlu dipikirkan. Bagaimanapun, suku-suku besar di Kerajaan Agrel yang berpusat di ibu kota sangatlah makmur, tetapi suku lainnya jauh lebih miskin. Apabila mendapatkan suku lain yang kurang makmur, mungkin lebih baik tidak kebagian wilayah sama sekali. Justru jauh lebih nyaman untuk menjalani kehidupan sebagai raja di ibu kota.Sebenarnya, Raja Ararya yang mengusulkan ide ini juga belum memikirkan solusinya. Akan tetapi, dia tetap berkata, "Meskipun ini cukup rumit, kita masih
Raja Ararya tampak sangat kesal, tetapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Nyatanya, saat ini dia memang tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk bersaing dengan Raja Byakta dalam hal menguasai ibu kota.Meskipun hatinya penuh dengan ketidakpuasan, Raja Ararya juga tak memiliki pilihan lain. Itu sebabnya, dia berkata, "Baiklah, ibu kota akan menjadi milikmu!" Usai mengatakan itu, dia mendengus dingin, lalu melanjutkan, "Sekarang, kita sudah bisa membahas tentang rencana pemberontakan, 'kan?"Akan tetapi, Raja Kresna malah menggeleng seraya menegaskan, "Aku nggak akan terlibat dalam pemberontakan ini. Pada hari kalian beraksi, aku akan tinggal di kediaman dan nggak akan keluar."Begitu mendengar perkataannya, Raja Byakta dan Raja Ararya hanya tersenyum. Jelas, mereka sudah menduga bahwa sikap Raja Kresna akan seperti ini. Bagaimanapun, Raja Kresna tidak pernah terlibat dalam urusan politik semacam itu. Akan tetapi, mereka tidak terlalu peduli dengan keputusannya. Malam di mana mereka be
Danu tertegun sejenak, dia agak kebingungan. Wira menyahut, "Benar, dia itu sohibku."Danu yang penasaran bertanya, "Um ... Kak Wira, siapa dia?"Bagi Danu, Wira sangat hebat. Jadi, mana mungkin orang biasa bisa menjadi sohib Wira? Meskipun Danu dan lainnya telah mengikuti Wira untuk waktu yang lama, hubungan mereka hanya sebatas saudara. Hal ini karena sering kali mereka tidak mampu memahami Wira.Menurut pemahaman Danu, sohib adalah orang yang sangat memahami kita. Di seluruh Kerajaan Agrel, orang yang bisa menjadi sohib Wira benar-benar sangat sedikit."Sudahlah, siapkan perjamuan makan malam. Nanti malam aku mau bersenang-senang!" ujar Wira yang merasa sangat antusias. Dia menyimpan surat itu dan menunggu dengan tenang.Saat tengah malam, hanya ada Wira di ruang kerja. Kala ini, dia sudah selesai membuat hotpot dan menyiapkan arak, lalu menunggu kedatangan tamunya.Tak lama kemudian, pintu ruang kerja diketuk. Wira pun tersenyum dan berkata, "Pintunya nggak ditutup. Masuk saja."Se
Biantara tampak kebingungan, dia melirik Wira sekilas dan berujar, "Dari dulu, wanita nggak pernah memegang kekuasaan. Ini aturan yang diturunkan oleh leluhur. Wira, kamu begitu pintar. Apa kamu nggak tahu masalah akan timbul kalau wanita yang memegang kekuasaan?"Wira langsung tertawa setelah mendengar perkataan Biantara. Sebenarnya, hal ini tidak bisa disamaratakan. Selain para pria yang memang tidak berkompeten, belum tentu pria bisa mengendalikan kekuasaan lebih baik daripada wanita.Wira yang berasal dari kehidupan modern tentu tahu bahwa pria dan wanita itu setara. Bukan hanya itu, bahkan posisi wanita lebih tinggi dari pria. Umumnya, para wanita yang mengelola keuangan di dalam keluarga. Jika ingin menjalani kehidupan yang baik, seorang pria harus menuruti kehendak istrinya.Hal seperti ini menjadi pilihan sebagian besar pria. Mereka menyerahkan gaji dan keuangan mereka kepada sang istri. Kehidupan mereka mungkin tidak sempurna, tapi yang pasti tidak buruk. Tentu saja, itu masih
Joko dan Zaki sedang mengatur orang-orang untuk memindahkan persediaan bahan makanan. Saat ini, Zaki tampak terpikir akan sesuatu, lalu berbisik, "Menurutmu, apakah pasukan Wira akan menyerang kita?"Mendengar pertanyaan itu, Joko mengerutkan alisnya sedikit. Setelah berpikir beberapa saat, dia perlahan menyahut, "Sulit dipastikan. Tapi, karena ada kemungkinan seperti itu, kita tentu harus berhati-hati.""Lagi pula, kalau kita sudah menyelesaikan pemindahan ini, meskipun mereka menyerang, mereka hanya akan menemui kehancuran."Zaki mengangguk setuju. Dari sudut pandangnya, tampaknya tidak ada masalah dengan rencana ini.Setelah beberapa saat, Joko kembali mengernyit dan bertanya, "Masalahnya, kita akan menyimpan bahan makanan ini di mana? Nggak mungkin kita cuma memindahkannya tanpa tujuan, 'kan?"Zaki terdiam sejenak. Memang mereka belum memikirkan hal itu secara matang. Setelah merenung beberapa saat, dia menimpali, "Kalau begitu, sebaiknya kita pilih tempat yang aman dan tersembunyi
