Share

Bab 514

Author: Arif
Dalam perjalanan dari Kota Pusat Pemerintahan Jagabu hingga Kabupaten Uswal, kelompok Putro sudah bertemu dengan banyak penduduk miskin. Saat melihat kereta kuda mereka, para penduduk miskin akan langsung mengerumuni mereka.

Untungnya, penglihatan kusir Keluarga Gumilar cukup bagus. Dia buru-buru berkata, “Tuan Fabrian, mereka bukan penduduk miskin, melainkan Tuan Wahyudi yang keluar untuk menyambut kita.”

Saat masih di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, Wira sering bertamu ke Kediaman Gumilar. Jadi, semua pelayan dan pengawal Keluarga Gumilar pernah melihat Wira.

“Paman Wira?” tanya Fabrian sambil mengusap matanya. Setelah jarak mereka semakin dekat, dia buru-buru berteriak, “Paman Putro, Paman Wira keluar untuk menyambut kita! Dia juga membawa banyak orang!”

Setelah mendengar teriakan Fabrian, Putro, Gentala, Pramana, serta Lingga pun membuka tirai kereta kuda mereka dan langsung terkejut.

Wira berdiri di paling depan, sedangkan para penduduk dusun mengibarkan spanduk yang bertuliskan:

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 515

    Namun, situasi ini terlihat lebih menyenangkan. Hanya saja, Pramana dan Lingga malah mengerutkan kening mereka dan merasa para penduduk dusun sangat tidak sopan. Apa para penduduk dusun ini tidak tahu mereka seharusnya memberi hormat dengan cara seperti apa?“Aku hanyalah seorang sarjana tingkat tertinggi dari 30 tahun yang lalu. Mana bisa aku dibandingkan dengan kamu.” Kemudian, Putro menerima pengeras suara dari Wira dan berkata, “Semuanya, aku merasa sangat terhormat karena bisa datang mengajar di kampung halaman Wahyudi. Jangan kira aku hanya basa-basi. Setelah lewat 10-20 tahun, kalian akan tahu betapa beruntungnya kalian!”“Tuan Putro, kami sudah tahu betapa beruntungnya kami sekarang! Kalau bekerja di tempat lain, kami hanya dapat makan bubur dua kali sehari. Itu pun nggak kenyang! Tapi bekerja untuk Kak Wira, kami diberi makan daging dua kali sehari dan sebulan juga dapat gaji ribuan gabak!”“Bukan hanya begitu, Kak Wira juga bagi-bagi sabun dan pakaian kepada kami. Waktu tahun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 516

    Begitu masuk ke dusun, Lingga dan Pramana pun merasa agak terkejut. Jalan di dusun sudah diaspal dan terasa seperti berjalan di kediaman mereka sendiri. Saat hendak makan, kedua orang itu saling memandang lagi.Jamuan ini diadakan di lantai teratas bangunan tiga tingkat yang terbuka sehingga mereka bisa menikmati pemandangan langit yang indah. Namun, tidak ada makanan lezat yang tersedia di sana, selain sebuah panci besar yang berisi air mendidih. Di sampingnya, terletak piring-piring berisi daging mentah, sayur-sayuran, berbagai macam bakso, dan mi.Lingga dan Pramana saling melirik, lalu berpikir, ‘Ternyata orang desa memang nggak punya koki. Sekarang, mereka malah mau kami masak sendiri sambil makan.’Setelah semua orang duduk di tempat masing-masing, Putro pun bertanya sambil tersenyum, “Wira, cara makan baru apa yang kamu ciptakan ini? Cepat jelaskan padaku!”Fabrian juga bertanya dengan terburu-buru, “Paman Wira, cara makan ini kelihatannya sangat istimewa. Rasanya seharusnya ena

