Meskipun Muraj hanya seorang pengikut di samping Yasa, dia masih lebih berkuasa daripada Fahri. Vila Hijau ini hanya sebuah tempat kecil saja, bukankah seharusnya tunduk di hadapannya?"Nggak perlu sok berkuasa di sini. Kita sebenarnya nggak berniat untuk mencari masalah karena hal sebelumnya, tapi sekarang kalian malah mengganggu putriku. Meskipun Tuan Yasa ada di sini, aku juga nggak akan menghargainya. Aku sarankan kalian untuk cepat pergi dari ini. Kalau nggak, jangan salahkan aku nggak berbelas kasihan," kata Fahri.Seiring dengan perintah dari Fahri, gerbang Vila Hijau tiba-tiba terbuka dan banyak pelayan yang berlari keluar dari dalamnya. Dari jumlahnya, sudah jelas mereka lebih unggul.Melihat situasinya tidak menguntungkan, sudut mulut Muraj berkedut. Dia menggertakkan giginya dan berkata sambil menunjuk Fahri, "Kamu tunggu saja, masalah ini nggak akan selesai begitu saja. Tuan Yasa nggak akan memaafkanmu."Setelah mengatakan itu, Muraj memimpin orang-orang di belakangnya untu
Tepat pada saat itu, Wira maju dan berbicara dengan tenang. Kepribadiannya juga sama dengan Mutia, tidak bisa menerima perlakuan seperti ini.Lagi pula, tadi Wira juga sudah melihat apa yang dilakukan Muraj, kemungkinan apa yang dikatakan Mutia memang benar adanya. Mutia sepertinya tidak sedang bercanda dengannya, ini berarti semua masalah ini memang berawal dari orang yang bernama Yasa itu. Sekarang Yasa sudah menindasnya, Fahri ini malah masih menahan emosinya begitu saja. Sungguh mempermalukan harga diri pria.Tidak ada yang tahu Fahri juga harus mempertimbangkan keluarga besarnya. Jika harus melawan Yasa, dia juga tidak takut. Seperti yang dikatakan Mutia, dia bisa mengeluarkan uang untuk menyewa beberapa orang dan bertarung dengan Yasa secara terang-terangan. Meskipun akan kehilangan nyawanya, dia juga tidak akan melepaskan Yasa dan reputasinya juga bagus jika hal ini tersebar.Sayangnya, saat ini Fahri masih harus mengurus keluarga besarnya. Jika dia bertindak gegabah, mungkin ha
Mutia awalnya hanya ingin menekan Fahri agar mau menerima Wira dan yang lainnya. Namun, dia tidak menyangka Fahri begitu kejam dan bahkan mengusirnya dari rumah."Aku akan pergi, kamu jangan menyesal. Mulai hari ini, aku akan anggap nggak punya ayah lagi. "Setelah mengatakan itu sambil menggertakkan giginya, Mutia menatap Wira. "Tuan Wira, sungguh maaf, semua ini karena aku ...."Wira tersenyum dan berkata, "Ketua Fahri juga mempertimbangkan keluarganya, nggak bisa menyalahkannya. Mungkin pemikiran kita berbeda, jadi semuanya baru seperti ini. Karena nggak bisa kembali ke Vila Hijau lagi, bagaimana kalau kamu rekomendasi tempat yang bisa kita huni untuk sementara? Uangnya bukan masalah."Wira tidak ingin Mutia berpikir dia adalah orang miskin. Jika begitu, mereka harus menyesuaikan diri. Sekarang dia adalah pebisnis yang sedang dalam perjalanan bisnis, tentu saja harus tampil lebih berkelas agar bisa memperluas koneksinya dan segera menyelesaikan masalahnya."Ternyata kalian semua ada
"Berengsek! Fahri ini benar-benar sudah gila, sekarang dia malah berani melawanku. Kalau begitu, aku sendiri yang akan pergi ke Vila Hijau. Kumpulkan semua orang kita. Kali ini aku akan memusnahkan Vila Hijau itu," kata Yasa sambil menggertakkan giginya.Ini pertama kalinya ada seseorang di Provinsi Tengah yang berani menantang Fahri. Jika dia membiarkan hal ini begitu saja, dia tidak akan bisa bertahan di sini lagi. Dia memutuskan untuk menyerang terlebih dahulu dan memberi pelajaran pada Fahri ini, sekaligus memperingatkan pada yang lainnya. Dia ingin yang lainnya tahu dia bukan orang yang bisa dipermainkan mereka.Muraj langsung merasa senang saat mendengar perkataan itu karena dia juga tidak bisa menahan emosi ini. Sekarang waktunya untuk membalas dendamnya.....Di dalam Vila Hijau.Setelah Wira dan yang lainnya pergi, Fahri tetap merasa tidak senang dan terus duduk di aula utama dengan ekspresi yang sangat muram.Pengurus rumah tangga menghidangkan teh panas dan secara refleks be
