Setelah mendengar kabar itu, Wira dan lainnya saling memandang. Pada akhirnya, tatapan mereka tertuju pada Mutia.Meskipun Mutia dan Fahri bertengkar, itu hanya karena perbedaan pendapat. Bagaimanapun, mereka tetap ayah dan anak.Mutia segera bangkit, lalu mendekati meja sebelah. Dia meletakkan kedua tangannya di meja dan bertanya dengan dingin, "Yang kalian bilang itu benar?""Mana mungkin bohong. Bukan cuma kami yang tahu, tapi seluruh Provinsi Tengah.""Selain itu, banyak orang yang sudah pergi melihat. Dengar-dengar, di luar vila sangat ramai sekarang."Setelah mendengar jawaban beberapa orang itu, Mutia langsung melangkah ke luar. Dia bahkan tidak sempat memanggil Wira dan lainnya."Dia main pergi begitu saja? Kalau begitu, kita ...." Wendy melirik punggung Mutia. "Apa kita perlu ikut?""Tentu saja! Dia sangat ceroboh, apalagi terjadi masalah besar di Vila Hijau. Aku khawatir dia pergi mencari Yasa.""Kalau sampai hal itu terjadi, takutnya gadis itu yang akan menderita, " sahut Wi
Ketika melihat mayat yang sudah hangus di tanah, Mutia menangis kencang seperti orang gila."Gimana mungkin? Kenapa bisa jadi seperti ini? Ayah! Adik! Di mana kalian semua? Kalian ke mana?" Mutia menarik rambutnya sambil berteriak.Wira dan lainnya mengikuti di belakang. Saat melihat Mutia yang berlinang air mata, Wira merasa iba. Namun, Mutia perlu melampiaskan emosinya sekarang.Jika semua emosi ini dipendam, suasana hati Mutia hanya akan menjadi semakin buruk. Pada akhirnya, entah apa yang akan terjadi."Dasar sekelompok bajingan! Gimana bisa mereka sekejam ini? Beraninya mereka membinasakan seluruh keluarga! Mereka bahkan membakar vila ini!"Agha mengepalkan tangannya sambil mengernyit. "Ini pasti ulah Yasa itu. Orang-orang di luar bilang begitu. Kali ini kita nggak boleh mengampuninya. Kita harus mencarinya dan membuat perhitungan dengannya!"Usai berbicara, Agha langsung berbalik. Wira segera menariknya dan mengernyit. "Memangnya kamu tahu dia di mana?'"Aku ...." Agha menggeleng
"Tuan, sebaiknya kamu lupakan niat ini. Orang-orang itu bukan orang yang bisa kita singgung. Mereka sangat sulit untuk dihadapi.""Kalian bukan orang lokal, jadi jangan coba-coba mengusik mereka. Lagian, masalah ini tidak ada hubungannya denganmu. Kamu juga cuma berusaha membantuku menyelesaikan masalah," sahut Mutia tanpa menoleh.Mutia ingin mengatasi masalah ini dengan mengandalkan kemampuan sendiri. Dia tidak ingin melibatkan Wira dan lainnya. Jika tidak, takutnya Wira dan lainnya akan terjebak dalam situasi yang sulit. Ketika saat itu tiba, mereka bisa mati dan dia akan menjadi pendosa.Wira tersenyum, lalu melambaikan tangan dan menyahut, "Tenang saja, aku punya rencana. Selain itu, jangan kira kami lemah karena jumlah kami sedikit. Mereka belum tentu bisa melawan kami."Agha dan lainnya mengangguk setuju. Mereka memang hanya empat orang, tetapi bawahan Yasa belum tentu adalah tandingan mereka. Apalagi, satu kata dari Wira sudah cukup untuk mengguncang wilayah barat."Kalau begit
