Kemudian, orang ini mengedipkan matanya dan berucap, "Wira, kamu memang menarik ...."....Setelah Biantara mati, pasukan Kerajaan Agrel menjadi incaran banyak pihak. Semua orang mengawasi dengan ketat dan melancarkan trik untuk menguasai pasukan Kerajaan Agrel. Hanya saja, Ibu Suri belum mencampuri urusan ini. Namun, dia malah membiarkan Raja Kresna dan Raja Tanuwi ikut campur dalam masalah ini.Tentu saja, Raja Byakta adalah orang yang paling antusias. Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk menguasai pasukan Kerajaan Agrel. Bukan hanya itu, Raja Byakta juga berniat membuat kekacauan. Sesudah Biantara mati, pasukan Kerajaan Agrel menjadi kacau balau."Sialan!" maki Raja Ararya. Raut wajahnya menjadi muram. Sekalipun Raja Ararya sudah turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini, dia tetap merasa sangat kesal."Ayah, hanya dalam 2 hari, ada 7 ketua pasukan ibu kota Kerajaan Agrel disogok oleh Raja Byakta dengan uang yang sangat banyak. Yang kita tahu cuma 7 orang, tapi mungkin saja ma
Gilang berucap lagi, "Ayah, tapi aku nggak yakin sekarang Raja Tanuwi dan Raja Kresna punya pemikiran untuk menguasai negara."Gilang khawatir Raja Tanuwi dan Raja Kresna bukan hanya tidak berminat untuk berbagi kekuasaan, sebaliknya mereka adalah pendukung Ibu Suri.Tentu saja, Raja Ararya memahami hal ini. Namun, dia malah tertawa sinis dan menimpali, "Siapa yang nggak mau menjadi penguasa kerajaan? Jadi, kamu nggak perlu khawatir. Siapa pun akan tergerak saat dihadapkan dengan keuntungan."Gilang segera menyela, "Ayah, kalau berbuat seperti ini, mungkin kita nggak bisa mundur lagi. Ayah harus pertimbangkan baik-baik."Bagaimanapun, ini adalah aksi pemberontakan. Raja Ararya yang telah membuat keputusan berujar, "Dalam setiap pertarungan, pasti ada yang menang dan kalah. Sang pemenang akan menjadi penguasa, inilah hukum rimba."Kala ini, muncul masalah lagi di dalam pasukan Kerajaan Agrel. Para bawahan melapor secara bergantian."Raja Ararya, Tuan Gilang, muncul bandit di kota bagian
"Ibu Suri, saya tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi lagi. Jangan khawatir! Mohon Ibu Suri memberikan saya satu kesempatan lagi!" ujar Gilang dengan tergesa-gesa. Dia melakukan ini demi bisnis dan rencana ayahnya. Saat ini, dia tidak boleh kehilangan jabatan sebagai kepala eksekutor. "Kenapa kamu berlutut lagi? Aku hanya memberitahumu bahwa jabatan sebagai kepala eksekutor nggak mudah. Lagi pula, aku nggak menyalahkanmu. Aku tahu kamu kesulitan dan juga dijebak oleh seseorang." Senia menghampiri Gilang, lalu membantunya untuk berdiri."Ibu Suri, kelalaianku dalam menjalankan tugas ini tidak ada hubungannya dengan orang lain," timpal Gilang. Dia tidak sebodoh itu untuk menuruti kata-kata Senia. Senia berujar, "Dasar, pengalamanmu masih kurang. Hal ini terjadi karena ada orang lain yang menjebakmu. Kalau nggak, bagaimana mungkin bisa terjadi banyak peristiwa di istana kita? Tapi, aku mendukungmu. Aku juga berharap kamu dapat menjalankan jabatan ini dengan baik. Hanya saja, aku