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 517

    Wira tahu Pramana dan Lingga sepertinya agak keberatan untuk makan, tetapi dia juga tidak memedulikan mereka. Bagaimanapun, mereka adalah sarjana provinsi. Wajar saja mereka tidak bersedia datang ke Dusun Darmadi. Namun, tidak peduli apa pun yang mereka pikirkan, Wira tidak akan peduli selama mereka masih bersikap sopan.Fabrian mengambil sebuah bakso sapi, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Begitu menggigitnya, isi dari bakso sapi itu pun merembes ke mulutnya. Dia bertanya dengan bingung, “Paman Wira, bakso sapi ini enak banget! Dalamnya juga ada isi! Apa namanya?”Wira bercanda, “Namanya bakso kencing sapi!”Mata Fabrian langsung berbinar. Dia buru-buru menuangkan sisa bakso sapi itu ke dalam panci dan berkata dengan gembira, “Aku suka bakso kencing sapi ini! Jangan rebutan sama aku ya!”Putro mengambil sebuah bakso sapi itu dan memakannya. Setelah itu, dia juga tertawa dan berkata, “Wira, namanya sesuai banget! Isian bakso sapi ini memang terasa kayak aliran kencing! Mantap!”Gental

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 518

    Di Kerajaan Nuala, ada banyak makanan yang jauh lebih lezat daripada hotpot. Dengan status dan kedudukan orang-orang ini, mereka pasti sudah sering makan makanan lezat. Namun, mereka tidak pernah makan hotpot. Jadi, pengalaman ini pun membuat mereka terlena.Kelima orang itu makan dengan lahap dan menghabiskan sepiring demi sepiring daging, bakso, dan sayuran yang ada di meja.Kruyuk! Melihat kelima orang yang makan dengan lahap itu, perut Lingga juga mulai memprotes. Pada saat yang sama, dia juga merasa ada yang tidak beres. Jika makanan itu memang tidak enak, tidak mungkin mereka terus bersandiwara dan memakannya. Sampai sekarang, guru, senior-seniornya, dan Fabrian masih makan dengan sangat lahap. Apa makanan ini memang sangat enak?Saat ini, Putro yang sudah mulai kenyang pun melirik muridnya itu dan berkata, “Bukannya biasanya kamu cukup pintar? Kenapa sekarang aku merasa kamu kayak orang bodoh? Cepat makan!”Sebenarnya, Putro sudah mengetahui pemikiran murid-muridnya itu. Hanya s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 519

    “Beraninya kamu ngomongin mereka. Waktu pertama kali makan hotpot, kamu juga langsung main rebut!”“I ... itu karena hotpot yang dibuat Kak Wira terlalu enak!”“Ya sudah. Pokoknya, jangan mengatai orang di belakang! Mereka datang untuk mengajari anak-anak kita!”Sekelompok penduduk dusun diam-diam berdiskusi. Saat Wira, Putro, dan yang lainnya makan hotpot di lantai atas, mereka sedang berada di bawah untuk menyiapkan makanan. Jadi, mereka tahu jelas apa yang sudah terjadi.Pramana dan Lingga langsung malu. Mereka tidak menyangka diri mereka yang merupakan sarjana provinsi akan ditertawakan para penduduk dusun gara-gara sebuah bakso sapi.Wira ingin menegur para penduduk dusun dan menyuruh mereka untuk tidak mengungkit masalah ini lagi, tetapi Putro malah menghentikannya dan berkata sambil tersenyum, “Wira, nggak usah. Siapa yang nggak pernah mengatai orang di belakang dan siapa yang bisa terlepas dari gunjingan orang? Lagian, mereka juga nggak berniat jahat!”Wira pun mengangguk sambi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 520

    “Mikroskop?” Sekelompok orang itu menatap alat aneh di hadapan mereka Mereka tidak tahu bagaimana cara penggunaannya.Wira pun menjelaskan prinsip dasarnya, lalu mendemonstrasikan cara penggunaannya.“Prinsip alat optik, kaca cembung dan cekung. Ini pengetahuan ilmu fisika!” Lingga yang cerdas segera membalik halaman buku fisika yang dia baca sebelumnya dan menemukan bab yang berisi prinsip alat optik. Kemudian, dia pun menjadi sangat antusias.Pramana yang masih agak skeptis menjulurkan jarinya ke bawah mikroskop dan melihat rambut-rambutnya yang halus menjadi sangat kasar. Dia pun merasa sangat terkejut. Setelah itu, dia meletakkan kaca yang berisi tetesan air di bawah mikroskop dan melihat bakteri yang bergerak di dalam, lalu berseru terkejut, “Be ... benar-benar ada bakteri di dalam air!”“Aku mau lihat!” Lingga sudah tidak sabar dan langsung mendorong Pramana yang masih tertegun. Kemudian, dia menunduk untuk melihat ke dalam mikroskop dan tertegun untuk sesaat sebelum berseru deng

