Bam! Anang menggebrak meja saking kesalnya. Dia menggertakkan gigi dan menegur, "Semua ini demi kebaikanmu! Kalau kamu bisa memahami niat baikku, sebaiknya turuti perkataanku!""Sekarang kamu telah kehilangan kesucianmu. Kamu tahu betapa pentingnya kesucian untuk wanita, 'kan? Mau kamu setuju atau nggak, kamu harus menikah dengan Agha!""Sejak zaman dulu, pernikahan diatur oleh orang tua. Kalau kamu berani menentang ucapanku, aku bakal pergi mencari ibumu!"Jelas sekali, ini adalah ancaman! Sekujur tubuh Fadela bergetar mendengarnya. Pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa pun lagi.Meskipun demikian, dari sorot matanya, terlihat jelas bahwa Fadela menentang pernikahan ini. Dia tidak akan pernah menyetujuinya sekalipun ditodong pisau! Untuk sekarang, Fadela hanya bisa mengamati situasi."Oh ya." Sebelum keluar, Anang menoleh untuk berkata, "Tuan Wira ada urusan penting, jadi malam ini dia bakal meninggalkan desa. Kita harus berkemas dan ikut ke Provinsi Yonggu."Bagaimanapun, tempat in
Danu segera mengangguk dan mengikuti Wira. Tiba-tiba, Agha menarik ujung bajunya dan berujar sambil menangis, "Kak, kamu harus memberiku keadilan. Kak Wira menyiksaku selama kamu nggak ada. Dia mau aku menikahi Fadela!"Danu tergelak dan menyahut, "Nona Fadela cantik dan pemberani. Dia wanita hebat. Tuan Wira juga sudah memberinya posisi di pasukan. Kalau suatu hari terjadi perang, Nona Fadela bisa membuat prestasi gemilang lho. Kalian serasi kok. Kenapa kamu malah sedih?"Agha merasa makin pusing. Dia berkata, "Kamu benar. Aku juga tahu dia wanita hebat. Tapi, ada satu hal yang aku nggak setuju. Wanita ini galak sekali! Dia nggak ada bedanya dengan harimau betina! Kalau kami nikah, bukannya aku bakal diterkamnya?"Danu dan beberapa orang di samping tak kuasa tertawa mendengarnya, termasuk Anang. Untung, Fadela tidak mendengar perkataan Agha. Jika tidak, Agha pasti sudah dihajar habis-habisan.Pada akhirnya, tidak ada kemungkinan mereka berdua bisa bersama. Tentunya, Anang memegang per
"Semua ini adalah ganjaran yang harus kamu terima. Memangnya kamu sudah lupa apa yang kamu lakukan di Dusun Darmadi waktu itu?" balas Wira dengan murka.Wira bukan orang yang pemaaf, tetapi tidak akan menindas orang dengan kekuasaannya. Jika tidak, mana mungkin para rakyat mengaguminya?Hanya saja, pria di depan ini terlalu jahat. Wira mengetahui semua perbuatannya. Itu sebabnya, Wira tidak akan melepaskannya begitu saja.Ekspresi Wira berangsur makin dingin. Dia berkata, "Aku mencarimu bukan untuk membahas kejadian sebelumnya. Aku nggak punya waktu basa-basi denganmu. Sekarang hukuman yang kamu dapatkan adalah karma burukmu sendiri. Aku datang untuk tanya tentang Desa Damaro."Begitu mendengarnya, ekspresi Ahmad menjadi sangat suram. "Memangnya ada apa dengan Desa Damaro?"Wira pun terkekeh-kekeh, lalu menggeleng dan menyahut, "Jangan pura-pura bodoh. Orang lain mungkin nggak tahu niat jahatmu, tapi aku tahu betul semuanya.""Kemarin malam, adik kandungmu mencariku. Dia yang memberita
"Aku benaran nggak nyangka kamu bakal segila ini. Kamu membunuh seluruh keluargamu! Kamu nggak merasa bersalah kepada orang tuamu dan para penduduk desa?""Jangan lupa. Kamu tumbuh besar dengan bantuan mereka. Mereka yang memberimu makan. Air yang kamu minum juga air Desa Damaro. Gimana bisa kamu melakukan hal sekejam ini?"Jelas sekali, Nayara telah menganggap Ahmad sebagai penjahatnya. Meskipun keduanya punya hubungan darah, mereka sudah lama putus hubungan. Bagi Nayara, Ahmad tidak ada bedanya dengan siluman!Danu berdiri di samping dan menyaksikan semuanya dengan ekspresi gusar. Dia paling benci orang yang tidak tahu balas budi. Jika Wira memerintahkannya untuk membunuh Ahmad sejak awal, Danu pasti sudah membunuhnya. Namun, Danu masih punya akal sehat. Dia tahu mempertahankan nyawa Ahmad akan lebih berguna bagi mereka.Di sisi lain, perbuatan Ahmad memang membuatnya pantas untuk disiksa habis-habisan. Dengan cara ini, dia baru bisa tahu betapa fatalnya kesalahan yang telah dibuatny
