Namun, masalah ini belum sempat disembunyikan. Saat ini, banyak orang di ibu kota Kerajaan Agrel tahu tentang hal ini. Senia tentu saja mengetahui rencana hari ini sejak awal. Raja Byakta, bahkan Rendra juga mengetahuinya.Kala ini, Raja Byakta yang duduk di dalam tandu tersenyum dan berkata, "Wira memang hebat, tapi masih belum cukup .... Biantara nggak bisa disingkirkan. Sudahlah, aku akan membantunya!"Raja Byakta tersenyum. Setelah terdiam sejenak, dia menggerak-gerakkan jarinya dan berujar, "Sampaikan pesan kepada Raja Ararya, seorang bawahan memanfaatkan kekuasaan majikannya untuk memberi perintah."Kemudian, sosok di luar tandu mengiakannya, lalu berkelebat dan menghilang di kegelapan. Tak lama kemudian, muncul seorang pria berbaju hitam di depan pintu masuk kediaman Raja Ararya. Dia membunuh beberapa bawahan kediaman Raja Ararya dan berujar kepada bawahan lain yang tampak terkejut, "Beri tahu Raja Ararya, seorang bawahan memanfaatkan kekuasaan majikannya untuk memberi perintah.
Keesokan paginya, Raja Ararya pergi ke istana untuk melapor bahwa semalam Biantara tiba-tiba meninggal karena penyakit lamanya kambuh. Jadi, hari ini Raja Ararya memohon kepada Ibu Suri untuk menyerahkan posisi kepala eksekutor pasukan Kerajaan Agrel kepada putranya, Gilang. Raja Ararya merasa pasti tidak ada yang menentang perkataannya.Kemudian, Raja Byakta yang maju terlebih dahulu dan menyampaikan pendapatnya, "Raja Ararya, posisi kepala eksekutor nggak boleh asal diserahkan kepada orang lain. Gilang memang berbakat, tapi dia masih terlalu muda. Pasukan pertahanan di ibu kota sangat penting, jadi aku nggak tenang menyerahkan posisi ini kepada Gilang.""Lagi pula, kelak Gilang akan mewarisi posisimu. Pada saat itu, apa kamu akan menyuruh cucumu untuk menduduki posisi kepala eksekutor? Kalau begitu, bukankah pasukan Kerajaan Agrel akan sepenuhnya menjadi milik kediaman Raja Ararya?" lanjut Raja Byakta sambil tertawa.Raut wajah Raja Ararya menjadi masam setelah mendengar ucapan Raja
Raja Ararya menyipitkan matanya dan mengangguk, sedangkan Raja Byakta langsung menyetujui saran Senia. Ini adalah jalan tengah, mereka berdua pun hanya bisa menerimanya.Setelah pembahasan ini selesai, Wira pergi ke istana Ibu Suri lagi. Senia, Raja Kresna, dan Wira berada di dalam ruang kerja.Wira yang memulai pembicaraan, "Masalahnya sudah berkembang menjadi seperti sekarang ini, jadi kita hanya perlu mengamati situasinya dulu. Raja Ararya dan Raja Byakta pasti akan beraksi. Sekalipun mereka nggak bertindak, kita juga bisa melancarkan aksi secara diam-diam."Ini adalah siasat Wira yang kedua. Mereka hanya perlu menunggu Raja Ararya dan Raja Byakta bertarung, lalu mengambil keuntungan dari pertarungan kedua raja ini.Raja Kresna tertawa dan berkomentar, "Benar, biarkan saja mereka berebut!"Senia yang merasa bersyukur melirik Wira sekilas. Meskipun baru berhasil menghabisi Biantara saja, Senia tetap terkejut dengan begitu banyak perubahan yang terjadi. Bahkan, Senia sendiri tidak bis
Senia merasa sangat senang dirinya memutuskan untuk mendesak Wira datang ke Kerajaan Agrel. Hanya dalam belasan hari, Wira bisa menghasilkan pencapaian yang begitu luar biasa. Senia benar-benar takjub. Dia yang selama ini mempunyai banyak taktik juga kagum dengan pemikiran Wira yang genius.Wira juga tersenyum. Jika masalah selanjutnya bisa lebih sederhana, tentu saja Wira bisa santai untuk beberapa hari. Hanya saja, Wira sangat menyayangkan kematian Biantara. Kalau bukan karena Biantara harus mati, Wira bisa merekrut Biantara.Raja Ararya memang membunuh Biantara. Namun, Biantara telah mengabdi kepadanya selama bertahun-tahun. Jadi, Raja Ararya tetap menyiapkan peti mati berkualitas bagus untuk Biantara, lalu memakamkannya. Walaupun semua ini dilakukan secara rahasia, Pasukan Bayangan sudah mengetahuinya dan ini merupakan permintaan Wira.Saat tengah malam, Danu mengikuti Wira naik ke atas gunung. Mereka berdua berdiri di depan sebuah kuburan. Wira mendesah dan bertanya, "Danu, apa ka