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 521

    Putro dan murid-muridnya berkumpul di sekitar model pergerakan benda-benda langit itu. Ekspresi mereka pun terlihat berbeda-beda. Putro dan Gentala terlihat seakan-akan sudah menyadari sesuatu, sedangkan Fabrian, Pramana, dan Lingga terlihat tidak percaya.“Ini bumi, matahari, bulan, dan lima planet lainnya, yaitu Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus. Selain itu, ada bintang kutub juga. Mereka berotasi seperti ini!” Wira mendemonstrasikan model tersebut sambil menjelaskan tentang perubahan jarak antara bumi dan matahari yang menyebabkan perubahan empat musim.Putro dan Gentala mengangguk mengerti, sedangkan Fabrian, Danu, Lestari, dan Dian terlihat kebingungan. Di sisi lain, Pramana dan Lingga mengerutkan kening sambil menggeleng.“Nggak mungkin!” Lingga yang paling pertama membantah, “Kalau bumi itu bola besar yang ada di ruang hampa, itu berarti tiga konstelasi dan dua puluh delapan rasi bintang juga adalah sesuatu yang melayang di ruang hampa. Kalau begitu, kenapa kita bisa ber

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 522

    Di bawah cahaya lampu, sisi taman bunga di dalam vila memancarkan cahaya warna-warni. Fabrian dan Lingga yang membawa lentera berjalan mendekati sisi taman bunga diikuti orang lainnya. Begitu melihat jelas, ternyata benda yang memancarkan sinar warna-warni adalah batu-batu permata kecil.Lingga bertanya dengan terkejut, “Menggunakan permata untuk menghias dinding taman bunga? Mewah banget!”Pramana mendesah, “Bahkan kediaman keluarga kerajaan juga nggak begitu mewah!”Fabrian terkekeh dan berkata, “Ini namanya bukan mewah, tapi boros. Ternyata Paman Wira lebih boros dariku lagi!”Gentala tersenyum masam, sedangkan Putro hanya merasa sedikit terkejut. Kemudian, dia pun berbalik dan masuk ke dalam rumah.Putro tahu bahwa mikroskop, teropong, maupun teleskop dibuat dengan menggunakan kristal yang transparan. Jadi, jelas saja Wira sudah membeli banyak kristal. Membeli tambahan permata kecil juga bukanlah apa-apa. Namun, begitu masuk ke dalam rumah, langkah Putro langsung terhenti.Empat or

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3204

    Saat ini, semua orang sudah tahu Adjie yang sebelumnya memimpin para perampok dari Desa Riwut untuk mengepung kemah pasukan utara, sehingga mereka mengakui kemampuannya. Justru karena alasan inilah, mereka ingin melihat bagaimana pendapat Adjie tentang masalah ini.Melihat banyak orang yang menatapnya, Adjie tersenyum dan berkata, "Hehe. Sebenarnya pemikiranku tentang masalah ini juga sama, nggak terlalu sulit. Kalau diperhatikan dengan saksama, pasukan utara sangat bergantung pada kavaleri. Jadi, kalau kita berhasil menghancurkan kavaleri ini, hal pertama yang akan dipikirkan mereka adalah bagaimana mencegah kehancurannya lebih lanjut."Semua orang langsung tertegun karena mereka benar-benar tidak terpikirkan hal ini.Beberapa saat kemudian, seseorang berkata dengan terkejut, "Yang kamu katakan sepertinya memang benar. Tapi, kelihatannya strategi ini juga tidak begitu menguntungkan bagi kita."Semua orang menganggukkan kepala karena mereka juga setuju dengan perkataan orang itu.Saat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3203

