“Beraninya kamu ngomongin mereka. Waktu pertama kali makan hotpot, kamu juga langsung main rebut!”“I ... itu karena hotpot yang dibuat Kak Wira terlalu enak!”“Ya sudah. Pokoknya, jangan mengatai orang di belakang! Mereka datang untuk mengajari anak-anak kita!”Sekelompok penduduk dusun diam-diam berdiskusi. Saat Wira, Putro, dan yang lainnya makan hotpot di lantai atas, mereka sedang berada di bawah untuk menyiapkan makanan. Jadi, mereka tahu jelas apa yang sudah terjadi.Pramana dan Lingga langsung malu. Mereka tidak menyangka diri mereka yang merupakan sarjana provinsi akan ditertawakan para penduduk dusun gara-gara sebuah bakso sapi.Wira ingin menegur para penduduk dusun dan menyuruh mereka untuk tidak mengungkit masalah ini lagi, tetapi Putro malah menghentikannya dan berkata sambil tersenyum, “Wira, nggak usah. Siapa yang nggak pernah mengatai orang di belakang dan siapa yang bisa terlepas dari gunjingan orang? Lagian, mereka juga nggak berniat jahat!”Wira pun mengangguk sambi
“Mikroskop?” Sekelompok orang itu menatap alat aneh di hadapan mereka Mereka tidak tahu bagaimana cara penggunaannya.Wira pun menjelaskan prinsip dasarnya, lalu mendemonstrasikan cara penggunaannya.“Prinsip alat optik, kaca cembung dan cekung. Ini pengetahuan ilmu fisika!” Lingga yang cerdas segera membalik halaman buku fisika yang dia baca sebelumnya dan menemukan bab yang berisi prinsip alat optik. Kemudian, dia pun menjadi sangat antusias.Pramana yang masih agak skeptis menjulurkan jarinya ke bawah mikroskop dan melihat rambut-rambutnya yang halus menjadi sangat kasar. Dia pun merasa sangat terkejut. Setelah itu, dia meletakkan kaca yang berisi tetesan air di bawah mikroskop dan melihat bakteri yang bergerak di dalam, lalu berseru terkejut, “Be ... benar-benar ada bakteri di dalam air!”“Aku mau lihat!” Lingga sudah tidak sabar dan langsung mendorong Pramana yang masih tertegun. Kemudian, dia menunduk untuk melihat ke dalam mikroskop dan tertegun untuk sesaat sebelum berseru deng
Putro dan murid-muridnya berkumpul di sekitar model pergerakan benda-benda langit itu. Ekspresi mereka pun terlihat berbeda-beda. Putro dan Gentala terlihat seakan-akan sudah menyadari sesuatu, sedangkan Fabrian, Pramana, dan Lingga terlihat tidak percaya.“Ini bumi, matahari, bulan, dan lima planet lainnya, yaitu Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus. Selain itu, ada bintang kutub juga. Mereka berotasi seperti ini!” Wira mendemonstrasikan model tersebut sambil menjelaskan tentang perubahan jarak antara bumi dan matahari yang menyebabkan perubahan empat musim.Putro dan Gentala mengangguk mengerti, sedangkan Fabrian, Danu, Lestari, dan Dian terlihat kebingungan. Di sisi lain, Pramana dan Lingga mengerutkan kening sambil menggeleng.“Nggak mungkin!” Lingga yang paling pertama membantah, “Kalau bumi itu bola besar yang ada di ruang hampa, itu berarti tiga konstelasi dan dua puluh delapan rasi bintang juga adalah sesuatu yang melayang di ruang hampa. Kalau begitu, kenapa kita bisa ber