Di pihak Wira, ketika melihat waktu sudah hampir tiba, Adjie dan Hayam langsung membawa 500 prajurit untuk berkumpul.Di lapangan luar perkemahan, Wira menatap kedua orang itu dan berkata, "Kalau misi ini berhasil, aku akan menyiapkan pesta kemenangan untuk kalian!"Mendengar perkataan Wira, Adjie dan Hayam menjadi sangat bersemangat. Setelah memberi hormat, mereka segera melompat ke atas kuda. Setelah itu, pasukan mereka mulai bergerak dengan cepat menuju perkemahan pasukan utara.Melihat Adjie dan Hayam melaju kencang ke medan perang, Wira menghela napas panjang. Di malam yang gelap gulita ini memang sangat cocok untuk serangan mendadak.Di belakang Wira, Arhan, Agha, dan Nafis berdiri tegap. Setelah beberapa saat, mereka mendekati Wira. Nafis berkata sambil memberi hormat, "Tuan, udara malam cukup dingin. Sebaiknya kamu masuk untuk istirahat."Wira mengangguk. Setelah kembali ke dalam tenda, dia menatap ketiga orang itu dan berucap, "Pesan dari Jenderal Trenggi sudah sampai. Mereka
Mendengar perkataan Darsa, Kahlil langsung tersenyum dan mengangguk. Dia berkata, "Benar, seperti itu. Hanya dengan cara ini kita bisa benar-benar menyelesaikan masalah. Selain itu, entah musuh akan menyerang kita atau nggak, dari sudut pandang kita saat ini, ini adalah strategi terbaik."Darsa merasa sangat bersemangat mendengar itu. Setelah berpikir beberapa saat, dia tersenyum sambil mengangguk, lalu bertanya, "Strategi ini memang bagus. Bagaimana dengan kalian berdua? Ada ide lain?"Joko dan Zaki berpandangan, lalu mengangguk ringan. Setelah beberapa saat, keduanya tersenyum dan berujar, "Kalau memang seperti ini, ini jelas adalah rencana yang bagus. Justru ini adalah yang terbaik saat ini."Melihat keduanya tidak keberatan, Darsa pun tersenyum dan berucap, "Kalau begitu, kita akan mengikuti rencana ini. Tapi, pertama-tama kita harus memastikan rencana ini memiliki peluang keberhasilan yang cukup tinggi."Mendengar itu, semua orang mengangguk. Setelah berpikir sejenak, Joko menatap
Begitu mendengarnya, ekspresi semua orang langsung berubah. Zaki yang paling tidak sabaran pun mengernyit. Setelah berpikir beberapa saat, dia berkata dengan nada tidak percaya, "Kamu sudah gila?""Kalau kita melakukan itu, bukankah musuh bisa dengan mudah membakar semua persediaan kita? Ide ini nggak ada bedanya dengan langsung memberi tahu mereka kalau di sini ada pangan!"Darsa menyadari bahwa Kahlil belum selesai berbicara. Melihatnya disela oleh Zaki, dia segera mengerutkan kening dan menegur dengan tegas, "Kenapa kamu terburu-buru? Biarkan Kahlil menyelesaikan ucapannya!"Zaki langsung terdiam, menyusutkan lehernya sedikit, lalu kembali menatap Kahlil.Kahlil terkekeh-kekeh. Setelah beberapa saat, dia menunjuk peta sambil berucap, "Sebenarnya ini cukup sederhana. Kita bisa menggunakan persediaan sebagai umpan.""Dengan cara ini, kalau musuh benar-benar mencoba menargetkan persediaan kita, mereka akan masuk ke dalam perangkap kita dan kita bisa melakukan penyergapan."Mendengar it
Mendengar ucapan Darsa, semua orang mengangguk pelan. Joko yang berdiri di samping segera menangkupkan tangan dan berkata, "Kalau begitu, biarkan kami yang mengatur segalanya. Tuan, jangan khawatir!"Melihat Joko menerima tugas itu, Darsa mengangguk.Saat ini, Kahlil yang berdiri di sampingnya mengerutkan dahi. Setelah berpikir sejenak, dia maju dan berkata, "Tuan, aku punya rencana. Tapi, aku nggak tahu ini pantas untuk dikatakan atau nggak."Sebelum Darsa sempat menanggapi, Zaki yang berdiri di dekatnya langsung menegur, "Kamu bicara apa? Kamu nggak lihat betapa pusingnya Tuan Darsa memikirkan masalah ini? Apa yang bisa kamu pikirkan sekarang?"Darsa pun menegur Zaki balik. Saat ini, mereka sedang menghadapi kesulitan besar. Justru karena itu, jika ada informasi atau ide baru, dia harus mendengarnya terlebih dahulu.Akhirnya, Zaki menunduk, sementara Kahlil maju dan berkata, "Tuan, ada yang ingin kutanyakan. Kalau musuh yang mulai menyerang kita, kenapa kita hanya bertahan tanpa mela