Wira menyipitkan matanya dan sudah terpikirkan sesuatu. Namun, dugaan ini sungguh menakutkan. Jangan-jangan Raja Ararya ingin bekerja sama dengan beberapa raja lainnya. Untuk melakukan konspirasi?"Raja Kresna, kamu tentu tahu lebih banyak tentang Raja Ararya dibandingkan diriku. Apa kamu tahu tujuan Raja Ararya melakukan ini?" tanya Wira. Dia tidak berani berasumsi sembarangan dan hanya bisa menanyakan pendapat Raja Kresna. Mendengar ini, Raja Kresna menarik napas dalam-dalam. Dia menatap Wira dengan serius, lalu menjawab, "Apa yang bisa dia lakukan sekarang? Tentu saja ... merencanakan pemberontakan!"Wira sontak mengernyit. Ucapan Raja Kresna memang seperti yang sedang dia pikirkan, tetapi Wira merasa tidak senang. Merencanakan pemberontakan? Ini bukan masalah kecil. "Kalau Raja Ararya dan Raja Byakta benar-benar merencanakan pemberontakan, dampaknya pasti akan sangat mengerikan! Aku khawatir Kerajaan Agrel akan hancur dalam waktu yang sangat singkat!" sahut Wira. Wira tentu saja
"Apa kamu nggak takut aku membunuh kedua raja? Apa kamu nggak taku aku membuat konflik internal di Kerajaan Agrel?" tanya Wira dengan tidak senang. Raja Kresna tersenyum sambil menjawab, "Kalau terjadi konflik internal di Kerajaan Agrel, kamu juga nggak akan mendapatkan keuntungan."Wira juga merasa ucapan ini benar. Begitu terjadi perang, orang pertama yang akan dibunuh oleh Raja Ararya adalah dirinya. Selain itu, Raja Byakta juga akan memikirkan cara untuk membunuhnya. Jadi, Wira benar-benar dalam bahaya. "Hais .... Ibu Suri kalian benar-benar sangat licik!" seru Wira dengan kesal. Tatapannya penuh dengan amarah. Setelah membahas hal ini, Wira tidak memiliki jalan lain lagi. Dia hanya bisa menyetujuinya dengan terpaksa. "Masalah ini sebenarnya mudah ditangani. Kalian pergilah. Lihat apa yang akan Raja Ararya katakan," ujar Wira sambil menggeleng. Raja Ararya benar-benar membingungkan.Raja Kresna hanya menjawab dengan senyuman. Malam telah tiba. Saat ini, di sebuah penginapan yang
Raja Ararya memicingkan matanya dengan tatapan yang jelas kebingungan. Dia membatin, 'Apa yang ingin dilakukan Raja Ararya? Kenapa dia mengumpulkan semua orang di sini?'Saat ini, Raja Kresna juga tak kuasa bertanya dengan ekspresi muram, "Hmph! Aku juga penasaran. Apa yang sebenarnya ingin dia lakukan? Raja Ararya, mungkinkah kamu berniat untuk menghabisi kita semua di sini?"Giandra yang juga kebingungan pun bertanya, "Paman, aku juga ingin tahu, apa yang sebenarnya direncanakan olehmu?"Raja Byakta duduk di tempatnya sambil tersenyum dingin ke arah Raja Ararya. Kini, keempat raja telah berkumpul, tetapi pandangan mereka tertuju pada Raja Ararya. Bagaimanapun, mereka semua dipanggil olehnya ke sini.Raja Ararya hanya merespons dengan senyuman, lalu berkata, "Kalian nggak perlu panik. Aku mengumpulkan kalian hanya untuk meminta pendapat." Begitu kata-kata itu terucap, ketiga orang lainnya sontak tertegun."Meminta pendapat kami? Raja Ararya, apa maksudmu? Langsung katakan saja," tanya
Usai Raja Ararya mengutarakan pendapatnya, Raja Byakta langsung menanggapi seraya tersenyum, "Ternyata kamu berencana untuk membagi Kerajaan Agrel menjadi empat bagian, lalu masing-masing dari kita mendapatkan satu wilayah.""Itu memang ide yang bagus, tapi kita perlu memikirkan masalah kesenjangan ekonomi yang signifikan dalam Kerajaan Agrel. Siapa yang akan menguasai wilayah yang kurang makmur? Selain itu, siapa pula yang akan mendapatkan ibu kota negara?" tanya Raja Byakta.Hal ini juga merupakan masalah yang perlu dipikirkan. Bagaimanapun, suku-suku besar di Kerajaan Agrel yang berpusat di ibu kota sangatlah makmur, tetapi suku lainnya jauh lebih miskin. Apabila mendapatkan suku lain yang kurang makmur, mungkin lebih baik tidak kebagian wilayah sama sekali. Justru jauh lebih nyaman untuk menjalani kehidupan sebagai raja di ibu kota.Sebenarnya, Raja Ararya yang mengusulkan ide ini juga belum memikirkan solusinya. Akan tetapi, dia tetap berkata, "Meskipun ini cukup rumit, kita masih