Di bawah cahaya lampu, sisi taman bunga di dalam vila memancarkan cahaya warna-warni. Fabrian dan Lingga yang membawa lentera berjalan mendekati sisi taman bunga diikuti orang lainnya. Begitu melihat jelas, ternyata benda yang memancarkan sinar warna-warni adalah batu-batu permata kecil.Lingga bertanya dengan terkejut, “Menggunakan permata untuk menghias dinding taman bunga? Mewah banget!”Pramana mendesah, “Bahkan kediaman keluarga kerajaan juga nggak begitu mewah!”Fabrian terkekeh dan berkata, “Ini namanya bukan mewah, tapi boros. Ternyata Paman Wira lebih boros dariku lagi!”Gentala tersenyum masam, sedangkan Putro hanya merasa sedikit terkejut. Kemudian, dia pun berbalik dan masuk ke dalam rumah.Putro tahu bahwa mikroskop, teropong, maupun teleskop dibuat dengan menggunakan kristal yang transparan. Jadi, jelas saja Wira sudah membeli banyak kristal. Membeli tambahan permata kecil juga bukanlah apa-apa. Namun, begitu masuk ke dalam rumah, langkah Putro langsung terhenti.Empat or
Akhirnya, Putro, Fabrian, Gentala, Pramana, dan Lingga pun beristirahat.Keesokan paginya.Setelah selesai berlatih Wing Chun, Wira menjinjing kotak makanan dan pergi ke vila. Baru saja dia menaruh makanan-makanan itu di atas meja, Fabrian yang baru selesai mandi langsung mendekat, lalu memindahkannya ke lantai. Kemudian, dia berkata dengan nada menyalahkan, “Paman Wira, nggak boleh merusak barang berharga yang begitu langka! Kita makan di lantai saja!”Fabrian memang boros, tetapi dia tidak pernah menghambur-hamburkan uang dalam jumlah besar. Jika bertemu barang berharga yang langka, dia akan tetap memperlakukannya dengan hati-hati.“Fabrian, ini cuma sepotong kristal kok. Memangnya kenapa kalau rusak?” Wira menaruh kembali makanan-makanan itu ke meja dan bertanya, “Apa meja ini lebih berharga dari persahabatan aku dan Kak Putro?”Sekarang, pabrik kelima sudah bisa memproduksi kaca dengan semakin cepat. Jadi, kaca tidak termasuk benda berharga yang langka. Jika memang rusak, Wira ting
Dusun Darmadi memang hanyalah dusun kecil. Namun, Pramana dan Lingga dapat makan makanan enak dan tinggal di vila yang jendelanya terbuat dari kristal. Selain itu, mereka juga bisa mendalami ilmu matematika, fisika, dan kimia, mengamati pergerakan benda-benda langit, serta mendidik penduduk dusun. Ini adalah kehidupan yang bahagia bagi mereka. Mengenai ujian kerajaan, mereka juga bisa meminta bimbingan Putro kapan saja. Jadi, mereka tentu saja tidak bersedia pergi.Putro berkata dengan serius, “Beberapa saat yang lalu, istana baru menurunkan dekrit seperti itu. Aku khawatir ada pejabat korup yang akan cari masalah sama Wira. Dia sama sekali nggak punya bawahan yang merupakan sarjana. Kalau ketemu masalah begini, dia harus selalu turun tangan sendiri. Kalian itu keturunan keluarga bangsawan dan punya sedikit reputasi di kota provinsi. Dengan mengikutinya dalam perjalanan ini, kalian juga bisa membantunya kalau terjadi sesuatu.”Pramana mengangguk, lalu berkata, “Lingga, ayo main gunti
Meskipun Wira dan Dian termasuk dekat, mereka masih tetap mematuhi etiket dan belum melewati batasan itu. Selama tinggal di Dusun Darmadi, Dian tidur bersama Lestari setiap malam.Dian berkata dengan malu, “Tuan, aku nggak mau tidur malam ini. Aku mau ngobrol denganmu.”Perjalanan Wira kali ini akan memakan waktu paling tidak 1-2 bulan. Berhubung tidak bisa bertemu selama itu, Dian ingin menghabiskan waktu yang lebih banyak dengan Wira.“Oke deh.” Wira tidak bisa menolak permintaan ini dan akhirnya menyetujuinya sambil tersenyum getir. Melewati malam dengan mengobrol dengan wanita secantik ini benar-benar sebuah penyiksaan.Tak disangka, Dian malah berbalik dan berkata, “Aku panggil Lestari dulu!”“Eh?” Wira tidak mengerti apa maksud Dian ini.Tidak lama kemudian, Dian memeluk selimutnya dan masuk ke kamar Wira.Lestari juga memeluk selimutnya dan berbisik dengan malu, “Nona Dian yang menyuruhku kemari untuk mengobrol!”“Lebih ramai kalau banyak orang!” Wira pun tertawa.Kemudian, mere