Zaki ikut tertawa. Setelah dua kali mengalami kekalahan besar di tangan Wira, kini dia sangat ingin mengulitinya hidup-hidup.Namun, Joko yang berdiri di sampingnya mengernyit dan berkata dengan suara berat, "Sekarang ini, kita belum boleh terlalu senang."Zaki hendak membantah, tetapi ketika melihat wajah Darsa juga tampak serius, dia merasa bingung. Sambil mengernyit, dia bertanya, "Kenapa? Bukankah mendapat tambahan 10.000 pasukan dari Jenderal Besar adalah kabar baik?"Darsa tersenyum pahit, sementara Joko langsung menjawab, "Itu memang kabar baik, tapi jangan lupa kalau di belakang Wira masih ada Trenggi. Sekarang, Trenggi telah menguasai kota-kota di selatan. Tentu saja, dia juga bisa mengirim lebih banyak pasukan."Semua orang yang mendengar itu mengangguk ringan.Zaki yang awalnya bersemangat menjadi termangu. Setelah terdiam beberapa saat, dia bergumam, "Aku nggak memikirkan itu sebelumnya. Kalau begitu, kita dalam masalah."Darsa mengernyit dan berujar, "Sekarang situasinya s
Di pihak pasukan utara, Joko dan yang lainnya telah kembali bersama pasukan mereka. Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa situasi akan menjadi serumit ini.Melihat Zaki, Joko, dan Kahlil yang kembali untuk melapor, Darsa berkata dengan suara rendah, "Kalian bertiga tetap di sini, yang lainnya keluar dulu."Mendengar itu, semua orang memberi hormat, lalu berbalik dan keluar dari tenda. Setelah hanya tersisa tiga orang di dalam, Zaki mengerutkan alis dan bertanya, "Tuan, kita mengalami kerugian besar kali ini. Kenapa kita harus mundur?"Yang mengusulkan mundur adalah Joko. Joko pun sudah lebih dulu mengirim kabar kepada Darsa melalui merpati pos saat perjalanan pulang.Setelah mengetahui situasinya, Darsa memang langsung memerintahkan mereka untuk mundur. Karena itu, begitu kembali, Zaki segera menanyakan alasannya.Darsa memberi isyarat agar mereka duduk, lalu berkata, "Kali ini kita mengalami kerugian besar di tangan musuh. Kita kehilangan lebih dari 10.000 prajurit. Kalau kita teru
Mendengar itu, Trenggi segera meraih surat dari tangan mata-mata. Setelah membaca isinya, dia mengerutkan alis. Dia tidak menyangka situasi menjadi begitu rumit, hingga kedua belah pihak kini terjebak dalam pertempuran sengit.Memikirkan hal itu, dia langsung merobek surat itu dan berucap, "Segera panggil semua wakil jenderal! Kumpul di kediaman wali kota sekarang juga!"Pengawal pribadi di samping Trenggi segera memberi hormat, lalu bergegas membawa orang-orang menuju kediaman wali kota.Setelah semua berkumpul, Trenggi berjalan ke depan dengan langkah besar. Melihatnya, semua orang langsung menangkupkan tangan memberi hormat."Nggak perlu basa-basi! Buka peta perang sekarang juga!" Dengan suara lantang, Trenggi memberi perintah agar peta dibentangkan.Setelah melihat lokasinya, dia mengetukkan jarinya 2 kali pada Pulau Hulu, lalu menunjuk arah lain sambil berkata dengan suara rendah, "Gunung Sembilan Naga .... Jadi, pasukan Tuan Wira terjebak di sana. Kita harus segera mengirim bala
Melihat Hayam dan Adjie telah setuju, Wira mengangguk pelan. Dia menatap keduanya sambil berkata, "Kalau begitu, tugas ini kuserahkan kepada kalian berdua. Kalian harus sangat berhati-hati! Segalanya harus dilakukan sesuai dengan rencana Adjie!"Hayam mengangguk tanpa ragu. Namun, Wira masih merasa sedikit khawatir. Dia bertanya, "Adjie, 500 orang cukup? Perlu kutambahkan pasukan untukmu?"Mendengar ini, Adjie segera menjawab dengan suara tegas, "Jangan khawatir! Lima ratus orang sudah lebih dari cukup!"Wira pun mengangguk setuju setelah mendengar jawaban itu. Setelah rencana mereka diputuskan, Wira berujar lagi, "Hari ini semua orang telah berjuang seharian. Lebih baik sekarang kita istirahat. Adjie dan Hayam, besok kalian jalankan rencana seperti yang telah disepakati!"Semua orang mengangguk, memberi hormat, lalu mundur untuk beristirahat.Setelah mereka pergi, Wira menoleh ke arah wakil jenderalnya dan berucap dengan suara rendah, "Rencana sudah ditetapkan. Sebelumnya aku menyuruh