“Nggak enak banget!”Wira Darmadi sedang mengunyah sesuap tiwul. Kemudian, dia meletakkan sendoknya karena merasa seperti makan gula saja.Sekarang dia akan menampar siapa pun yang berani memberitahunya bahwa melewati dimensi adalah hal bagus.Wira sudah melewati dimensi ke Kerajaan Nuala yang mirip dengan Kerajaan Atrana kuno.Pemilik tubuh sebelumnya berasal dari keluarga kaya. Sewaktu orang tuanya masih hidup, dia selalu sarapan bubur. Makan siangnya adalah nasi dengan lauk, sedangkan makan malamnya adalah mi gandum dan roti pipih. Berhubung harus bersekolah di ibu kota provinsi, dia baru pulang ke rumah setiap sepuluh hari sekali. Pada saat itu, dia pun bisa memuaskan nafsu makannya.Rakyat biasa pada umumnya hanya makan sehari dua kali. Makanan mereka juga hanyalah bubur atau tiwul karena mereka tidak sanggup membeli daging. Hanya pada saat Tahun Baru dan punya uang berlebih, mereka baru bisa menikmati daging.Biasanya, hanya orang kaya, bangsawan atau pejabat yang bisa menikmati
Wira bertanya balik, “Gimana kalau bisa?”Budi langsung menunjukkan ekspresi licik. “Kalau kamu bisa, aku nggak bakal terima bunganya! Tapi kalau nggak bisa, kamu harus jual diri untuk jadi budakku. Gimana?”Wulan langsung terkejut dan mencegahnya. “Suamiku, kamu nggak boleh setuju!”Budi sangat licik. Dia ingin Wira menjual diri menjadi budaknya. Namun, William sudah murka. Dia pun menuliskan dua surat perjanjian dan mengeluarkan tinta merah. “Cepat tanda tangan!”“Oke!”Setelah tanda tangan dan menempelkan cap jari, Budi pun pergi dengan puas.Budi yakin dengan koneksi dan karakter Wira selama ini, dia tidak mungkin bisa menghasilkan 40 ribu gabak dalam tiga hari.Meskipun keluarga Wulan kaya, mereka tidak mungkin meminjamkan uang kepada Wira. Sebab, mereka ingin Wulan meninggalkan Wira.Dengan taruhan ini, Budi bukan hanya bisa mendapatkan budak muda, tetapi juga bisa menjualnya dan mendapatkan puluhan ribu gabak lagi.Selain itu, dia juga sudah selangkah lebih dekat untuk mengumpul
Pekerjaan yang tersisa sudah tidak terlalu sulit. Wira hanya perlu membersihkan rumputnya, lalu menghaluskannya dalam lesung batu.Setelah bekerja hingga seluruh badannya sakit, Wira baru mengumpulkan seember rumput yang sudah dihaluskan.Dia pun menjinjing ember itu sampai ke Sungai Jinggu sambil sesekali beristirahat selama perjalanan.Wira memilih tempat yang ada banyak ikan, lalu menabur tepung kedelai ke dalam sungai.Setelah ada umpan, ikannya menjadi semakin banyak. Wira pun menuangkan serpihan rumput ke dalam sungai dengan hati-hati.Seiring dengan serpihan rumput yang menyebar, satu demi satu ikan pun mulai mengapung....Tidak lama kemudian, Wira sudah berhasil menangkap delapan ekor ikan besar dan lima belas ekor ikan kecil.Ikan yang besar beratnya di atas dua kilogram, sedangkan yang kecil beratnya di atas 250 gram. Wira melepaskan ikan yang lebih kecil dari itu.Setelah matahari terbenam, Wira pun pulang ke rumah.Dalam perjalanan pulang, Wira melewati sebuah gubuk jerami
Di dunia ini, cara menangkap ikan sangat bervariatif, ada menjala, memancing dan menangkap ikan. Namun, masih belum ada yang menangkap ikan dengan obat bius.Wira berkata sambil tersenyum, “Aku sudah ketemu teknik rahasia yang bisa tangkap banyak ikan. Cepat makan! Hati-hati tulangnya!”“Teknik rahasia menangkap ikan?”Wulan tidak begitu percaya. Dia menjadi waswas lagi setelah mendapat perhatian dari Wira.Namun, Wulan tidak lanjut bertanya lagi. Kedua orang itu pun mulai menyantap makanan mereka.Entah karena pemilik tubuh sebelumnya terlalu jarang makan ikan atau karena ini adalah ikan liar, Wira merasa ikan yang digoreng dengan garam ini sangat lezat. Dalam sekejap, dia pun sudah menyelesaikan santapannya.Wira melirik Wulan yang makan dengan pelan. Ikannya masih tersisa setengah.“Suamiku, aku sudah kenyang. Makan saja ikannya!”Saat melihat Wira yang menatap dirinya, Wulan pun buru-buru meletakkan sendoknya dan mendorong piring berisi ikan itu ke depan Wira.“Aku sudah kenyang ko
Sony berdiri di depan pintu rumah Wira dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.Wira yang melihatnya pun bertanya, “Ngapain kamu berdiri di sini?”Danu dan Doddy langsung melangkah keluar untuk mengepung Sony.Mereka merasa Sony yang pagi-pagi datang ke rumah Kak Wira pasti berniat jahat!Sony langsung terkejut dan buru-buru mundur. Dia berkata, “A ... aku ingin makan ikan!”Si Sony ini benar-benar tidak tahu malu. Wira menggeleng, lalu menjawab, “Kamu datang terlambat, ikannya sudah habis!”Sony berkata dengan cemberut, “Nanti malam masih ada, ‘kan? Asal bisa makan ikan, aku nggak masalah harus ikut banu gali rumput seharian!”Saat berkeliaran semalam, Sony menemukan bahwa keluarga Wira dan keluarga Hasan sudah makan ikan.Saat berkeliaran pagi ini, dia menemukan keluarga Wira makan ikan lagi bersama Hasan dan kedua putranya.Setelah memikirkan keuntungan yang dikatakan Wira kemarin, Sony akhirnya mengerti apa yang sudah dilewatkannya. Dia sudah kehilangan dua kesempatan untuk ma
Namun, Wira tidak memedulikan peringatan Hasan. Dia malah berkata sambil tersenyum, “Pak Agus, bisa saja aku bagi ikannya untukmu, tapi kamu juga harus tanggung sedikit utangku! Kalau nggak mau bantu aku tanggung utangnya, kamu boleh bagi sedikit tanahmu padaku. Soalnya, tanahku juga sudah dijadikan jaminan.""Dasar anak tak tahu diri!”Selesai berbicara, Agus pun pergi dengan marah.Dia hanya menginginkan seekor ikan Wira, tetapi Wira malah menyuruhnya untuk bantu menanggung utang dan juga meminta tanahnya. Kenapa si Pemboros itu begitu tidak tahu malu!“Pak Agus, jangan pergi! Aku cuman bercanda. Jangan marah, dong!” teriak Wira.Ikan yang didapatkan Wira hari ini sangat banyak. Dia tidak akan menolak siapa pun yang meminta ikan padanya. Namun, dia tidak akan menerima orang yang menuntut sesuatu dengan alasan yang tidak masuk akal.Agus sudah marah. Setelah mendengar ucapan Wira, dia juga tidak menoleh.Warga yang mengerti maksud Wira pun tertawa terbahak-bahak.Setelah itu, Wira pun
“Baik, suamiku!”“Jangan panggil suamiku, panggil sayang saja!”“Nggak bisa!”“Kenapa?”“Sayang itu panggilan yang terlalu mesra! Kamu baru berubah jadi baik sama aku dua hari belakangan, aku masih belum siap panggil kamu begitu.”“Oh ....”Berhubung takut membuat suaminya marah, Wulan pun mengalihkan pembicaraan, “Omong-omong, pernah ada seorang peramal yang datang ke rumahku waktu aku masih kecil. Dia bilang, aku bisa jadi istri pejabat ke depannya.”“Istri pejabat?”“Suamiku, jangan marah. Ramalan peramal itu pasti nggak tepat, mana mungkin aku bisa jadi istri pejabat! Selama kamu menginginkanku, aku bakal menemanimu seumur hidup.”...Keesokan dini hari, Hasan dan yang lainnya sudah sampai ke rumah Wira. Setelah menaruh seluruh ember berisi ikan ke atas gerobak, kelima orang itu pun berangkat ke ibu kota provinsi.Sebelum mereka berangkat, Wulan menyerahkan sebuah kantong kain merah kepada Wira, “Suamiku, kalau uang menjual ikan nggak cukup, gadaikan saja gelang ini! Kalau masih ng