Putro menunjuk ke arah Pramana dan berkata, “Wira, bawalah Pramana bersamamu. Keluarga Sudarto itu keluarga bangsawan dari Lokana. Dia juga kenal sama koneksiku dari Provinsi Donosobo. Kalau membawanya bersamamu, kamu akan lebih gampang ketika perlu berurusan dengan pejabat.”Wira berkata dengan hormat, “Makasih banyak, Kak Putro!”“Buat apa sungkan padaku!” Putro melambaikan tangannya, lalu menarik Fabrian sambil berkata, “Bajingan ini punya tunangan di kota provinsi dan mau menjemput orang itu ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu untuk menikah. Setelah sampai di kota provinsi, awasi dia baik-baik. Kalau dia berani pergi ke rumah bordil, patahkan saja kakinya!”Wira tertawa dan menjawab, “Oke!”Fabrian hanya bisa meringis.Kemudian, Wira melambaikan tangannya dan kelompok kereta kuda mulai bergerak diikuti orang-orang lainnya. Namun, Wira masih belum bergerak.Di zaman ini, bepergian jauh adalah masalah besar. Semua kerabat dan teman pasti akan berkumpul untuk mengantarkan kepergian mere
Ekspresi Lucy yang selalu berdiri di belakang Wira juga menjadi dingin."Tuan Wira, kami sama sekali nggak punya niat buruk. Kedatangan kami kali ini hanya untuk membahas sesuatu denganmu. Sejujurnya, kami berdua juga terpaksa bertemu dengan Tuan Wira dengan cara seperti ini," kata Kresna.Ararya dan Kresna segera turun dari kuda mereka dan memerintah pasukan di belakang mereka untuk berhenti, lalu mendekati Wira. Dwipangga juga segera mengikut di belakang mereka."Ada urusan apa kalian mencariku?" tanya Wira. Selama ini, hubungannya dengan kedua orang di depannya ini tidak begitu dekat, meskipun sebelumnya mereka sempat berinteraksi. Namun, sejak hubungannya dengan Senia makin memburuk, hubungan mereka juga makin merenggang.Lagi pula, orang yang berbeda suku pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Apalagi kedua raja di depannya ini juga berasal dari wilayah tandus di utara, Wira tentu saja tidak memiliki kesan baik terhadap mereka."Nggak perlu berpura-pura di depan kami. Kamu sudah l
Wira malas untuk menanggapi Agha, jelas Agha ini keras kepala. Meskipun dia terus menjelaskannya, mungkin juga tidak akan berguna dan semuanya hanya bisa bergantung pada Agha sendiri. Mungkin karena Agha masih muda, sehingga masih menolak beberapa hal. Seiring bertambah usianya, mungkin pandangan Agha akan perlahan-lahan berubah.Wira mengalihkan pandangannya pada Wendi dan perlahan-lahan berkata, "Nona Wendi, apa rencanamu selanjutnya? Setelah pulang nanti, bagaimana kalau kamu ikut aku pergi Gedung Nomor Satu. Kelak aku pasti akan memperlakukanmu dengan penuh hormat."Lucy yang duduk di samping juga segera menganggukkan kepala dan berkata, "Aku rasa nggak ada gunanya pergi ke Gedung Nomor Satu. Lebih baik ikut aku saja, kita kembangkan jaringan mata-mata bersama-sama. Kak Wendi pasti pernah dengar tentang jaringan mata-mata, 'kan? Ini adalah organisasi intelijen nomor satu di dunia. Kita butuh bakat seperti Kak Wendi."Dia berpikir Wendi memiliki bakat yang sangat langka dan juga mah