Kemudian, orang ini mengedipkan matanya dan berucap, "Wira, kamu memang menarik ...."....Setelah Biantara mati, pasukan Kerajaan Agrel menjadi incaran banyak pihak. Semua orang mengawasi dengan ketat dan melancarkan trik untuk menguasai pasukan Kerajaan Agrel. Hanya saja, Ibu Suri belum mencampuri urusan ini. Namun, dia malah membiarkan Raja Kresna dan Raja Tanuwi ikut campur dalam masalah ini.Tentu saja, Raja Byakta adalah orang yang paling antusias. Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk menguasai pasukan Kerajaan Agrel. Bukan hanya itu, Raja Byakta juga berniat membuat kekacauan. Sesudah Biantara mati, pasukan Kerajaan Agrel menjadi kacau balau."Sialan!" maki Raja Ararya. Raut wajahnya menjadi muram. Sekalipun Raja Ararya sudah turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini, dia tetap merasa sangat kesal."Ayah, hanya dalam 2 hari, ada 7 ketua pasukan ibu kota Kerajaan Agrel disogok oleh Raja Byakta dengan uang yang sangat banyak. Yang kita tahu cuma 7 orang, tapi mungkin saja ma
Gilang berucap lagi, "Ayah, tapi aku nggak yakin sekarang Raja Tanuwi dan Raja Kresna punya pemikiran untuk menguasai negara."Gilang khawatir Raja Tanuwi dan Raja Kresna bukan hanya tidak berminat untuk berbagi kekuasaan, sebaliknya mereka adalah pendukung Ibu Suri.Tentu saja, Raja Ararya memahami hal ini. Namun, dia malah tertawa sinis dan menimpali, "Siapa yang nggak mau menjadi penguasa kerajaan? Jadi, kamu nggak perlu khawatir. Siapa pun akan tergerak saat dihadapkan dengan keuntungan."Gilang segera menyela, "Ayah, kalau berbuat seperti ini, mungkin kita nggak bisa mundur lagi. Ayah harus pertimbangkan baik-baik."Bagaimanapun, ini adalah aksi pemberontakan. Raja Ararya yang telah membuat keputusan berujar, "Dalam setiap pertarungan, pasti ada yang menang dan kalah. Sang pemenang akan menjadi penguasa, inilah hukum rimba."Kala ini, muncul masalah lagi di dalam pasukan Kerajaan Agrel. Para bawahan melapor secara bergantian."Raja Ararya, Tuan Gilang, muncul bandit di kota bagian
"Ibu Suri, saya tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi lagi. Jangan khawatir! Mohon Ibu Suri memberikan saya satu kesempatan lagi!" ujar Gilang dengan tergesa-gesa. Dia melakukan ini demi bisnis dan rencana ayahnya. Saat ini, dia tidak boleh kehilangan jabatan sebagai kepala eksekutor. "Kenapa kamu berlutut lagi? Aku hanya memberitahumu bahwa jabatan sebagai kepala eksekutor nggak mudah. Lagi pula, aku nggak menyalahkanmu. Aku tahu kamu kesulitan dan juga dijebak oleh seseorang." Senia menghampiri Gilang, lalu membantunya untuk berdiri."Ibu Suri, kelalaianku dalam menjalankan tugas ini tidak ada hubungannya dengan orang lain," timpal Gilang. Dia tidak sebodoh itu untuk menuruti kata-kata Senia. Senia berujar, "Dasar, pengalamanmu masih kurang. Hal ini terjadi karena ada orang lain yang menjebakmu. Kalau nggak, bagaimana mungkin bisa terjadi banyak peristiwa di istana kita? Tapi, aku mendukungmu. Aku juga berharap kamu dapat menjalankan jabatan ini dengan baik. Hanya saja, aku
Wira menyipitkan matanya dan sudah terpikirkan sesuatu. Namun, dugaan ini sungguh menakutkan. Jangan-jangan Raja Ararya ingin bekerja sama dengan beberapa raja lainnya. Untuk melakukan konspirasi?"Raja Kresna, kamu tentu tahu lebih banyak tentang Raja Ararya dibandingkan diriku. Apa kamu tahu tujuan Raja Ararya melakukan ini?" tanya Wira. Dia tidak berani berasumsi sembarangan dan hanya bisa menanyakan pendapat Raja Kresna. Mendengar ini, Raja Kresna menarik napas dalam-dalam. Dia menatap Wira dengan serius, lalu menjawab, "Apa yang bisa dia lakukan sekarang? Tentu saja ... merencanakan pemberontakan!"Wira sontak mengernyit. Ucapan Raja Kresna memang seperti yang sedang dia pikirkan, tetapi Wira merasa tidak senang. Merencanakan pemberontakan? Ini bukan masalah kecil. "Kalau Raja Ararya dan Raja Byakta benar-benar merencanakan pemberontakan, dampaknya pasti akan sangat mengerikan! Aku khawatir Kerajaan Agrel akan hancur dalam waktu yang sangat singkat!" sahut Wira. Wira tentu saja