    Di dalam lereng bukit yang jaraknya tidak jauh dari kemah pasukan utara di Pulau Hulu, Wira dan yang lainnya sudah menyiapkan penyergapan dan kini sedang menunggu pasukan musuh mendekat.Saat semua orang sedang menunggu dengan cemas, beberapa orang di barisan depan mengernyitkan alis. Beberapa saat kemudian, salah seorang dari mereka berlari ke arah Wira dan berkata, "Tuan, mereka sepertinya sudah mundur, kini kita sudah bisa bergerak. Tapi, dilihat dari situasinya, mereka memang cukup kuat."Mendengar kabar musuh sudah mundur, Wira pun mengernyitkan alis. Menurutnya, musuhnya ini terlalu lemah, malah tidak berniat untuk menyerang.Beberapa saat kemudian, Adjie yang berdiri di samping tersenyum dan berkata, "Tuan, sepertinya Zaki ini mulai cerdik, nggak langsung menyerang kita. Menurutku, sekarang mereka mulai membuat strategi."Wira tersenyum saat mendengar perkataan itu dan berkata, "Hehe. Ternyata begitu, tapi yang paling penting sekarang adalah kita bisa menangkap mereka. Kalau mer

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3202

    Melihat Zaki dan Joko begitu tidak sabar, Darsa tersenyum dan berkata, "Hehe. Cara ini memang bisa berjalan, kita hanya perlu memindahkan medan perang ke arah selatan. Dengan begitu, kita bisa langsung menahan pasukan musuh di sana."Mendengar perkataan itu, kedua orang itu tertegun sejenak. Mereka merasa rencana ini mungkin bisa berjalan dengan baik, tetapi mereka harus memastikan rencana ini tidak bermasalah terlebih dahulu.Semua orang menganggukkan kepala.Setelah berpikir sejenak, Darsa yang sepertinya teringat sesuatu pun menoleh dan berkata pada Zaki dan Joko, "Kalian pergi siapkan tali perangkap kuda sebanyak mungkin, kita akan membalas musuh dengan cara yang sama."Zaki dan Joko langsung merasa sangat bersemangat saat mendengar perintah itu. Mereka segera merespons perintah itu dan segera pergi menyiapkan tali perangkap kuda.Saat ini, hanya tersisa Darsa dan para wakil jenderal yang berada di dalam tenda. Setelah mengumpulkan mereka, Darsa berkata, "Sekarang hanya sisa kalian

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3201

    Mengingat tali jebakan kuda, Zaki langsung mengumpat, "Tuan, aku menderita kerugian besar di tangan Wira sebelumnya juga karena tali perangkap kuda ini. Kali ini aku harus membuat mereka membayar perbuatan mereka."Darsa tersenyum karena dia juga tahu kerugian yang sudah dialami Zaki, lalu berkata, "Hehe. Aku sudah mendengar tentang hal itu. Musuh memang terlalu licik. Bukan hanya memasang tali perangkap kuda, mereka juga menebar paku kuda di jalur mundur. Benar-benar licik dan kejam."Zaki menganggukkan kepala karena situasi kali ini memang cukup sulit untuk dihadapi. Jika bukan karena tali perangkap kuda, dia tidak akan kehilangan ratusan kuda perang begitu saja. Oleh karena itu, saat mendengar Darsa akan menggunakan tali perangkap kuda, dia langsung menganggukkan kepala dengan sangat bersemangat.Joko yang berada di samping berkata, "Kalau hanya mengandalkan tali perangkap kuda, dampaknya nggak terlalu besar. Musuh akan menyerang dari atas bukit dan melewati pintu masuk lembah. Kala

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3200

    Mendengar kata dari selatan ke utara, Zaki dan Joko langsung tertegun dan kembali melihat peta di depan mereka.Setelah mengamati petanya dari sudut pandang berbeda, Zaki langsung terkejut sampai keringat dinginnya mengalir dan berkata dengan pelan, "Aku mengerti sekarang. Kalau tebakanku benar, mereka akan memblokir kita sepenuhnya di wilayah utara kalau mereka berhasil merebut Gunung Linang ini. Dengan begitu, seluruh wilayah dari Gunung Linang ke selatan akan dikuasai Wira."Mendengar perkataan itu, Darsa tersenyum.Setelah mendengar analisis Zaki, Joko yang berdiri di samping juga akhirnya mengerti situasinya dan berkata, "Ternyata begitu. Kalau begitu, selama pasukan Wira belum berhasil merebut Pulau Hulu dan bergerak ke Gunung Linang, mereka akan terus menyerang kita, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Sementara itu, Darsa menganggukkan kepala dan berkata, "Benar. Sekarang mereka sudah menggunakan rencana saluran air dan kavaleri untuk menyerang kita pun masih

