Wira tahu Pramana dan Lingga sepertinya agak keberatan untuk makan, tetapi dia juga tidak memedulikan mereka. Bagaimanapun, mereka adalah sarjana provinsi. Wajar saja mereka tidak bersedia datang ke Dusun Darmadi. Namun, tidak peduli apa pun yang mereka pikirkan, Wira tidak akan peduli selama mereka masih bersikap sopan.Fabrian mengambil sebuah bakso sapi, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Begitu menggigitnya, isi dari bakso sapi itu pun merembes ke mulutnya. Dia bertanya dengan bingung, “Paman Wira, bakso sapi ini enak banget! Dalamnya juga ada isi! Apa namanya?”Wira bercanda, “Namanya bakso kencing sapi!”Mata Fabrian langsung berbinar. Dia buru-buru menuangkan sisa bakso sapi itu ke dalam panci dan berkata dengan gembira, “Aku suka bakso kencing sapi ini! Jangan rebutan sama aku ya!”Putro mengambil sebuah bakso sapi itu dan memakannya. Setelah itu, dia juga tertawa dan berkata, “Wira, namanya sesuai banget! Isian bakso sapi ini memang terasa kayak aliran kencing! Mantap!”Gental
Di Kerajaan Nuala, ada banyak makanan yang jauh lebih lezat daripada hotpot. Dengan status dan kedudukan orang-orang ini, mereka pasti sudah sering makan makanan lezat. Namun, mereka tidak pernah makan hotpot. Jadi, pengalaman ini pun membuat mereka terlena.Kelima orang itu makan dengan lahap dan menghabiskan sepiring demi sepiring daging, bakso, dan sayuran yang ada di meja.Kruyuk! Melihat kelima orang yang makan dengan lahap itu, perut Lingga juga mulai memprotes. Pada saat yang sama, dia juga merasa ada yang tidak beres. Jika makanan itu memang tidak enak, tidak mungkin mereka terus bersandiwara dan memakannya. Sampai sekarang, guru, senior-seniornya, dan Fabrian masih makan dengan sangat lahap. Apa makanan ini memang sangat enak?Saat ini, Putro yang sudah mulai kenyang pun melirik muridnya itu dan berkata, “Bukannya biasanya kamu cukup pintar? Kenapa sekarang aku merasa kamu kayak orang bodoh? Cepat makan!”Sebenarnya, Putro sudah mengetahui pemikiran murid-muridnya itu. Hanya s
“Beraninya kamu ngomongin mereka. Waktu pertama kali makan hotpot, kamu juga langsung main rebut!”“I ... itu karena hotpot yang dibuat Kak Wira terlalu enak!”“Ya sudah. Pokoknya, jangan mengatai orang di belakang! Mereka datang untuk mengajari anak-anak kita!”Sekelompok penduduk dusun diam-diam berdiskusi. Saat Wira, Putro, dan yang lainnya makan hotpot di lantai atas, mereka sedang berada di bawah untuk menyiapkan makanan. Jadi, mereka tahu jelas apa yang sudah terjadi.Pramana dan Lingga langsung malu. Mereka tidak menyangka diri mereka yang merupakan sarjana provinsi akan ditertawakan para penduduk dusun gara-gara sebuah bakso sapi.Wira ingin menegur para penduduk dusun dan menyuruh mereka untuk tidak mengungkit masalah ini lagi, tetapi Putro malah menghentikannya dan berkata sambil tersenyum, “Wira, nggak usah. Siapa yang nggak pernah mengatai orang di belakang dan siapa yang bisa terlepas dari gunjingan orang? Lagian, mereka juga nggak berniat jahat!”Wira pun mengangguk sambi
“Mikroskop?” Sekelompok orang itu menatap alat aneh di hadapan mereka Mereka tidak tahu bagaimana cara penggunaannya.Wira pun menjelaskan prinsip dasarnya, lalu mendemonstrasikan cara penggunaannya.“Prinsip alat optik, kaca cembung dan cekung. Ini pengetahuan ilmu fisika!” Lingga yang cerdas segera membalik halaman buku fisika yang dia baca sebelumnya dan menemukan bab yang berisi prinsip alat optik. Kemudian, dia pun menjadi sangat antusias.Pramana yang masih agak skeptis menjulurkan jarinya ke bawah mikroskop dan melihat rambut-rambutnya yang halus menjadi sangat kasar. Dia pun merasa sangat terkejut. Setelah itu, dia meletakkan kaca yang berisi tetesan air di bawah mikroskop dan melihat bakteri yang bergerak di dalam, lalu berseru terkejut, “Be ... benar-benar ada bakteri di dalam air!”“Aku mau lihat!” Lingga sudah tidak sabar dan langsung mendorong Pramana yang masih tertegun. Kemudian, dia menunduk untuk melihat ke dalam mikroskop dan tertegun untuk sesaat sebelum berseru deng
Putro dan murid-muridnya berkumpul di sekitar model pergerakan benda-benda langit itu. Ekspresi mereka pun terlihat berbeda-beda. Putro dan Gentala terlihat seakan-akan sudah menyadari sesuatu, sedangkan Fabrian, Pramana, dan Lingga terlihat tidak percaya.“Ini bumi, matahari, bulan, dan lima planet lainnya, yaitu Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus. Selain itu, ada bintang kutub juga. Mereka berotasi seperti ini!” Wira mendemonstrasikan model tersebut sambil menjelaskan tentang perubahan jarak antara bumi dan matahari yang menyebabkan perubahan empat musim.Putro dan Gentala mengangguk mengerti, sedangkan Fabrian, Danu, Lestari, dan Dian terlihat kebingungan. Di sisi lain, Pramana dan Lingga mengerutkan kening sambil menggeleng.“Nggak mungkin!” Lingga yang paling pertama membantah, “Kalau bumi itu bola besar yang ada di ruang hampa, itu berarti tiga konstelasi dan dua puluh delapan rasi bintang juga adalah sesuatu yang melayang di ruang hampa. Kalau begitu, kenapa kita bisa ber
Di bawah cahaya lampu, sisi taman bunga di dalam vila memancarkan cahaya warna-warni. Fabrian dan Lingga yang membawa lentera berjalan mendekati sisi taman bunga diikuti orang lainnya. Begitu melihat jelas, ternyata benda yang memancarkan sinar warna-warni adalah batu-batu permata kecil.Lingga bertanya dengan terkejut, “Menggunakan permata untuk menghias dinding taman bunga? Mewah banget!”Pramana mendesah, “Bahkan kediaman keluarga kerajaan juga nggak begitu mewah!”Fabrian terkekeh dan berkata, “Ini namanya bukan mewah, tapi boros. Ternyata Paman Wira lebih boros dariku lagi!”Gentala tersenyum masam, sedangkan Putro hanya merasa sedikit terkejut. Kemudian, dia pun berbalik dan masuk ke dalam rumah.Putro tahu bahwa mikroskop, teropong, maupun teleskop dibuat dengan menggunakan kristal yang transparan. Jadi, jelas saja Wira sudah membeli banyak kristal. Membeli tambahan permata kecil juga bukanlah apa-apa. Namun, begitu masuk ke dalam rumah, langkah Putro langsung terhenti.Empat or
Akhirnya, Putro, Fabrian, Gentala, Pramana, dan Lingga pun beristirahat.Keesokan paginya.Setelah selesai berlatih Wing Chun, Wira menjinjing kotak makanan dan pergi ke vila. Baru saja dia menaruh makanan-makanan itu di atas meja, Fabrian yang baru selesai mandi langsung mendekat, lalu memindahkannya ke lantai. Kemudian, dia berkata dengan nada menyalahkan, “Paman Wira, nggak boleh merusak barang berharga yang begitu langka! Kita makan di lantai saja!”Fabrian memang boros, tetapi dia tidak pernah menghambur-hamburkan uang dalam jumlah besar. Jika bertemu barang berharga yang langka, dia akan tetap memperlakukannya dengan hati-hati.“Fabrian, ini cuma sepotong kristal kok. Memangnya kenapa kalau rusak?” Wira menaruh kembali makanan-makanan itu ke meja dan bertanya, “Apa meja ini lebih berharga dari persahabatan aku dan Kak Putro?”Sekarang, pabrik kelima sudah bisa memproduksi kaca dengan semakin cepat. Jadi, kaca tidak termasuk benda berharga yang langka. Jika memang rusak, Wira ting
Dusun Darmadi memang hanyalah dusun kecil. Namun, Pramana dan Lingga dapat makan makanan enak dan tinggal di vila yang jendelanya terbuat dari kristal. Selain itu, mereka juga bisa mendalami ilmu matematika, fisika, dan kimia, mengamati pergerakan benda-benda langit, serta mendidik penduduk dusun. Ini adalah kehidupan yang bahagia bagi mereka. Mengenai ujian kerajaan, mereka juga bisa meminta bimbingan Putro kapan saja. Jadi, mereka tentu saja tidak bersedia pergi.Putro berkata dengan serius, “Beberapa saat yang lalu, istana baru menurunkan dekrit seperti itu. Aku khawatir ada pejabat korup yang akan cari masalah sama Wira. Dia sama sekali nggak punya bawahan yang merupakan sarjana. Kalau ketemu masalah begini, dia harus selalu turun tangan sendiri. Kalian itu keturunan keluarga bangsawan dan punya sedikit reputasi di kota provinsi. Dengan mengikutinya dalam perjalanan ini, kalian juga bisa membantunya kalau terjadi sesuatu.”Pramana mengangguk, lalu berkata, “Lingga, ayo main gunti
Sekarang Leli tiba-tiba mengirim surat, Wira merasa agak terkejut. Apakah terjadi sesuatu di Kerajaan Nuala? Jika benar begitu, dia tidak mungkin mengirim surat.Wira menggelengkan kepala dan membuka surat itu, mungkin dia sudah berpikir terlalu berlebihan. Namun, begitu membaca isi surat itu, wajahnya langsung menjadi pucat dan tangannya mulai bergetar."Tuan, ada apa?" tanya kedua pengawal yang segera maju untuk memapah Wira.Wira langsung menyimpan surat itu di sakunya, lalu menggertakkan giginya dan berkata dengan suara yang agak bergetar, "Kalian berdua pergi ke dua arah. Yang satu pergi ke Gedung Nomor Satu dan harus segera membawa Dokter Arifin ke sini.""Satunya lagi pergi hubungi Danu, Agha, dan yang lainnya untuk segera berkumpul di aula utama. Meskipun mereka sedang sibuk, suruh mereka tinggalkan urusan penting itu dulu. Bilang ini perintahku."Isi surat itu membuat Wira sangat terkejut. Meskipun hanya beberapa kata singkat, hatinya langsung tergerak. "Nyawa Nona Lucy teranc
"Sepertinya suamiku ini memang sangat disukai. Selama kamu sudah membuat keputusan dan nggak gegabah saja. Apa pun yang kamu ingin lakukan, aku pasti akan tetap menemanimu," kata Karina yang segera mendukung. Menurutnya, ini juga termasuk sebuah jalan keluar, setidaknya bisa memecahkan situasi mereka saat ini.Senia sudah bukan dirinya yang dahulu lagi. Dia yang sekarang penuh dengan ambisi, bahkan menjadikan guru agung sebagai orang kepercayaannya. Semua keputusannya harus didiskusikan dengan guru agung dan inilah yang paling menakutkan.Sejak awal, guru agung ini memang memiliki niat buruk dan sudah menciptakan begitu banyak hak yang jahat. Orang seperti ini tidak seharusnya berada di wilayah tandus di utara, jelas akan membawa bencana besar bagi wilayah ini.Namun, Karina hanya seorang wanita, tidak memiliki kekuatan untuk mengubah situasi saat ini. Lebih baik dia mengubah keadaan di wilayah tandus di utara, mungkin dengan begini dunia ini juga bisa kembali stabil. Tidak ada yang in
Kresna menyadari bukan hanya ingin memanfaatkannya untuk membunuh orang dan membuatnya bertentangan dengan Wira, Senia juga berencana untuk menyingkirkannya dan merebut kekuasaannya. Benar-benar satu langkah yang membawa banyak keuntungan. Mengapa dia tidak menyadari kecerdikan Senia sebelumnya? Kelihatannya, dia benar-benar sudah meremehkan Senia.Karina berkata, "Aku tahu Raja nggak bisa menahan amarah ini dan juga membenci kejahatan. Tapi, Raja juga harus memikirkan keluarga kita. Lebih baik hidup menderita daripada mati sia-sia. Kita nggak membunuh seluruh keluarga kita hanya demi kepentingan pribadi.""Kamu sudah memimpin pasukan selama bertahun-tahun, aku rasa kamu lebih tahu ini dari siapa pun bahwa seratus ribu pasukan ini nggak akan bisa mengancam Senia ataupun membuat Senia takut padamu.""Ini mungkin adalah hasil yang diinginkan Senia. Begitu kamu benar-benar memberontak, semua hasil jerih payahmu termasuk tanah, para rakyat, dan pasukan kita semuanya akan jatuh ke tangan Se
"Raja, kamu mungkin masih nggak tahu situasi sekarang. Sebagian besar pasukanmu sudah ditarik, yang berarti sekarang pasukanmu nggak sampai tiga ratus ribu lagi. Hanya tersisa sekitar seratus ribuan saja ...," lanjut Karina.Kata-kata Karina langsung membuat Kresna terkejut, lalu matanya membelalak dan berkata, "Mana mungkin! Semua token militernya masih ada di tanganku dan para bawahanku itu juga hanya patuh pada perintahku. Meskipun Senia sangat hebat, para jenderal di bawah komandoku juga nggak akan terpengaruh. Jadi, jumlah pasukanku harusnya nggak berkurang. Kamu sedang menipuku ya?"Sebenarnya, Kresna juga tahu Karina tidak mungkin menipunya. Hubungan mereka sangat dekat dan saling memercayai. Meskipun sebelumnya situasinya sangat berbahaya, Karina juga rela tetap berada di sisinya dan menghadapi hidup atau mati bersamanya. Bahkan sampai sekarang pun demikian.Kresna percaya Karina tidak akan sengaja menjauh darinya dalam situasi berbahaya seperti ini, apalagi mengatakan kata-kat
Di mata semua orang, Doly sudah menjadi pengkhianat yang tidak termaafkan. Keadaannya bisa terpuruk seperti sekarang, dia mereka benar-benar menyedihkan dan menggelikan."Tuan Wira, aku akan kembali ke kamarku untuk beristirahat dulu. Tubuhku masih terluka, jadi harap Tuan Wira bisa memakluminya," kata Doly. Melihat Wira menganggukkan kepala, dia pun pergi.Pada saat yang bersamaan, Wira juga bergegas kembali ke kamarnya. Semua urusan sudah hampir selesai, sekarang dia benar-benar perlu beristirahat. Dia sudah tidak tidur selama satu hari satu malam dan sekarang dia merasa sangat lelah.Setibanya di kamar, Wira langsung tertidur. Selain itu, dia juga sudah memerintahkan pengawal yang berjaga di luar untuk tidak membangunkannya jika tidak ada hal yang mendesak. Masalah di wilayah tandus di utara dan bencana banjir sudah selesai diatasi, dia akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.....Di Kerajaan Agrel.Setelah perjalanan selama beberapa hari, Senia dan rombongannya akhirnya sudah kembali k
"Untuk sementara ini nggak perlu," kata Wira sambil melambaikan tangan pada Doly.Doly berkata dengan tegas, "Orang itu sangat keras kepala, mungkin hanya Dokter Arifin yang punya kemampuan untuk membuatnya berbicara. Sekarang kita harus segera mencari cara untuk menghadapi makhluk beracun itu sebelum Senia kembali ke wilayah tandus di utara dan mengembangkan lebih banyak makhluk beracun. Ini akan menjadi bencana bagi rakyat.""Aku tahu Tuan Wira selalu mengutamakan kebaikan dan kesejahteraan rakyat, kamu pasti nggak ingin melihat hal itu terjadi, 'kan? Saat itu aku juga melawan Senia karena hal ini dan akhirnya aku terancam mati. Kalau nggak ada bantuan Tuan Wira, mungkin sekarang aku sudah mati."Dia ingin segera mengetahui kebenarannya bukan karena dendam pribadi. Meskipun suatu hari nanti Senia kalah dan berdiri di hadapannya, dia juga tidak akan sanggup membunuh Senia. Bagaimanapun juga, dia tidak pernah menganggap Senia sebagai musuhnya. Mungkin semua ini hanya karena perbedaan p