"Kalau begitu, Tuan juga harus bersiap-siap." Usai mengatakan itu, kepala pelayan menuju ke halaman belakang.Fahri perlahan-lahan bangkit dan memandang sekeliling vila. Dia berkata kepada diri sendiri, "Aku membangun karierku selama puluhan tahun, tapi hancur begitu saja. Sungguh disayangkan ...."Demi nyawa sekeluarga, dia terpaksa melakukan ini.....Di sisi lain, saat orang-orang di Vila Hijau bersiap untuk pergi, Wira dan lainnya menemukan penginapan yang bagus.Mutia tentu saja menginap bersama mereka. Meskipun uangnya sisa sedikit, dia tidak perlu cemas karena ada Wira.Adapun urusan di Vila Hijau, itu tidak ada hubungannya dengan Mutia. Sejak meninggalkan Vila Hijau, dia sudah memutuskan untuk tidak berhubungan dengan Fahri lagi, setidaknya untuk sementara waktu ini.Semua orang perlu mendinginkan kepala mereka. Bagaimanapun, gaya bertindak ayah dan anak ini jauh berbeda. Tidak ada yang bersedia mengalah sehingga terjadi perang dingin.Meskipun ini bukan cara terbaik, ini adala
Setelah mendengar kabar itu, Wira dan lainnya saling memandang. Pada akhirnya, tatapan mereka tertuju pada Mutia.Meskipun Mutia dan Fahri bertengkar, itu hanya karena perbedaan pendapat. Bagaimanapun, mereka tetap ayah dan anak.Mutia segera bangkit, lalu mendekati meja sebelah. Dia meletakkan kedua tangannya di meja dan bertanya dengan dingin, "Yang kalian bilang itu benar?""Mana mungkin bohong. Bukan cuma kami yang tahu, tapi seluruh Provinsi Tengah.""Selain itu, banyak orang yang sudah pergi melihat. Dengar-dengar, di luar vila sangat ramai sekarang."Setelah mendengar jawaban beberapa orang itu, Mutia langsung melangkah ke luar. Dia bahkan tidak sempat memanggil Wira dan lainnya."Dia main pergi begitu saja? Kalau begitu, kita ...." Wendy melirik punggung Mutia. "Apa kita perlu ikut?""Tentu saja! Dia sangat ceroboh, apalagi terjadi masalah besar di Vila Hijau. Aku khawatir dia pergi mencari Yasa.""Kalau sampai hal itu terjadi, takutnya gadis itu yang akan menderita, " sahut Wi
Ketika melihat mayat yang sudah hangus di tanah, Mutia menangis kencang seperti orang gila."Gimana mungkin? Kenapa bisa jadi seperti ini? Ayah! Adik! Di mana kalian semua? Kalian ke mana?" Mutia menarik rambutnya sambil berteriak.Wira dan lainnya mengikuti di belakang. Saat melihat Mutia yang berlinang air mata, Wira merasa iba. Namun, Mutia perlu melampiaskan emosinya sekarang.Jika semua emosi ini dipendam, suasana hati Mutia hanya akan menjadi semakin buruk. Pada akhirnya, entah apa yang akan terjadi."Dasar sekelompok bajingan! Gimana bisa mereka sekejam ini? Beraninya mereka membinasakan seluruh keluarga! Mereka bahkan membakar vila ini!"Agha mengepalkan tangannya sambil mengernyit. "Ini pasti ulah Yasa itu. Orang-orang di luar bilang begitu. Kali ini kita nggak boleh mengampuninya. Kita harus mencarinya dan membuat perhitungan dengannya!"Usai berbicara, Agha langsung berbalik. Wira segera menariknya dan mengernyit. "Memangnya kamu tahu dia di mana?'"Aku ...." Agha menggeleng
"Tuan, sebaiknya kamu lupakan niat ini. Orang-orang itu bukan orang yang bisa kita singgung. Mereka sangat sulit untuk dihadapi.""Kalian bukan orang lokal, jadi jangan coba-coba mengusik mereka. Lagian, masalah ini tidak ada hubungannya denganmu. Kamu juga cuma berusaha membantuku menyelesaikan masalah," sahut Mutia tanpa menoleh.Mutia ingin mengatasi masalah ini dengan mengandalkan kemampuan sendiri. Dia tidak ingin melibatkan Wira dan lainnya. Jika tidak, takutnya Wira dan lainnya akan terjebak dalam situasi yang sulit. Ketika saat itu tiba, mereka bisa mati dan dia akan menjadi pendosa.Wira tersenyum, lalu melambaikan tangan dan menyahut, "Tenang saja, aku punya rencana. Selain itu, jangan kira kami lemah karena jumlah kami sedikit. Mereka belum tentu bisa melawan kami."Agha dan lainnya mengangguk setuju. Mereka memang hanya empat orang, tetapi bawahan Yasa belum tentu adalah tandingan mereka. Apalagi, satu kata dari Wira sudah cukup untuk mengguncang wilayah barat."Kalau begit
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m