"Tuan, jangan tertipu oleh penampilannya! Desa Damaro selalu damai. Nggak pernah ada masalah ataupun musibah seperti ini.""Tapi, setelah Ahmad pulang, situasi mulai berubah. Kini, Desa Damaro bahkan lenyap. Masalah ini pasti berkaitan dengannya.""Tuan, gimana kalau kamu menyerahkannya kepadaku saja? Biar aku yang menginterogasinya! Aku pasti bisa mengorek informasi dari mulutnya! Apalagi, metode dari Desa Damaro bisa membuatnya setengah mati!" usul Nayara sambil menggertakkan giginya. Tatapannya dipenuhi dengan kebencian dan amarah.Nayara terus terbayang akan kematian tragis para penduduk desa. Dia merasa hatinya tersayat-sayat. Sayangnya, dia belum bisa melakukan apa pun untuk sekarang. Dia tidak tahu siapa pembunuhnya sehingga dia tidak bisa membalas dendam.Kalaupun masalah ini tidak berkaitan dengan Ahmad, Ahmad tetap pembawa sialnya! Nayara tidak akan melepaskannya."Sudahlah. Kamu terlalu emosional. Sebaiknya kamu istirahat. Lukamu juga belum sembuh," bujuk Wira sambil menepuk
Wira bertanya dengan santai sambil tersenyum. Ekspresi Danu terlihat sangat marah. Dia memandang dingin semua orang di sekitarnya.Ini adalah kediaman jenderal, simbol kota Provinsi Yonggu, dan juga wilayah kekuasaannya. Padahal Wira masih berada di sini. Keributan seperti ini benar-benar memalukan!Ini sama seperti menampar wajahnya sendiri. Berhubung Wira ada di sisinya, Danu tidak berani bicara sembarangan meski sangat kesal. Dia hanya bisa menyerahkan keputusan kepada Wira.Seorang prajurit segera berucap, "Tuan Agha dan Nona Fadela lagi bersiap untuk bertarung, jadi kami datang untuk menonton ....""Bertarung?" Wira menjadi tertarik. Pandangannya beralih kepada orang-orang di hadapannya. Di depan, memang ada sebuah arena dengan Fadela dan Agha berdiri di tengahnya.Namun, Agha tidak memegang palu seperti biasanya. Itu memang masuk akal karena ini bukan pertempuran sungguhan. Hanya sekadar adu kekuatan biasa, jadi tidak wajar jika menggunakan senjata.Selain itu, meski Fadela punya
Fadela tersenyum dan langsung mengusulkan, "Kamu pakai satu tangan saja. Seperti ini baru adil, 'kan?"Agha segera menyetujuinya, "Tentu nggak masalah!"Agha yakin bahwa dengan kekuatan yang luar biasa, Fadela tetap tidak akan bisa mengalahkannya meski hanya menggunakan satu tangan. Rasa percaya dirinya begitu tinggi.Lagi pula sekuat apa pun wanita, menurut Agha, mereka tetap tidak bisa dibandingkan dengan dirinya.Itu adalah keunggulan alami seorang pria, apalagi Agha terkenal sebagai pria terkuat di dunia. Mana mungkin seorang wanita bisa melawannya? Itu hanyalah lelucon.Dalam sekejap, Agha bergerak ke samping dan melambaikan tangannya ke arah Fadela dengan santai. Dia berucap, "Ayo, mulai."Fadela mendengus kesal dan langsung menyerbu ke arah Agha. Dalam sekejap, mereka sudah saling beradu di arena.Benar saja Agha hanya menggunakan satu tangan, sementara tangannya yang lain disembunyikan di belakang punggung.Meski begitu, Fadela sudah mulai kewalahan dalam beberapa gerakan awal
Agha menggaruk kepalanya sambil terkekeh-kekeh. Dia masih saja menunjukkan sikapnya yang lugu."Kalau kami nggak kembali sekarang, mana mungkin bisa melihat tontonan seru seperti ini?" balas Wira sambil tersenyum.Kemudian, Wira melanjutkan dengan penasaran, "Coba jelaskan padaku, kenapa tiba-tiba kamu mau jadian sama Nona Fadela?"Danu yang berada di sebelah Wira juga mendekat karena penasaran. Dia juga menunggu penjelasan Agha. Setelah ragu sejenak, Agha menghela napas dan menjawab dengan ekspresi penuh keputusasaan, "Semua ini karena beberapa kata dari Kak Vion.""Vion? Dia juga datang ke kota Provinsi Yonggu?" tanya Wira lagi. Dia melihat ke sekeliling, tetapi tidak menemukan jejak Vion.Meskipun di Gedung Nomor Satu ada banyak orang hebat, Wira hanya akrab dengan dua orang dan salah satunya adalah Vion.Selain itu, hubungan Vion dan Agha cukup dekat, jadi Wira memiliki kesan yang lebih mendalam terhadapnya.Hanya saja Vion memiliki kepribadian yang bebas dan santai, serta tidak t
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m