Wira dan rombongannya juga merasa agak lelah karena mereka menemui banyak masalah saat berada di wilayah barat, sehingga mereka memperlambat langkah mereka dalam perjalanan pulang ke Provinsi Yonggu. Mereka berhenti untuk beristirahat setiap kali melihat penginapan dan membuat perjalanan mereka menjadi jauh lebih lambat.Di sebuah penginapan. Melihat sudah hampir tiba di Provinsi Yonggu, Agha berkata sambil makan dan tersenyum, "Kak Wira, apa kita benar-benar akan pulang begitu saja? Aku sebenarnya nggak suka berada di rumah, lebih menyenangkan berada di luar seperti ini. Berjalan bersama saudara-saudara, bukankah itu adalah hal yang menyenangkan?""Kalau harus terus dikurung di rumah, tulang-tulang di tubuhku terasa berkarat. Kak Dwija, kamu juga merasa begitu, 'kan?"Sebenarnya, Agha hanya ingin terus berpetualang di luar.Begitu sibuk, manusia memang akan terbiasa dengan ritme itu. Namun, begitu bersantai, mereka juga perlahan-lahan menjadi jauh lebih malas. Keinginan untuk bermain
Dahlan menatap Senia yang berada di depannya dengan ekspresi khawatir. Mereka sudah berkali-kali mencari masalah dengan Wira, tetapi setiap kali hasilnya selalu tidak menyenangkan karena Wira selalu berhasil mengatasinya dengan baik. Ini semua bukan hanya karena Wira beruntung saja, tetapi karena Wira dikelilingi oleh orang hebat juga. Menghadapi Wira memang hal yang merepotkan.Meskipun kal ini Ararya dan Kresna yang langsung memimpin pasukan mereka dan ditambah dengan banyaknya pasukan elite, Dahlan merasa mungkin hasilnya juga tidak akan memuaskan. Namun, sekarang situasinya sudah mendesak, mereka tidak mungkin mundur lagi. Setidaknya tidak bisa menyerah begitu saja, melainkan harus mempersiapkan diri untuk hasil terburuk terlebih dahulu.Senia yang berada di samping perlahan-lahan berkata, "Kalau mereka kalah, ya sudah. Asalkan kita bisa menguji tekad mereka, itu saja sudah cukup. Ini juga salah satu tujuanku kali ini. Lagi pula, sebentar lagi kita mungkin akan bertarung habis-habi
Melihat Dahlan yang berjalan mendekat, Senia bertanya dengan nada datar, "Kenapa mencariku malam-malam begini?""Apa Kresna dan Ararya berencana untuk membangkang perintah kita dan memulai perang melawan kita?"Dahlan segera menjawab, "Ibu nggak perlu khawatir tentang hal itu. Mereka berdua sudah mengikuti perintahmu dan telah membawa pasukan untuk mengejar Wira.""Selain itu, aku diam-diam menyelidiki orang-orang yang mereka bawa. Semuanya adalah prajurit terbaik dari yang terbaik. Tampaknya, kali ini mereka benar-benar bertekad untuk membantu kita membunuh Wira."Wira adalah ancaman besar. Keberadaannya bukan hanya membawa masalah besar bagi Dahlan, tetapi juga bagi Senia.Sebelumnya, mereka kehilangan 5 miliar gabak secara cuma-cuma dan Wira menggunakan uang itu untuk memperkuat dukungannya di kalangan rakyat. Kini, status Wira terus meningkat.Di seluruh sembilan provinsi, pengaruhnya tak tergoyahkan. Bahkan di Kerajaan Nuala dan Kerajaan Beluana, pengaruh Wira juga sangat besar. I
"Rencanamu sebenarnya cukup bagus, setidaknya memberi kita jalan untuk menyelamatkan diri. Hanya saja ....""Dahlan sudah mulai memberi tekanan kepada kita. Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Kita nggak mungkin membawa keluarga besar ikut berperang, 'kan?" tanya Kresna dengan alis berkerut.Karena Dahlan sudah mencari mereka, kemungkinan besar dia juga telah menugaskan orang-orang untuk diam-diam mengawasi mereka. Setiap gerakan kecil pasti akan segera sampai ke telinganya.Jika mereka benar-benar membawa keluarga mereka pergi, hal itu pasti akan segera terungkap dan mereka mungkin tidak akan bisa melarikan diri terlalu jauh. Hasil akhirnya dapat ditebak dengan mudah. Inilah situasi yang paling tidak ingin dilihat oleh Kresna."Siapa yang bilang kita harus membawa keluarga besar?" balas Ararya. "Yang perlu kita lakukan sekarang cuma mengikuti instruksinya, membawa beberapa orang, dan pergi ke lokasi yang telah diberikan untuk mengejar Wira.""Begitu bertemu dengan Wira, kita bisa