"Ya, ini memang wilayah kita!""Siapa yang nggak akan menjaga rumah sendiri?"Semua orang menanggapi perintah Muraj.Muraj tersenyum lebar. "Ayo, kita minum!"Penginapan dipenuhi tawa. Saat mereka sedang menikmati momen bahagia itu, tiba-tiba terdengar dentuman keras dari luar. Saat berikutnya, terlihat Wira dan lainnya berjalan masuk. Pintu didobrak oleh mereka begitu saja!"Kalian?" Setelah melihat Wira dan lainnya, ekspresi Muraj pun berubah. "Kenapa kalian ini terus mengganggu kami?""Kami sudah melepaskan kalian, tapi kalian malah datang lagi! Kalian nggak dengar kabar tentang Vila Hijau?" pekik Muraj.Para bawahan yang sedang minum juga melemparkan gelas mereka dan mengeluarkan senjata di sekitar."Ternyata kejadian di Vila Hijau memang ada hubungannya dengan kalian," ujar Wira dengan dingin.Mutia yang mengikuti di belakang pun menggertakkan giginya dengan marah. Wajahnya terlihat sangat masam. Musuh tepat di hadapannya sekarang. Dia tidak berbicara hanya karena ada Wira di sini
Agha sudah tidak tahan sejak tadi. Meskipun Wira tidak memberinya perintah, dia langsung mengambil kursi dan melemparkannya ke arah Muraj.Dalam hatinya, Agha benar-benar tidak bisa menoleransi sikap lancang Muraj. Bagaimana bisa ada orang yang begitu kejam dan tidak tahu malu di dunia ini?"Kenapa memangnya? Kalau bukan karena kamu masih berguna, aku pasti sudah membunuhmu sekarang juga." Agha maju ke hadapan Muraj, lalu meraih kerah bajunya dan mengangkatnya ke udara.Sementara itu, Wira yang berdiri di samping tidak berkata apa-apa, seolah-olah tidak melihatnya. Ini membuktikan bahwa Wira menyetujui tindakan Agha.Sejak awal, Wira juga sudah tidak tahan dengan sikap Muraj. Manusia tercela seperti ini memang harus diberi pelajaran. Jika tidak, dia tidak akan kapok untuk selamanya."Sobat, kita bisa bicara baik-baik ...." Muraj merasa agak panik melihat sikap Agha yang begitu kasar dan berani. Meskipun banyak orang di sekeliling, nyawanya berada di tangan Agha sekarang. Apalagi, Agha
"Kalau informasi yang dia kasih salah dan Yasa nggak berada di Restoran Zuha, kita masih bisa mengorek informasi yang berguna dari mulutnya." Pemikiran Dwija ini sangat menyeluruh.Agha mengangguk, lalu menarik pakaian Muraj dengan jijik. Dia menariknya keluar seperti menarik anjing.Di jalan, Muraj terus memohon dengan putus asa. Dia ingin segera terlepas dari cengkeraman Agha.Wira memang memiliki otoritas yang mutlak, tetapi nyawanya kini berada di tangan Agha. Dia tentu berharap Agha tidak membunuhnya."Sobat, aku sudah kasih tahu semuanya. Tuan Yasa benaran di Restoran Zuha. Aku nggak mungkin berani menipu kalian.""Aku sudah memberi tahu kalian informasi. Seharusnya kalian melepaskanku, 'kan? Kalau kalian membawaku ke Restoran Zuha dan Tuan Yasa melihatku, dia nggak akan melepaskanku ...."Muraj sungguh dilema sekarang. Demi mempertahankan nyawanya, dia telah mengkhianati Yasa. Dia adalah tangan kanan Yasa yang sudah mengikutinya selama bertahun-tahun, jadi tahu betul seperti apa
"Tenang saja, orang baik pasti dilindungi oleh Tuhan. Ayahmu akan baik-baik saja." Setelah menenangkan Mutia, mereka terus berjalan ke Restoran Zuha.Setibanya di sana, mereka langsung melihat lantai pertama restoran yang ramai. Beberapa wanita yang berpakaian mencolok segera mendekati Wira dan lainnya.Wanita yang berdiri di paling depan pun mendekati Wira, lalu tersenyum lebar dan bertanya, "Kak, kamu datang kemari untuk bersenang-senang ya? Apa ada kenalanmu di sini? Atau aku perlu memperkenalkan mereka kepadamu?"Wira sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan wanita itu. Dia malah bertanya balik dengan tegas, "Di mana orang bernama Yasa?""Tuan Yasa ada di lantai atas. Kalian teman-temannya ya? Aku akan mengabarinya dulu. Boleh aku tahu siapa nama kalian?"Sikap wanita itu langsung menjadi lebih sopan.Yasa adalah penguasa di Provinsi Tengah. Dia sering datang ke Restoran Zuha untuk menghabiskan banyak uang.Itu sebabnya, orang-orang di sini sudah menganggapnya sebagai pelanggan ut
Karena lehernya dicekik oleh Agha yang memiliki kekuatan yang sangat besar, Muraj pun tidak bisa berkata-kata dan hanya bisa menatap Agha dengan takutAgha berkata dengan dingin, "Orang kejam sepertimu telah melakukan banyak kejahatan bersama majikanmu. Sekarang kamu malah ingin berdamai?""Aku membiarkanmu hidup waktu di penginapan karena kamu masih berguna. Sekarang kami sudah tahu di mana Yasa berada. Kamu sudah nggak berguna. Mati saja kamu!"Setelah melontarkan beberapa kalimat kejam itu, Agha sontak melemparkan Muraj ke lantai satu.Peristiwa mendadak itu membuat orang-orang di lantai satu panik. Para tamu pun bangkit dari kursi mereka.Sementara itu, wanita yang hendak melayani Wira dan lainnya tadi, bergegas maju untuk memeriksa kondisi Muraj. Dia bergumam dengan terbata-bata, "Dia ... sudah mati ...."Semua orang yang ada di sana sontak terperanjat. Banyak orang yang membuang gelas anggur mereka, lalu melarikan diri. Siapa juga yang ingin berada di tempat mengerikan seperti in
Prajurit itu memberi hormat dan berkata dengan pelan, "Saat kami tiba di tempat itu, semua kudanya sudah hilang. Kami juga sudah mencari di segala arah, kami curiga semua kuda itu sudah dibawa pergi orang-orang Wira."Mendengar laporan itu, Zaki marah sampai hampir memuntahkan darah. Dia akhirnya yakin serangan mendadak sebelumnya pasti ulah dari Wira, sekarang orang-orang Wira bahkan mencuri kuda mereka. Ini benar-benar keterlaluan. Kekuatan utama dari pasukan utara adalah kavaleri. Jika tidak ada kuda, mereka tidak bisa dibilang sebagai kavaleri lagi.Sementara itu, Darsa dan Joko yang berada di dalam tenda juga mendengar Zaki yang sedang memaki prajurit di luar.Darsa pun tersenyum dan berkata, "Zaki ini memang begini, kamu juga tahu temperamennya itu buruk. Ayo kita keluar dan lihat apa yang sudah terjadi."Joko hanya tersenyum, lalu berjalan keluar bersama Darsa. Namun, begitu mereka melihat wajah Zaki yang memerah karena marah, mereka sangat terkejut.Darsa segera maju dan bertan
Semua orang sangat mengagumi Adjie.Namun, di mata Adjie, semua orang memiliki niat mereka masing-masing. Dia sendiri menyusun rencana ini juga untuk mengalihkan perhatian mereka saja. Dia tahu mereka ini adalah mata-mata yang dikirim Guntur, sehingga cara terbaik untuk menangani masalah ini adalah menjauhkan mereka.Melihat semua orang tidak keberatan dengan rencananya, Adjie berkata dengan pelan, "Kalau nggak ada yang keberatan, kita langsung jalankan rencana ini sekarang juga. Makin cepat, makin baik. Lagi pula, saluran air itu juga membutuhkan banyak tenaga kerja. Makin banyak yang bekerja, makin cepat selesai. Kita harus cepat."Orang-orang itu tidak menyangka situasinya akan berubah menjadi seperti ini, tetapi mereka tetap menganggukkan kepala.Namun, orang-orang ini tidak menyadari Adjie sebenarnya memiliki maksud tersembunyi. Setelah mereka pergi, dia tersenyum dan berkata, "Mereka pikir mereka ini cerdas, sekarang kelihatannya mereka ternyata hanya begitu."Adjie berbicara den