“Beri hormat ke pemilik tanah?”Setelah melihat postur sekelompok orang ini, Wira baru tersadar. “Kalian datang buat minta biaya perlindungan?”Danu dan Doddy mengepalkan tangannya dengan marah. Hasan yang berdiri di belakang Wira juga mengerutkan keningnya.Sony buru-buru berbisik pada Wira, “Wira, aku lupa kasih tahu. Dia itu bos ikan Pasar Timur, namanya Iwan Projo. Dia punya julukan ‘si Perusuh’. Anak buahnya kira-kira ada sekitar belasan orang. Dia selalu ambil keuntungan 20% dari siapa pun yang mau jual ikan di Pasar Timur.”“Dua puluh persen?”Wira langsung naik pitam. “Kalian ambil keuntungan yang lebih banyak daripada pemerintah?”Mereka sudah bersusah payah untuk menangkap ikan selama dua hari dan harus berjalan kaki ke ibu kota provinsi untuk menjual ikan. Pemerintah hanya meminta keuntungan 10%, tetapi preman-preman ini malah minta 20%?Setelah mendengarnya, Doddy langsung marah. Bahkan Danu yang biasanya sangat tenang juga mengepalkan tangannya erat-erat.Preman-preman ini
Mutia awalnya hanya ingin menekan Fahri agar mau menerima Wira dan yang lainnya. Namun, dia tidak menyangka Fahri begitu kejam dan bahkan mengusirnya dari rumah."Aku akan pergi, kamu jangan menyesal. Mulai hari ini, aku akan anggap nggak punya ayah lagi. "Setelah mengatakan itu sambil menggertakkan giginya, Mutia menatap Wira. "Tuan Wira, sungguh maaf, semua ini karena aku ...."Wira tersenyum dan berkata, "Ketua Fahri juga mempertimbangkan keluarganya, nggak bisa menyalahkannya. Mungkin pemikiran kita berbeda, jadi semuanya baru seperti ini. Karena nggak bisa kembali ke Vila Hijau lagi, bagaimana kalau kamu rekomendasi tempat yang bisa kita huni untuk sementara? Uangnya bukan masalah."Wira tidak ingin Mutia berpikir dia adalah orang miskin. Jika begitu, mereka harus menyesuaikan diri. Sekarang dia adalah pebisnis yang sedang dalam perjalanan bisnis, tentu saja harus tampil lebih berkelas agar bisa memperluas koneksinya dan segera menyelesaikan masalahnya."Ternyata kalian semua ada
Tepat pada saat itu, Wira maju dan berbicara dengan tenang. Kepribadiannya juga sama dengan Mutia, tidak bisa menerima perlakuan seperti ini.Lagi pula, tadi Wira juga sudah melihat apa yang dilakukan Muraj, kemungkinan apa yang dikatakan Mutia memang benar adanya. Mutia sepertinya tidak sedang bercanda dengannya, ini berarti semua masalah ini memang berawal dari orang yang bernama Yasa itu. Sekarang Yasa sudah menindasnya, Fahri ini malah masih menahan emosinya begitu saja. Sungguh mempermalukan harga diri pria.Tidak ada yang tahu Fahri juga harus mempertimbangkan keluarga besarnya. Jika harus melawan Yasa, dia juga tidak takut. Seperti yang dikatakan Mutia, dia bisa mengeluarkan uang untuk menyewa beberapa orang dan bertarung dengan Yasa secara terang-terangan. Meskipun akan kehilangan nyawanya, dia juga tidak akan melepaskan Yasa dan reputasinya juga bagus jika hal ini tersebar.Sayangnya, saat ini Fahri masih harus mengurus keluarga besarnya. Jika dia bertindak gegabah, mungkin ha
