"Tenang saja, orang baik pasti dilindungi oleh Tuhan. Ayahmu akan baik-baik saja." Setelah menenangkan Mutia, mereka terus berjalan ke Restoran Zuha.Setibanya di sana, mereka langsung melihat lantai pertama restoran yang ramai. Beberapa wanita yang berpakaian mencolok segera mendekati Wira dan lainnya.Wanita yang berdiri di paling depan pun mendekati Wira, lalu tersenyum lebar dan bertanya, "Kak, kamu datang kemari untuk bersenang-senang ya? Apa ada kenalanmu di sini? Atau aku perlu memperkenalkan mereka kepadamu?"Wira sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan wanita itu. Dia malah bertanya balik dengan tegas, "Di mana orang bernama Yasa?""Tuan Yasa ada di lantai atas. Kalian teman-temannya ya? Aku akan mengabarinya dulu. Boleh aku tahu siapa nama kalian?"Sikap wanita itu langsung menjadi lebih sopan.Yasa adalah penguasa di Provinsi Tengah. Dia sering datang ke Restoran Zuha untuk menghabiskan banyak uang.Itu sebabnya, orang-orang di sini sudah menganggapnya sebagai pelanggan ut
Karena lehernya dicekik oleh Agha yang memiliki kekuatan yang sangat besar, Muraj pun tidak bisa berkata-kata dan hanya bisa menatap Agha dengan takutAgha berkata dengan dingin, "Orang kejam sepertimu telah melakukan banyak kejahatan bersama majikanmu. Sekarang kamu malah ingin berdamai?""Aku membiarkanmu hidup waktu di penginapan karena kamu masih berguna. Sekarang kami sudah tahu di mana Yasa berada. Kamu sudah nggak berguna. Mati saja kamu!"Setelah melontarkan beberapa kalimat kejam itu, Agha sontak melemparkan Muraj ke lantai satu.Peristiwa mendadak itu membuat orang-orang di lantai satu panik. Para tamu pun bangkit dari kursi mereka.Sementara itu, wanita yang hendak melayani Wira dan lainnya tadi, bergegas maju untuk memeriksa kondisi Muraj. Dia bergumam dengan terbata-bata, "Dia ... sudah mati ...."Semua orang yang ada di sana sontak terperanjat. Banyak orang yang membuang gelas anggur mereka, lalu melarikan diri. Siapa juga yang ingin berada di tempat mengerikan seperti in
"Sebentar!" bentak Yasa.Yasa bukan orang bodoh. Dia bisa mencapai posisinya yang sekarang tentu berkat usaha dan pengorbanannya.Hanya dengan melihat Agha, dia sudah tahu apa yang ingin dilakukan Agha. Pemuda ini jelas ingin menyerangnya. Yasa tentu panik.Karena telah membereskan semua orang di Vila Hijau dan hanya menyisakan Fahri, Yasa pun merasa tenang sehingga datang ke Restoran Zuha untuk bersenang-senang. Bahkan, dia tidak membawa pengawal.Siapa sangka, Wira dan lainnya malah datang kemari untuk mencarinya. Bagaimana mungkin Yasa tidak panik di situasi yang merepotkan ini?Wira tidak berbicara dan hanya menyesap teh dengan santai. Pandangannya tertuju pada kedua orang di belakangnya."Dia memang pintar bersantai. Tehnya saja begitu enak. Kalian mau coba nggak? Sayang kalau nggak diminum," ujar Wira.Kedua orang itu bertatapan, lalu menggeleng. Mereka tidak punya niat untuk minum teh sekarang. Jika dibandingkan dengan Wira, mereka sama sekali tidak punya nafsu untuk sekarang.F
Yasa kesulitan untuk bangkit.Meskipun berkuasa dan berpengaruh di Provinsi Tengah, bahkan banyak orang yang takut padanya, Yasa sama sekali tidak menguasai ilmu bela diri.Selain itu, dia hanya suka menindas orang lemah dan berpesta pora. Makanya, dia tidak punya kemampuan apa pun. Jika dibandingkan dengan Muraj, dia kalah jauh.Setelah ditendang oleh Agha, Yasa merasa tulang rusuknya hampir patah. Dia tidak punya kekuatan untuk berdiri lagi.Terutama saat melihat Agha yang menatapnya dengan tatapan garang, Yasa pun semakin ketakutan."Memangnya ini bukan masalah uang ya? Kalau begitu, apa yang Mutia janjikan kepada kalian? Kalau dia bisa, aku pasti bisa!""Tuan-tuan sekalian, tolong percaya padaku dan beri aku kesempatan. Jangan sampai kalian berselisih denganku cuma karena Mutia. Ini nggak sepadan!" pinta Yasa tanpa henti.Tujuannya tentu untuk menyelamatkan nyawanya. Selama dia bisa lolos hari ini, tidak peduli siapa Wira dan lainnya, dia pasti akan menemukan cara untuk melawan mer