Raja Ararya tampak sangat kesal, tetapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Nyatanya, saat ini dia memang tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk bersaing dengan Raja Byakta dalam hal menguasai ibu kota.Meskipun hatinya penuh dengan ketidakpuasan, Raja Ararya juga tak memiliki pilihan lain. Itu sebabnya, dia berkata, "Baiklah, ibu kota akan menjadi milikmu!" Usai mengatakan itu, dia mendengus dingin, lalu melanjutkan, "Sekarang, kita sudah bisa membahas tentang rencana pemberontakan, 'kan?"Akan tetapi, Raja Kresna malah menggeleng seraya menegaskan, "Aku nggak akan terlibat dalam pemberontakan ini. Pada hari kalian beraksi, aku akan tinggal di kediaman dan nggak akan keluar."Begitu mendengar perkataannya, Raja Byakta dan Raja Ararya hanya tersenyum. Jelas, mereka sudah menduga bahwa sikap Raja Kresna akan seperti ini. Bagaimanapun, Raja Kresna tidak pernah terlibat dalam urusan politik semacam itu. Akan tetapi, mereka tidak terlalu peduli dengan keputusannya. Malam di mana mereka be
"Terima kasih, Nona Wendi. Kamu ini memang sangat hebat. Kalau obat penyembuh luka ini dijual, pasti akan ada banyak orang dari wilayah barat sampai ke Provinsi Yonggu yang ingin membelinya," kata Dwija dengan segera.Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, Dwija selalu berkelana di dunia persilatan dan sudah melihat banyak obat yang luar biasa. Namun, ini pertama kalinya dia merasakan obat yang memiliki efek yang begitu luar biasa. Sungguh luar biasa!Namun, Wendi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengiakan perkataan Dwija dengan tenang dan terus mengamati Agha yang sedang bertarung.Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Agha tetap terus bertarung dengan Saka. Mereka saling menyerang dan bertahan dengan sengit. Untungnya, dia juga bukan orang biasa, kekuatannya tentu saja tidak boleh diremehkan. Meskipun senjatanya tidak begitu cocok, dia tetap melawan musuhnya dengan luar biasa.Sebaliknya, Saka memang masih bisa menahan serangan Agha, tetapi dia tahu jelas kekuatannya m
"Kita tetap harus membuat mereka tunduk dulu. Lagi pula, aku juga sudah lama nggak berduel dengan orang lain. Hari ini adalah kesempatan yang baik untuk meregangkan otot-ototku," jawab Saka sambil tersenyum sinis dan langsung berada di hadapan Agha.Tak lama kemudian, dia menarik pedangnya dan langsung menyerang kepala Agha. Jika terkena serangan itu, Agha pasti akan mati atau terluka parah.Agha segera mengangkat kedua paling ke atas kepala dan bersiap menahan serangan Saka.Terdengar suara yang nyaring saat kedua senjata berbenturan dan keduanya juga langsung mundur dua langkah."Jenderal Saka ini memang hebat, bahkan Agha pun terpaksa mundur beberapa langkah. Sepertinya, gelar orang terkuat di wilayah barat ini memang bukan omong kosong. Kalau dia nggak kuat, mungkin sekarang tubuhnya sudah hancur berkeping-keping," kata Wira dengan tenang.Wira tadi terus mengamati pertarungan kedua pria itu, sehingga dia tahu Agha tidak menahan dirinya dan langsung mengeluarkan serangan mematikan.