Meskipun Muraj hanya seorang pengikut di samping Yasa, dia masih lebih berkuasa daripada Fahri. Vila Hijau ini hanya sebuah tempat kecil saja, bukankah seharusnya tunduk di hadapannya?"Nggak perlu sok berkuasa di sini. Kita sebenarnya nggak berniat untuk mencari masalah karena hal sebelumnya, tapi sekarang kalian malah mengganggu putriku. Meskipun Tuan Yasa ada di sini, aku juga nggak akan menghargainya. Aku sarankan kalian untuk cepat pergi dari ini. Kalau nggak, jangan salahkan aku nggak berbelas kasihan," kata Fahri.Seiring dengan perintah dari Fahri, gerbang Vila Hijau tiba-tiba terbuka dan banyak pelayan yang berlari keluar dari dalamnya. Dari jumlahnya, sudah jelas mereka lebih unggul.Melihat situasinya tidak menguntungkan, sudut mulut Muraj berkedut. Dia menggertakkan giginya dan berkata sambil menunjuk Fahri, "Kamu tunggu saja, masalah ini nggak akan selesai begitu saja. Tuan Yasa nggak akan memaafkanmu."Setelah mengatakan itu, Muraj memimpin orang-orang di belakangnya untu
Mutia berkata dengan tegas, "Ayah, apa kamu sudah lupa bagaimana mereka memperlakukan Nikolas? Aku mencari mereka untuk menuntut keadilan karena masalah Nikolas. Orang-orang dari Vila Hijau nggak pernah ikut campur urusan luar, tapi mereka malah menargetkan kita. Meskipun kamu bisa menahan amarahmu, aku nggak bisa.""Kalau hari ini nggak ada bantuan dari Tuan Wira yang berani, kamu mungkin nggak akan melihatku lagi. Jadi, kalau kamu berani mengabaikan Tuan Wira dan temannya, aku akan langsung memutuskan hubungan ayah dan anak denganmu mulai sekarang."Mutia menghargai semua tindakan Wira dan merasa Wira benar-benar pria sejati. Lagi pula, Wira baru saja menyelamatkannya, dia tidak mungkin melupakan budi ini. Selain itu, sekarang Wira dan yang lainnya juga sudah sampai di depan Vila Hijau. Jika dia tidak melindungi mereka, dia tidak bisa bertemu dengan orang lain lagi kelak.Wira dan yang lainnya tetap diam. Bagi mereka, ini hanya permainan anak-anak saja. Sekelompok sampah tidak bergun
"Kalian pikir kalian ini siapa? Jelas-jelas kalian yang salah terlebih dahulu, malah datang untuk menyulitkan ayahku lagi. Apa orang lain nggak boleh mengkritik bahan makanan di penginapan kalian yang nggak segar? Benar-benar penginapan penindas pelanggan."Suara yang tiba-tiba terdengar itu membuat semua orang yang berada di tempat itu tercengang.Fahri yang paling cepat bereaksi karena suara dan nada itu jelas milik Mutia. Semuanya sesuai dengan dugaannya, Mutia bersama Wira dan kelompoknya sedang melewati kerumunan dan segera tiba di depan mereka.Begitu Wira dan yang lainnya muncul, Muraj langsung menatap mereka. Sebelum tadi meninggalkan penginapan, Yasa sudah menggambarkan wajah mereka padanya. Dilihat dari penampilan mereka sekarang, dia yakin mereka adalah orang-orang yang tadi menghancurkan penginapan. Benar-benar menghemat tenaganya, mereka memang berhubungan dengan Vila Hijau seperti yang diprediksi Yasa."Dasar gadis durhaka! Kamu masih berani kembali? Cepat pergi dari sini
Dalam sekejap, Fahri merasa terpojok. Sekarang orang-orang Yasa sudah datang langsung ke Vila Hijau, sepertinya masalah ini tidak semudah yang dibayangkannya. Mungkin saja masalah ini memang ada hubungannya dengan Mutia.Hanya Fahri sendiri yang tahu jelas sifat putrinya ini, tidak ada yang lebih mengenal Mutia daripada dia yang sebagai ayahnya. Sialan! Sepertinya, Mutia benar-benar sudah membuat masalah besar untuknya. Saat memikirkan hal itu, dia bahkan berniat untuk mengusir putrinya ini dari rumah.Saat ini, Vila Hijau masih belum layak untuk menantang Yasa. Jika mereka melawan Yasa secara terang-terangan, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi yaitu mereka akan hancur. Masih ada ratusan nyawa yang bergantung pada vila ini, tidak mungkin membiarkan mereka kehilangan mata pencaharian ataupun nyawa mereka. Apa pun hasilnya, Fahri merasa bersalah pada semua orang di Vila Hijau.Muraj berkata dengan dingin, "Ketua Fahri, sekarang kamu hanya ada dua pilihan. Pilihan pertama, mengusir semu
Banyak orang yang tahu tentang Lembah Duka, tetapi tidak berani mengungkapkan lokasinya. Ini membuktikan pasti ada sesuatu yang tersembunyi dengan tempat ini. Bukan karena mereka tidak tahu, tetapi mereka tidak berani mengatakannya. Setelah tiba di Vila Hijau, mungkin mereka bisa menemukan titik masuknya."Baiklah. Karena Nona Mutia sudah mengundang, kami hanya bisa mengganggu kalian," kata Wira sambil tersenyum dengan sopan."Bagus. Aku akan membawa kalian ke Vila Hijau sekarang," kata Mutia sambil tersenyum, lalu memimpin Wira dan yang lainnya keluar dari kota Provinsi Tengah.....Di Vila Hijau.Baru lewat tengah hari, sudah ada banyak orang yang berdiri di luar Vila Hijau. Namun, mereka semua sepertinya sedang merencanakan sesuatu dan tidak berniat baik.Berita ini pun segera sampai ke telinga ketua Vila Hijau. Saat ini, para penjaga dan ketua vila sudah tiba di depan pintu dan berhadapan dengan mereka yang datang. Suasana di tempat itu pun menjadi sangat tegang."Siapa kalian? Ken
"Mereka harusnya orang-orang dari Vila Hijau, 'kan?" kata Yasa.Sebenarnya, Yasa juga tidak tahu latar belakang Wira dan yang lainnya. Namun, ada satu hal yang pasti, Mutia tidak akan lolos dari masalah ini dengan selamat jika hari ini tidak ada mereka di sana. Meskipun mereka tidak mengenal Mutia dan bukan berasal dari Vila Hijau, mereka pasti akan menjadi teman Vila Hijau setelah kejadian hari ini."Vila Hijau? Aku mengerti sekarang, mereka pasti datang mencari masalah dengan kita karena Nikolas itu," kata Muraj dengan tegas.Nikolas adalah adik dari Mutia. Saat itu, dia juga yang berjudi di kasino dan kalah banyak uang. Jika bukan karena Vila Hijau yang turun tangan, dia pasti sudah kehilangan kedua tangannya sesuai dengan peraturan kasino. Tidak ada yang bisa menerima penghinaan ini. Apalagi Vila Hijau juga cukup terkenal di Provinsi Tengah, meskipun tidak sebanding dengan Yasa."Aku akan memimpin orang untuk pergi ke Vila Hijau. Meskipun perkembangan cukup baik selama beberapa tah
Orang-orang itu harus memastikan mereka tidak mencari masalah bagi diri mereka sendiri dan akhirnya malah mempermalukan diri mereka sendiri.Yasa menggertakkan giginya dengan rapat, tetapi seorang pria sejati harus memahami situasinya. Agha memang pandai bertarung dan Wira serta temannya juga tidak bisa diremehkan, dia tentu saja tidak berani melawan mereka. Hanya saja, dia tidak bisa melepaskan dendam ini begitu saja."Baiklah," kata Yasa yang akhirnya memilih untuk menyerah."Pergi ke atas dan kemasi barang-barang kita. Kita akan segera pergi dari sini," perintah Wira sambil menatap kelompoknya.Ketiga orang itu pun segera pergi ke lantai atas. Tak lama kemudian, mereka sudah selesai mengemasi barang-barang mereka dan kembali turun ke lantai bawah."Kak, kami sudah siap," kata Agha.Wira menganggukkan kepalanya. Setelah menatap Yasa beberapa kali, dia dan kelompoknya pun berjalan menuju pintu keluar.Begitu Wira dan yang lainnya keluar dari penginapan, mata kerumunan orang yang tadin