"Bukan, bukan! Maksudku bukan seperti itu! Aku nggak berpikir nyawa manusia nggak berharga.""Tapi, semua sudah terjadi sekarang. Bukankah kita seharusnya memikirkan cara untuk menghentikan kerugian? Kalau nggak, kedua belah pihak akan sama-sama rugi."Yasa masih berusaha untuk menyelamatkan diri. Wanita ini sulit sekali dihadapi. Jika dia bicara dengan Fahri, mungkin situasi tidak akan serumit ini.Menukar nyawa orang-orang di Vila Hijau dengan sejumlah besar uang. Bukankah ini ide bagus? Asalkan punya uang, mereka bisa membangun kembali Vila Hijau dan tetap berkuasa!"Tuan Yasa!" Ketika mereka masih mengobrol, beberapa orang tiba-tiba berlari masuk.Begitu melihat mereka, Yasa seperti menemukan penyelamat. Dia sontak berteriak, "Kenapa malah bengong? Cepat bantu aku berdiri! Aku kesakitan sampai nggak bisa berdiri! Papah aku!"Orang-orang itu langsung maju dan mengabaikan Wira dan lainnya, seolah-olah tidak melihat keberadaan mereka.Sementara itu, Dwija yang berdiri di belakang Wira
Belati itu sontak menembus jantung Yasa. Seketika, Yasa tergeletak di atas genangan darah.Orang-orang di luar membelalak, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Di Provinsi Tengah, ada orang yang berani menyerang majikan mereka? Ini benar-benar gila!Namun, Wira sama sekali tidak peduli pada keterkejutan mereka. Ekspresinya tetap terlihat tenang.Dulu saat perang berkecamuk di sembilan provinsi, Wira sudah sering melihat kematian. Itu sebabnya, dia sudah terbiasa.Mengenai Yasa, semua ini adalah akibat dari perbuatannya sendiri. Tidak ada seorang pun yang bisa disalahkan atas hasil ini.Mutia melemparkan pisau di tangannya, lalu mengambil kunci dari saku Yasa. Dia segera membuka rantai yang mengikat Fahri.Wira meletakkan cangkir tehnya, lalu perlahan-lahan bangkit dan menuju pintu. Orang-orang yang berjaga di luar terus mundur karena takut terhadap Wira.Meskipun mereka mengikuti Yasa dan telah melakukan banyak kejahatan, mereka tidak berani membunuh. Paling-paling hanya memberi
"Kamu kurang paham tentang situasi di wilayah barat, jadi nggak tahu latar belakang Yasa. Kamu rasa dia punya pengaruh besar di Provinsi Tengah cuma karena dia kaya dan berkuasa?" sahut Panji dengan perlahan.Caraka yang berdiri di samping pun menggeleng. "Memangnya masih ada alasan lain?""Itu karena dia punya penyokong. Penyokongnya itu punya prestise yang sangat tinggi di wilayah barat. Sekarang Wira dan orang-orangnya telah membunuhnya. Mereka nggak mungkin diampuni begitu saja.""Selanjutnya, jangan harap Wira dan lainnya masih bisa menyelidiki latar belakangku. Bahkan, mereka belum tentu bisa tinggal dengan tenang di wilayah barat. Sekarang kita cuma perlu sembunyi dan mengamati situasi mereka," jelas Panji.Caraka pun tertawa mendengarnya. Mereka tidak perlu bersusah payah lagi. Mereka awalnya masih memikirkan cara untuk melawan Wira, tetapi Wira malah membawa masalah besar untuk diri sendiri.Ini sungguh konyol! Namun, ini juga akibat dari perbuatan mereka sendiri! Siapa suruh
Sebenarnya Agha mengerti, tetapi hanya ingin mengeluh. Dia tidak berniat jahat. Jika tidak, dia tidak mungkin membantu Mutia tadi."Ya, ya. Aku memang salah sebelumnya. Sayangnya, waktu nggak bisa diputar kembali. Kini, aku menjadi pendosa besar bagi keluargaku." Fahri menghela napas dengan tidak berdaya.Selain dirinya dan Mutia, semua orang tewas dalam kebakaran. Bagaimana mungkin hatinya tidak hancur memikirkan hal ini?Wira menepuk bahu Fahri, lalu menghiburnya, "Kamu sendiri juga tahu semuanya sudah berlalu. Sekarang kamu juga sudah menyesal. Yang bisa kita lakukan untuk sekarang cuma melihat ke depan.""Masalah ini bisa dianggap selesai untuk sementara waktu. Jadi, apa rencanamu selanjutnya? Kalau kamu butuh uang, aku bisa membantu."Tadi Yasa berniat menggunakan uang untuk meredakan masalah, tetapi Wira tidak setuju. Bagaimanapun, dia tidak kekurangan uang.Sementara itu, harta benda di Vila Hijau telah habis dijarah dan bangunan telah menjadi reruntuhan. Kini, ayah dan anak ini
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m