Shafa juga buru-buru menyatakan sikapnya. Dia memang cerdas. Di zaman sekarang, jika ingin memiliki pijakan yang kokoh, seseorang tentu harus memiliki nilai pada diri sendiri. Mereka tidak mungkin terus mengandalkan Wira seumur hidup.Pada akhirnya, orang yang paling bisa diandalkan hanya diri sendiri. Jika terus mengandalkan Wira, mungkin suatu saat Wira akan merasa illfeel pada mereka. Hasilnya pun akan menjadi sangat buruk.Wira tidak melontarkan sepatah kata pun sejak tadi. Jika ingin membujuk Doddy, semua tergantung kemampuan Shafa.Doddy menggosok telapak tangannya sambil tertawa dengan canggung. Kemudian, dia menggeleng dan berkata, "Kamu mungkin nggak tahu aku nggak tertarik pada wanita. Orang-orang yang mengurusku juga para prajuritku. Aku nggak suka wanita masuk ke kamarku. Aku nggak suka aroma di tubuh mereka."Shafa tak kuasa termangu. Dia tahu Wira punya beberapa istri. Wajar juga jika pria punya banyak istri. Sementara itu, Doddy yang terkenal dan memegang kekuasaan milit
Di dalam kereta kuda. Melihat ekspresi Kaffa dan Shafa yang sangat waspada, Wira tersenyum dan bertanya, "Kenapa kalian berdua nggak berbicara?"Setelah ragu sejenak, Kaffa berkata dengan pelan, "Kak Wira, aku baru tahu identitasmu, aku tentu saja nggak berani berbicara sembarangan di depanmu. Kalau aku salah bicara, kemungkinan besar akan ...."Sebelum Kaffa selesai berbicara, Shafa segera mendorong lengannya. Mendapat isyarat itu, dia pun segera menghentikan kata-katanya.Wira menggelengkan kepala dan berkata sambil tersenyum, "Shafa, aku tahu kepribadian kakakmu, jadi aku nggak akan menyalahkan kalian. Meskipun dia salah bicara, apa masalahnya? Bukankah aku tetap menganggap kalian sebagai teman? Kalau nggak, aku nggak akan membiarkan kalian duduk di kereta kudaku."Danu berkata dengan nada ramah, "Benar. Kakakku sudah menganggap kalian berdua sebagai teman, jadi kalian perlu begitu formal di depan kakakku. Kalau nggak, berarti kalian meremehkan kakakku dan kakakku akan marah."Setel
Orang lain mungkin tidak akan berani mendambakan hal ini seumur hidupnya."Oh ya. Sejak kapan kamu tahu identitas Kak Wira?" tanya Kaffa lagi karena dia sama sekali tidak mendapatkan petunjuk apa pun. Bahkan saat menerima liontin giok dan melihat ekspresi Danu, dia juga tidak berani membayangkan Kak Wira di depannya adalah Wira yang terkenal itu. Ini benar-benar seperti dongeng yang tidak mungkin terjadi, tetapi kenyataannya memang begitu.Shafa perlahan-lahan berkata, "Sebenarnya aku juga baru mengetahui semuanya beberapa waktu yang lalu. Dia meminta kita memanggilnya Kak Wira, ditambah lagi senjata rahasianya itu, dan sikapnya dalam bertindak, semua itu sudah cukup bagiku untuk menebak identitasnya.""Lagi pula, senjata rahasia yang bernama pistol itu hanya Kak Wira yang punya di seluruh dunia ini, orang lain nggak punya senjata rahasia seperti itu. Kalau dia bisa membawa pistol itu, mana mungkin dia orang lain lagi."Shafa termasuk orang yang berpengetahuan luas, dia tentu saja bisa
Setelah semuanya sudah diatur dengan baik dan hampir sampai di depan pintu penjara bawah tanah, Wira memberikan instruksi pada Danu, "Oh ya. Jangan memberi tahu terlalu banyak orang tentang kepulanganku kali ini, terutama Tuan Osmaro."Jika ingin kembali secara terang-terangan, Wira tentu saja tidak akan menggunakan cara seperti ini. Dia juga akan membiarkan anggota jaringan mata-mata melindunginya di sepanjang perjalanan, sehingga tidak akan terjadi begitu banyak kejadian seperti ini. Namun, dia memiliki pertimbangannya sendiri dan memilih lebih baik tidak mengungkapkan kepulangannya agar tidak memicu masalah."Semuanya sesuai dengan pengaturan Kakak," jawab Danu sambil menganggukkan kepala dengan tegas. Selama ini, dia selalu memegang prinsip yaitu selalu patuh pada Wira tanpa syarat. Meskipun Wira memerintahnya untuk mati, dia juga tidak akan ragu sedikit pun. Beginilah ikatan persaudaraan mereka."Aku nggak menyangka orang yang membantu kita adalah Wira yang terkenal itu. Pantas sa
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak