Anak remaja itu bernama Lingga Susilo. Dia mengerutkan kening sambil berkata, “Kak Gentala, Kak Pramana, kita harus menemani Guru bersandiwara berapa lama? Aku nggak akan terbiasa tinggal di desa!”Lingga adalah seorang anggota inti keluarga bangsawan dan juga memiliki koneksi di istana. Jadi, dia sudah mendapatkan berita dari ibu kota mengenai Wira yang merupakan boneka yang dikendalikan Putro dan Yudha agar bisa ikut campur dalam urusan kerajaan. Begitu mendengar berita ini, Lingga pun langsung percaya. Sebab, dia memang sudah merasa skeptis dari pertama kali mendengar bahwa Wira yang menyusun strategi perang untuk melawan bangsa Agrel.Bagaimanapun juga, Lingga sudah termasuk genius karena mampu melewati ujian provinsi padahal baru berusia 18 tahun. Sementara itu, Wira malah ahli dalam sastra, mengerti tentang kebijakan negara, menguasai strategi perang, mahir dalam kerajinan, dan bahkan pintar berbisnis. Lingga tidak percaya ada orang yang sehebat itu di dunia ini. Apalagi, Wira ma
Dalam perjalanan dari Kota Pusat Pemerintahan Jagabu hingga Kabupaten Uswal, kelompok Putro sudah bertemu dengan banyak penduduk miskin. Saat melihat kereta kuda mereka, para penduduk miskin akan langsung mengerumuni mereka.Untungnya, penglihatan kusir Keluarga Gumilar cukup bagus. Dia buru-buru berkata, “Tuan Fabrian, mereka bukan penduduk miskin, melainkan Tuan Wahyudi yang keluar untuk menyambut kita.”Saat masih di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, Wira sering bertamu ke Kediaman Gumilar. Jadi, semua pelayan dan pengawal Keluarga Gumilar pernah melihat Wira.“Paman Wira?” tanya Fabrian sambil mengusap matanya. Setelah jarak mereka semakin dekat, dia buru-buru berteriak, “Paman Putro, Paman Wira keluar untuk menyambut kita! Dia juga membawa banyak orang!”Setelah mendengar teriakan Fabrian, Putro, Gentala, Pramana, serta Lingga pun membuka tirai kereta kuda mereka dan langsung terkejut.Wira berdiri di paling depan, sedangkan para penduduk dusun mengibarkan spanduk yang bertuliskan:
Namun, situasi ini terlihat lebih menyenangkan. Hanya saja, Pramana dan Lingga malah mengerutkan kening mereka dan merasa para penduduk dusun sangat tidak sopan. Apa para penduduk dusun ini tidak tahu mereka seharusnya memberi hormat dengan cara seperti apa?“Aku hanyalah seorang sarjana tingkat tertinggi dari 30 tahun yang lalu. Mana bisa aku dibandingkan dengan kamu.” Kemudian, Putro menerima pengeras suara dari Wira dan berkata, “Semuanya, aku merasa sangat terhormat karena bisa datang mengajar di kampung halaman Wahyudi. Jangan kira aku hanya basa-basi. Setelah lewat 10-20 tahun, kalian akan tahu betapa beruntungnya kalian!”“Tuan Putro, kami sudah tahu betapa beruntungnya kami sekarang! Kalau bekerja di tempat lain, kami hanya dapat makan bubur dua kali sehari. Itu pun nggak kenyang! Tapi bekerja untuk Kak Wira, kami diberi makan daging dua kali sehari dan sebulan juga dapat gaji ribuan gabak!”“Bukan hanya begitu, Kak Wira juga bagi-bagi sabun dan pakaian kepada kami. Waktu tahun
Begitu masuk ke dusun, Lingga dan Pramana pun merasa agak terkejut. Jalan di dusun sudah diaspal dan terasa seperti berjalan di kediaman mereka sendiri. Saat hendak makan, kedua orang itu saling memandang lagi.Jamuan ini diadakan di lantai teratas bangunan tiga tingkat yang terbuka sehingga mereka bisa menikmati pemandangan langit yang indah. Namun, tidak ada makanan lezat yang tersedia di sana, selain sebuah panci besar yang berisi air mendidih. Di sampingnya, terletak piring-piring berisi daging mentah, sayur-sayuran, berbagai macam bakso, dan mi.Lingga dan Pramana saling melirik, lalu berpikir, ‘Ternyata orang desa memang nggak punya koki. Sekarang, mereka malah mau kami masak sendiri sambil makan.’Setelah semua orang duduk di tempat masing-masing, Putro pun bertanya sambil tersenyum, “Wira, cara makan baru apa yang kamu ciptakan ini? Cepat jelaskan padaku!”Fabrian juga bertanya dengan terburu-buru, “Paman Wira, cara makan ini kelihatannya sangat istimewa. Rasanya seharusnya ena