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3199

    Zaki menambahkan, "Benar. Tuan, setelah memenangkan pertempuran ini, Wira pasti akan langsung pergi. Dia mana mungkin melancarkan serangan kedua."Mendengarkan perkataan keduanya, Darsa tersenyum dan berkata, "Aku tentu saja sangat yakin. Apa kalian tahu kenapa Wira bisa menyerang kita?"Kedua orang itu langsung tertegun sejenak karena sebelumnya mereka memang tidak memikirkan alasan di balik serangan itu.Zaki langsung tercengang sejenak, lalu berkata, "Tuan, bukankah mereka menyerang karena ingin merebut Pulau Hulu ini? Apa mereka punya tujuan lain?"Mendengar pertanyaan itu, Darsa tersenyum. Namun, dia tidak langsung menjawab, melainkan menatap Joko dan berkata sambil tersenyum, "Menurut kalian?"Joko juga tertegun karena dia tidak menyangka Darsa akan melemparkan pertanyaan ini padanya. Setelah berpikir sejenak, dia baru menjawab, "Menurutku, Wira memang ingin merebut Pulau Hulu ini. Tapi, apa mereka ada rencana di balik ini, aku masih belum terpikirkan."Semua orang juga langsung

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3198

    Mendengar Darsa memuji dan bahkan memberikan penilaian yang sangat tinggi terhadap orang yang bernama Adjie ini, Zaki mengernyitkan alis dan berkata, "Tuan, kenapa kamu malah memuji musuh kita? Menurutku, nggak peduli siapa pun dia, tombakku ini pasti akan membunuhnya."Semua orang sudah terbiasa dengan temperamen Zaki yang buruk, sehingga kebanyakan dari mereka hanya tersenyum.Beberapa saat kemudian, Joko yang berdiri di samping pun tersenyum dan berkata, "Orang ini memang pandai menyusun strategi. Kalau tebakanku nggak salah, rencana membuka saluran air ini pasti ide dari Adjie, 'kan?"Joko menatap Guntur yang sedang berlutut saat mengatakan itu, jelas sedang bertanya pada Guntur.Setelah tertegun sejenak, Guntur baru berkata, "Benar, dia juga yang mengatur strategi penyerangan kami tadi. Tapi, kami benar-benar nggak menyangka dia bisa begitu keterlaluan sampai menjadikan orang-orang dari Desa Riwut sebagai umpan."Zaki mendengus, lalu langsung menendang Guntur dan berteriak dengan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3197

    Mendengar perkataan Darsa, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, apa yang dikatakan Darsa memang masuk akal.Pada saat itu, pintu tenda tiba-tiba terbuka dan Joko berjalan masuk. Setelah memberi salam pada Zaki, dia menatap Darsa dan berkata, "Aku sudah menangani semua perintah Tuan Darsa, sekarang tinggal menunggu laporan dari mata-mata. Kami sudah mengerahkan banyak mata-mata. Kalau ada informasi, mereka pasti akan segera melaporkannya."Mendengar laporan itu, Darsa merasa sangat puas. Dia menatap semua orang dan berkata, "Baiklah. Karena semuanya sudah diatur, sekarang kita akan menyusun rencana perang. Bisa dipastikan para perampok di Desa Riwut sudah bergabung dengan pasukan Wira. Apa kita berhasil menangkap salah satu dari mereka?"Tepat pada saat itu, salah seorang wakil jenderal yang bertugas untuk membersihkan medan perang memberi hormat dan berkata, "Tuan, sebelumnya kami memang berhasil menangkap satu tahanan. Orang ini tadinya berpura-pura mati, tapi untungnya p

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3196

    Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status