"Kalaupun Wira menolak kita, dengan begitu banyak kekayaan yang kita miliki, kita bisa pergi ke mana saja dan tetap akan hidup dalam kemewahan, 'kan?"Uang bisa menggerakkan segalanya. Tidak peduli di mana pun, itu adalah aturan yang berlaku!Semua ini terdengar masuk akal. Namun, Kresna tetap menghela napas dan berkata, "Membawa keluarga besar meninggalkan Kerajaan Agrel ya? Menurutmu ini realistis?""Jangan lupa, Ratu punya puluhan ribu pasukan, sementara kita cuma punya 10.000 tentara kalau digabungkan. Kalau benar-benar terjadi perang, siapa yang akan rugi kalau bukan kita?""Lagi pula, kalau orang sebanyak itu mencoba meninggalkan Kerajaan Agrel, informasi itu pasti akan sampai ke telinga Kaisar. Begitu dia tahu, mungkin kita akan mati di perjalanan sebelum sempat kabur."Kresna tampaknya semakin pengecut. Ini karena dia telah mengalami terlalu banyak hal menyakitkan dalam hidupnya.Bertahun-tahun lalu, anaknya mati di tangan Senia. Terakhir kali, dia hampir kehilangan keluarganya
"Baik." Kresna segera menyetujui dengan tegas, lalu mengantar Dahlan keluar. Jika Dahlan terus berada di sini, takutnya umurnya akan menjadi pendek.Namun, setelah Dahlan pergi, kondisi Kresna tetap terlihat buruk. Wajahnya masih suram. Saat ini, dia duduk di aula besar dan terus menghela napas. Dia benar-benar berada dalam dilema. Lantas, apa yang harus dilakukan selanjutnya?Dari luar, terdengar suara langkah kaki mendekat. Tidak lama kemudian, Ararya muncul, diikuti oleh Dwipangga di belakangnya.Kini, Dwipangga telah memegang kekuasaan penuh atas pasukan Kerajaan Agrel dan memiliki posisi yang sangat tinggi. Selain itu, di wilayah timur, dia memiliki status absolut. Semua orang telah menganggapnya sebagai pewaris. Kelak, posisi Ararya akan diwariskan kepada Dwipangga.Melihat orang yang dikenalnya datang, Kresna segera berdiri dan berjalan mendekat sambil berkata, "Akhirnya kamu tiba! Aku baru saja mengantar Dahlan pergi. Tujuan kedatangannya ke sini benar-benar buat aku bingung da
Kresna telah mendengar tentang tindakan Senia sebelumnya. Senia telah berulang kali mencoba membunuh Wira secara diam-diam, tetapi setiap kali hasilnya selalu nihil. Bahkan, semua usahanya berakhir dengan kegagalan total.Senia bahkan hampir mengorbankan putranya sendiri dalam proses itu. Jika Senia sendiri tidak mampu melakukannya, bagaimana mungkin dia mengharapkan dirinya dan Ararya untuk membunuh Wira?Atau mungkin ... Senia sebenarnya berniat membunuh dirinya dan Ararya? Hanya saja, dia berencana menggunakan tangan Wira untuk melakukannya?Kresna tak kuasa merinding. Di satu sisi ada serigala, di sisi lain ada harimau. Dia merasa seperti orang yang berdiri di jembatan rapuh, tidak tahu harus melangkah ke mana dan tidak berani bergerak sembarangan.Apa pun keputusan yang diambilnya, itu bisa membawa kehancuran pada dirinya sendiri dan tidak ada jalan kembali. Menyesal pun tidak akan ada gunanya!Setelah hal ini disampaikan kepada Ararya, Ararya pasti juga akan secemas dirinya."Dar