Wira tahu Pramana dan Lingga sepertinya agak keberatan untuk makan, tetapi dia juga tidak memedulikan mereka. Bagaimanapun, mereka adalah sarjana provinsi. Wajar saja mereka tidak bersedia datang ke Dusun Darmadi. Namun, tidak peduli apa pun yang mereka pikirkan, Wira tidak akan peduli selama mereka masih bersikap sopan.Fabrian mengambil sebuah bakso sapi, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Begitu menggigitnya, isi dari bakso sapi itu pun merembes ke mulutnya. Dia bertanya dengan bingung, “Paman Wira, bakso sapi ini enak banget! Dalamnya juga ada isi! Apa namanya?”Wira bercanda, “Namanya bakso kencing sapi!”Mata Fabrian langsung berbinar. Dia buru-buru menuangkan sisa bakso sapi itu ke dalam panci dan berkata dengan gembira, “Aku suka bakso kencing sapi ini! Jangan rebutan sama aku ya!”Putro mengambil sebuah bakso sapi itu dan memakannya. Setelah itu, dia juga tertawa dan berkata, “Wira, namanya sesuai banget! Isian bakso sapi ini memang terasa kayak aliran kencing! Mantap!”Gental
Di Kerajaan Nuala, ada banyak makanan yang jauh lebih lezat daripada hotpot. Dengan status dan kedudukan orang-orang ini, mereka pasti sudah sering makan makanan lezat. Namun, mereka tidak pernah makan hotpot. Jadi, pengalaman ini pun membuat mereka terlena.Kelima orang itu makan dengan lahap dan menghabiskan sepiring demi sepiring daging, bakso, dan sayuran yang ada di meja.Kruyuk! Melihat kelima orang yang makan dengan lahap itu, perut Lingga juga mulai memprotes. Pada saat yang sama, dia juga merasa ada yang tidak beres. Jika makanan itu memang tidak enak, tidak mungkin mereka terus bersandiwara dan memakannya. Sampai sekarang, guru, senior-seniornya, dan Fabrian masih makan dengan sangat lahap. Apa makanan ini memang sangat enak?Saat ini, Putro yang sudah mulai kenyang pun melirik muridnya itu dan berkata, “Bukannya biasanya kamu cukup pintar? Kenapa sekarang aku merasa kamu kayak orang bodoh? Cepat makan!”Sebenarnya, Putro sudah mengetahui pemikiran murid-muridnya itu. Hanya s
“Beraninya kamu ngomongin mereka. Waktu pertama kali makan hotpot, kamu juga langsung main rebut!”“I ... itu karena hotpot yang dibuat Kak Wira terlalu enak!”“Ya sudah. Pokoknya, jangan mengatai orang di belakang! Mereka datang untuk mengajari anak-anak kita!”Sekelompok penduduk dusun diam-diam berdiskusi. Saat Wira, Putro, dan yang lainnya makan hotpot di lantai atas, mereka sedang berada di bawah untuk menyiapkan makanan. Jadi, mereka tahu jelas apa yang sudah terjadi.Pramana dan Lingga langsung malu. Mereka tidak menyangka diri mereka yang merupakan sarjana provinsi akan ditertawakan para penduduk dusun gara-gara sebuah bakso sapi.Wira ingin menegur para penduduk dusun dan menyuruh mereka untuk tidak mengungkit masalah ini lagi, tetapi Putro malah menghentikannya dan berkata sambil tersenyum, “Wira, nggak usah. Siapa yang nggak pernah mengatai orang di belakang dan siapa yang bisa terlepas dari gunjingan orang? Lagian, mereka juga nggak berniat jahat!”Wira pun mengangguk sambi
“Mikroskop?” Sekelompok orang itu menatap alat aneh di hadapan mereka Mereka tidak tahu bagaimana cara penggunaannya.Wira pun menjelaskan prinsip dasarnya, lalu mendemonstrasikan cara penggunaannya.“Prinsip alat optik, kaca cembung dan cekung. Ini pengetahuan ilmu fisika!” Lingga yang cerdas segera membalik halaman buku fisika yang dia baca sebelumnya dan menemukan bab yang berisi prinsip alat optik. Kemudian, dia pun menjadi sangat antusias.Pramana yang masih agak skeptis menjulurkan jarinya ke bawah mikroskop dan melihat rambut-rambutnya yang halus menjadi sangat kasar. Dia pun merasa sangat terkejut. Setelah itu, dia meletakkan kaca yang berisi tetesan air di bawah mikroskop dan melihat bakteri yang bergerak di dalam, lalu berseru terkejut, “Be ... benar-benar ada bakteri di dalam air!”“Aku mau lihat!” Lingga sudah tidak sabar dan langsung mendorong Pramana yang masih tertegun. Kemudian, dia menunduk untuk melihat ke dalam mikroskop dan tertegun untuk sesaat sebelum berseru deng
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m