Wira menunggu respons dari Nayara. Namun, Nayara menggertakkan giginya dengan erat dan tetap tidak berbicara, seolah-olah tidak mendengar apa-apa. Dari keringat dingin di keningnya, dia bisa melihat Nayara sebenarnya juga sangat bingung dan jelas ketakutan. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang dipertimbangkan Nayara."Biarkan dia memikirkannya dengan baik dulu, beri dia sedikit waktu lagi. Lagi pula, sekarang kita juga nggak terburu-buru. Meskipun dia memberi tahu kita rahasia dari makhluk beracun itu, kita juga nggak bisa langsung menemukan cara untuk menghadapinya. Harapan kita masih tergantung pada Lucy," kata Wira.Mengenal diri dan lawan adalah kunci kemenangan. Bukan hanya bisa menciptakan racun, guru agung ini juga bisa mengendalikan situasinya. Wira dan yang lainnya juga menyaksikan langsung kejadian itu dan memang sangat menakutkan.Meskipun bisa mengatasi makhluk beracun itu, mereka juga tidak bisa menekan kekuatan guru besar ini. Jika guru besar ini munc
"Kenapa?" tanya Wira.Nayara tidak berbicara lagi, hanya duduk diam di tempatnya dan ekspresi tetap terlihat memohon untuk mati.Doly berjalan ke depan Nayara dan mendengus, lalu berkata dengan tenang, "Karena tubuhmu sudah diracuni seseorang. Jadi, kalau kamu mengatakan sesuatu pada Tuan Wira, mungkin kamu akan sangat menderita. Kamu juga takut dengan rasa sakit itu, jadi kamu memilih cara ini untuk mengakhiri hidupmu. Benar, 'kan?"Nayara mendongak dan melirik Doly, tetapi tetap tidak mengatakan apa pun.Namun, Wira bisa melihat tatapan Nayara yang membuktikan perkataan Doly memang benar dan mungkin itu memang kenyataan yang sebenarnya.Wira pun melanjutkan, "Kamu sebenarnya boleh memercayaiku. Aku nggak peduli apa pun yang kamu sembunyikan di dalam hatimu. Kalau memang seperti yang dikatakan Doly, aku bisa mencari orang untuk menyembuhkan racun itu. Nggak butuh waktu lama, kamu juga akan sembuh total."Nayara menggelengkan kepala dan bergumam, "Nggak ada gunanya. Nggak ada orang yan
Nayara memang sudah bersekongkol dengan Senia dan saat itu orang yang bertugas untuk menemuinya adalah Doly, sehingga dia mungkin melupakan wajah Doly.Namun, sekarang Senia sudah meninggalkan Provinsi Yonggu dan berselisih dengan Wira. Wira bahkan sudah bersiap mengejar dan membunuh Senia. Nayara berpikir jika Doly berada di pihak yang sama dengan Senia, Doly pasti sudah pergi juga dan saat ini tidak akan muncul di kamarnya.Doly tidak menghiraukan perkataan Nayara, hanya menatap Nayara dengan dingin. Bahkan dia sendiri pun merasa jijik dengan orang licik seperti Nayara. Setidaknya, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya, apalagi melakukan perbuatan keji seperti ini.Nayara jelas tahu orang di depannya adalah musuh bebuyutannya. Namun, demi keuntungannya sendiri, dia tetap tega bekerja sama dengan pihak musuh. Doly bertanya-tanya mengapa ada orang yang sekeji ini di dunia. Orang seperti ini pantas dibunuh oleh siapa pun.Wira kembali menatap Nayara dan berkata dengan tenang, "Seka