Jika terkena serangan itu, Dwija pasti akan langsung mati. Namun, karena pertarungan sebelumnya, lengannya sudah tidak bisa diangkat lagi dan kecepatannya juga berkurang banyak. Selain itu, pedangnya juga terlempar agak jauh, mustahil baginya untuk menahan serangan ini.Saat pedangnya hampir mengenai tenggorokan Dwija, Saka malah menghentikan langkahnya. Dia menatap Wira dengan dingin dan berkata dengan tenang, "Kemampuan anak buahmu ternyata hanya begitu. Awalnya aku pikir dia sangat hebat. Ternyata sudah menyergap pun, dia tetap nggak bisa melukaiku.""Sepertinya, kalian hanya bisa menindas orang seperti kakakku saja. Kalau melawan kami, hasil akhirnya kalian juga tetap sama."Melihat ekspresi Saka yang meremehkan, Wira sangat ingin mengeluarkan pistolnya dan langsung menembak Saka. Saka sudah bersekongkol dengan orang seperti Yasa, berarti Saka ini juga bukan orang baik dan tentu saja tidak boleh dibiarkan hidup lebih lama. Namun, jika dia membunuh Saka, mereka akan kehilangan pelin
"Bagus sekali. Sepertinya kamu cukup hebat. Kalau begitu, biar aku lihat seberapa hebat kemampuanmu," kata Saka yang tertawa, bukannya marah. Dia menghunus pedangnya dan segera bertarung dengan Dwija."Aku juga ingin melihat seberapa hebat kemampuan kalian," kata Dwija.Para prajurit tetap mengelilingi Wira dan kelompoknya, sama sekali tidak memedulikan Dwija. Bahkan para wakil jenderal yang berdiri di belakang Dwija juga tidak bergerak. Terdengar beberapa komentar dari kerumunan itu."Anak ini ternyata ingin menantang Jenderal. Kalau tahu begitu, kita nggak perlu repot-repot menggunakan begitu banyak trik.""Jenderal tentu saja akan memberinya kesempatan itu.""Kekuatan Jenderal nggak tertandingi. Bahkan di seluruh wilayah barat ini, nggak ada yang bisa menandinginya.""Orang ini benar-benar nggak tahu diri. Cari masalah sendiri.""Mereka sudah menyakiti kakaknya, mana mungkin Jenderal akan melepaskan mereka begitu saja. Sekarang kebetulan dia bisa memberi mereka pelajaran."Namun, Wi
Sejak Wira membawa mereka ke wilayah barat, Agha dan Dwija sudah tahu perjalanan ini akan sangat berbahaya. Jika tidak memiliki tekad yang kuat, mereka tidak mungkin mengikuti Wira sampai sejauh ini. Begitu juga dengan Wendi."Kamu memang berani dan cerdik, hampir saja berhasil menipuku. Tapi, apa benar kita nggak punya dendam? Kamu mungkin nggak mengenalku, tapi aku kenal kamu. Kamu nggak mungkin sudah melupakan Tuan Yasa yang baru saja mati di tanganmu secepat ini, 'kan? Kelihatannya kamu masih muda, harusnya ingatanmu nggak seburuk itu," kata Saka sambil perlahan-lahan mendekati Wira.Sementara itu, wakil jenderal itu juga sudah kembali berdiri di belakang Saka.Wira akhirnya mengerti apa yang sudah terjadi, ternyata semua ini karena dia sudah menyinggung Yasa. Sebelumnya, dia masih tidak mengerti mengapa Yasa yang begitu tidak berlogika itu bisa berkuasa di tempat itu begitu lama. Apakah tidak ada orang di Provinsi Tengah yang sanggup melawan Yasa? Mengapa pejabat di sana juga tida
"Api unggun ini masih hangat, berarti mereka masih belum pergi terlalu lama. Kita juga datang dengan menunggang kuda, mereka mungkin sudah menyadari kedatangan kita. Tapi, meskipun mereka hebat, mereka juga nggak mungkin bisa berlari secepat itu. Mana mungkin nggak ada jejak mereka di sekitar sini," kata pria itu.Pria itu terus berjalan mondar-mandir dan sesekali mengetuk kepalanya sendiri, entah apa yang sedang dipikirkannya.Semua orang berdiri dengan rapi di belakang pria itu. Kelihatan jelas, mereka sudah dilatih secara profesional dan pasti adalah pasukan elite di wilayah barat. Namun, alasan mereka tiba-tiba datang ke sini masih menjadi misteri dan ini juga yang masih dipikirkan Wira.Namun, Wira merasa sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal ini. Prioritas mereka sekarang adalah mencari cara untuk melarikan diri dari sana secepat mungkin. Ini adalah keputusan terbaik."Jenderal, kami menemukan beberapa mayat di sini dan pakaian mereka sudah dilepas. Sepertinya mereka adalah