Adjie tersenyum, lalu perlahan-lahan berkata, "Hehe. Hal ini sebenarnya mudah saja, selama kita bisa menyelesaikannya dengan baik. Pulau Hulu ini memang punya banyak jalan keluar, tapi kalian nggak menyadari ada sebuah sungai di sebelah timur, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang langsung tertegun sejenak. Mereka sebenarnya sudah menyadari keberadaan sungai ini sejak tadi, tetapi mereka mengira sungai ini tidak berguna sebelum mendengar perkataan Adjie.Beberapa saat kemudian, ekspresi anak buah itu tiba-tiba terlihat gembira. Seolah-olah teringat sesuatu, dia menatap Adjie dan berkata, "Jangan-jangan maksud Bos adalah mengalirkan semua air sungai ini ke Pulau Hulu?"Adjie tersenyum dan berpikir orang-orang ini memang sangat cerdas. Pulau Hulu ini memiliki banyak jalur keluar, tetapi letak pulau ini sangat rendah. Jika mereka berhasil, air sungai ini pasti akan membanjiri seluruh pulau ini. Pada saat itu, mereka bisa menenggelamkan seluruh pasukan musuh di dalam pulau itu, tidak
Sebelumnya, Adjie bisa meminta anak buah itu untuk mengumpulkan beberapa orang karena dia merasa pasti ada mata-mata yang ditempatkan Guntur di kelompoknya. Sekarang, sepertinya dugaannya memang benar.Setelah terdiam sejenak, anak buah yang tadinya pergi mengumpulkan orang-orang langsung tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru perlahan-lahan berkata, "Menurutku, sebaiknya kita menyusun ulang rencana kita. Kita setidaknya harus memastikan semuanya beres terlebih dahulu."Adjie menganggukkan kepala, lalu tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, coba katakan kita harus bagaimana menyelesaikan masalah ini?"Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, anak buah itu mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau begitu, kami menyarankan untuk langsung membakar kemah musuh malam ini. Dengan begitu, kita bisa langsung menghancurkan mereka dengan satu serangan."Yang lainnya juga menganggukkan kepala, jelas mereka sangat setuju dengan usulan anak buah itu
Melihat Adjie yang masih bisa tersenyum, Hayam tertegun dan bertanya dengan sangat penasaran, "Kenapa kamu tertawa? Apa informasi ini keliru?"Adjie berkata, "Hehe. Aku juga nggak yakin apa informasi ini keliru, tapi yang pastinya semua akan baik-baik saja kalau kita bisa menyelesaikan masalah ini. Tapi, kita harus memastikan hal ini terlebih dahulu baru bisa menyusun rencana selanjutnya. Sekarang yang paling mendesak adalah mencari solusi untuk masalah utama kita."Hayam tertegun sejenak, lalu mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya memang sulit untuk memahami situasi ini, tapi sekarang yang paling penting adalah mencari solusi untuk menyelesaikannya."Adjie menganggukkan kepala, setuju dengan pendapat Hayam. Melihat waktunya sudah tidak banyak lagi, dia berkata, "Baiklah, hari ini waktunya sudah hampir habis. Kalau Tuan sudah tiba, pastikan untuk segera laporkan pada Tuan bahwa malam ini mereka akan langsung menyerang dari selatan dan utara. Ingat, kita harus bersiap-siap."Hayam
Ternyata orang yang datang bertemu dengan Adjie adalah Hayam yang datang ke sini bersama Wira.Setelah turun dari kuda dan membalas salam, Hayam tersenyum dan berkata, "Setelah Tuan menyuruhku bertemu denganmu di sini, aku baru tahu ternyata kamu sudah masuk ke Desa Riwut. Kamu bahkan menjadi wakil pertama di sana."Adjie tertawa dan perlahan-lahan berkata, "Hehe. Aku hanya beruntung saja. Tuan sudah tiba di sini?"Hayam menggelengkan kepala dan berkata, "Belum, tapi Tuan mengutusku datang ke sini lebih dulu. Sekarang kami hanya membawa 500 pasukan saja, sedangkan Tuan memimpin 10 ribu pasukan sedang dalam perjalanan ke sini."Mendengar perkataan itu, Adjie menganggukkan kepala. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitarnya, dia tersenyum dan berkata, "Baiklah, semuanya tetap seperti rencana sebelumnya. Malam ini kita akan menyerang dari utara dan selatan secara bersamaan, tapi Desa Riwut hanya mengirim seribu orang. Jadi, sisanya tergantung pada kalian."Hayam langsung terkejut saa
Darsa langsung tertegun sejenak, lalu perlahan-lahan bertanya, "Apa yang sebenarnya telah terjadi? Ceritakan dengan jelas. Apa pasukan dari Kerajaan Nuala ini benar-benar begitu hebat?"Setelah menghela napas, Zaki akhirnya mulai menceritakan seluruh kejadiannya dengan detail.....Di sisi lain, Adjie sudah membawa banyak orang keluar dari Desa Riwut. Setelah tiba di sekitar Pulau Hulu, mereka segera berpencar menjadi beberapa tim."Bos, Guntur, kita tetap jalankan rencana kita sebelumnya, tapi kita baru mulai menyerang di malam hari. Kalau kita menyerang sekarang, jumlah kita yang sedikit ini bukan tandingan mereka," kata Adjie.Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, jika kali ini mereka berhasil merebut Pulau Hulu, tempat ini akan menjadi milik Desa Riwut. Oleh karena itu, mereka sangat berhati-hati dalam menjalankan rencana Adjie, tidak berani bertindak sembarangan.Enji juga memberi hormat dan berkata, "Tenang saja, kali ini kita pasti akan berti
Melihat ekspresi Zaki masih terlihat bingung, Darsa tersenyum. Dia tentu saja tahu Zaki masih belum mengerti maksudnya. Dia tersenyum dan perlahan-lahan berkata, "Lihat bagian ini dulu. Kalau Wira ingin menyerang kita dari selatan, dia pasti harus melewati Desa Riwut karena hanya ada satu jalur yang bisa dilewati."Setelah tertegun sejenak, Zaki baru mengamati peta di depannya. Saat melihat jalur yang ditunjukkan Darsa, dia menganggukkan kepala dan perlahan-lahan berkata, "Sepertinya memang begitu."Pada peta itu, terlihat sebuah jalur yang langsung melewati Desa Riwut dan mengarah ke kota di selatan. Zaki menyadari pasukan dari Kerajaan Nuala juga hanya bisa melewati jalur itu, yang berarti mereka tetap harus melewati Desa Riwut untuk sampai ke sini. Jika begitu, dia bisa langsung memasang jebakan.Namun, mengingat perkataan Darsa sebelumnya, Zaki merasa sangat ragu. Setelah terdiam sejenak, dia mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kalau mengikuti rencana Tuan Darsa, tentu nggak akan a
Zaki langsung tertegun sejenak saat mendengar Darsa juga datang karena dia sangat mengenal sosok ini yang sebelumnya.Konon, Darsa pernah bersembunyi di lembah dan memiliki kemampuan meramal yang luar biasa. Namun, setelah ditemukan Bimala, dia langsung direkrut sebagai penasihat militer.Zaki benar-benar tidak menyangka kali ini Bimala bisa mengirim Darsa yang sangat berharga ke sini, sehingga dia pun langsung bangkit dan keluar dari tenda. Namun, begitu keluar, dia melihat sekelompok orang berjalan mendekat.Di antara kerumunan itu, ada seorang pemuda yang membawa pedang panjang di pinggangnya. Namun, tubuh mungilnya terlihat tidak serasi dengan zirahnya yang besar. Begitu melihatnya, ekspresi Zaki menjadi tidak ramah karena dia adalah Joko.Selain itu, ada seorang pria paruh baya yang berdiri di samping Joko. Pria ini mengenakan pakaian sederhana dari kain kasar tanpa membawa pedang, sepatunya bahkan hanya berupa sandal jerami. Siapa pun yang melihatnya akan mengira dia adalah rakya