Sementara itu, Dwija yang berdiri di samping menyilangkan tangannya dan berkata, "Masih perlu dipikirkan lagi? Ini pasti ulah guru agung di samping Senia itu. Sekarang kita sudah datang ke wilayah barat ini, ini adalah wilayah kekuasaannya. Setelah tiba di sini, kita tentu saja selalu berada di bawah kendalinya. Kalau benar-benar dia yang bersembunyi di balik ini, situasi kita benar-benar buruk."Wira tidak mengatakan apa-apa, tetapi apa yang dikatakan Dwija memang benar. Jika keadaannya memang demikian, situasi mereka benar-benar buruk. Setiap langkah mereka selanjutnya akan penuh dengan hambatan dan berada di bawah kendali Panji.Agha tiba-tiba berkata, "Kak Wira, sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Bukankah kita sebaiknya memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini? Orang-orang ini dilengkapi dengan senjata dan mengenakan zirah juga. Kalau kita melawan mereka, takutnya ...."Meskipun biasanya Agha adalah pria tangguh yang suka langsung berkelahi dengan orang lain, buk
"Kak Wira, sepertinya ada orang yang datang," kata Agha yang berdiri terlebih dahulu dan menatap ke kejauhan."Kenapa tiba-tiba ada begitu banyak orang yang datang ke tempat terpencil seperti ini? Dilihat dari cara mereka, sepertinya mereka mau berkelahi. Jangan-jangan di wilayah barat ini juga sering terjadi perang?" kata Wira dengan ekspresi serius, lalu segera bangkit dan menatap orang-orang yang terus mendekat itu.Sulit untuk melihat dengan jelas berapa banyak orang yang datang karena jaraknya masih cukup jauh. Namun, didengar dari suara langkah kuda, bisa ditebak jumlah orang yang datang pasti banyak.Melihat semua itu, ekspresi Wira langsung berubah dan secara refleks mundur beberapa langkah. Dia melihat orang-orang di sampingnya dan segera berkata, "Sekarang kita masih nggak tahu maksud kedatangan mereka, sebaiknya kita sembunyi dulu. Mungkin saja mereka bukan datang untuk mencari kita."Semua orang langsung menganggukkan kepala. Menghadapi kerumunan seperti itu, mereka tentu s
Menjelang fajar, Wira dan yang lainnya baru berhenti untuk beristirahat. Mereka membuat api unggun dan memanggang hasil buruan."Kak Wira, orang-orang ini benar-benar misterius. Mereka sampai tinggal di tempat terpencil seperti ini. Apa mereka sama sekali nggak berhubungan dengan orang luar? Bagaimana mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari?" tanya Agha sambil menikmati daging buruannya.Setahu Agha, orang yang biasanya memiliki kemampuan luar biasa tidak akan memilih tinggal di tempat seperti ini, orang itu pasti akan menunjukkan kehebatannya. Bukan hanya untuk membuktikan kemampuannya, tetapi untuk meningkatkan kualitas hidupnya juga.Agha tidak mengerti mengapa orang-orang dari Lembah Duka ini memilih untuk tinggal di sini. Dengan kemampuan mereka, mereka bisa berkuasa ke mana pun mereka pergi.Wira malah tersenyum dan berkata, "Orang yang benar-benar bijak biasanya memilih untuk tinggal di tempat terpencil seperti ini dan menenangkan diri. Reputasi dan kekayaan sudah nggak berarti ba