Fadela tersenyum dan langsung mengusulkan, "Kamu pakai satu tangan saja. Seperti ini baru adil, 'kan?"Agha segera menyetujuinya, "Tentu nggak masalah!"Agha yakin bahwa dengan kekuatan yang luar biasa, Fadela tetap tidak akan bisa mengalahkannya meski hanya menggunakan satu tangan. Rasa percaya dirinya begitu tinggi.Lagi pula sekuat apa pun wanita, menurut Agha, mereka tetap tidak bisa dibandingkan dengan dirinya.Itu adalah keunggulan alami seorang pria, apalagi Agha terkenal sebagai pria terkuat di dunia. Mana mungkin seorang wanita bisa melawannya? Itu hanyalah lelucon.Dalam sekejap, Agha bergerak ke samping dan melambaikan tangannya ke arah Fadela dengan santai. Dia berucap, "Ayo, mulai."Fadela mendengus kesal dan langsung menyerbu ke arah Agha. Dalam sekejap, mereka sudah saling beradu di arena.Benar saja Agha hanya menggunakan satu tangan, sementara tangannya yang lain disembunyikan di belakang punggung.Meski begitu, Fadela sudah mulai kewalahan dalam beberapa gerakan awal
Agha menggaruk kepalanya sambil terkekeh-kekeh. Dia masih saja menunjukkan sikapnya yang lugu."Kalau kami nggak kembali sekarang, mana mungkin bisa melihat tontonan seru seperti ini?" balas Wira sambil tersenyum.Kemudian, Wira melanjutkan dengan penasaran, "Coba jelaskan padaku, kenapa tiba-tiba kamu mau jadian sama Nona Fadela?"Danu yang berada di sebelah Wira juga mendekat karena penasaran. Dia juga menunggu penjelasan Agha. Setelah ragu sejenak, Agha menghela napas dan menjawab dengan ekspresi penuh keputusasaan, "Semua ini karena beberapa kata dari Kak Vion.""Vion? Dia juga datang ke kota Provinsi Yonggu?" tanya Wira lagi. Dia melihat ke sekeliling, tetapi tidak menemukan jejak Vion.Meskipun di Gedung Nomor Satu ada banyak orang hebat, Wira hanya akrab dengan dua orang dan salah satunya adalah Vion.Selain itu, hubungan Vion dan Agha cukup dekat, jadi Wira memiliki kesan yang lebih mendalam terhadapnya.Hanya saja Vion memiliki kepribadian yang bebas dan santai, serta tidak t
Di sisi lain. Setelah kembali ke kamarnya, wajah Fadela terlihat muram dan dia terus mengurung diri di dalam.Fadela awalnya berpikir karena Agha hanya menggunakan satu tangan, dia akan bisa mengalahkannya dengan mudah.Tidak disangka meski begitu, Fadela tetap bukan tandingan Agha dan akhirnya jatuh ke dalam situasi seperti ini.Barusan, ada banyak orang yang melihat pertarungan mereka. Meskipun ingin mengingkari kesepakatan, sepertinya Fadela sudah kehilangan kesempatan itu.Pada akhirnya, yang didapat Fadela hanyalah rasa malu. Pilihan yang tersisa di depannya hanyalah menikah dengan Agha.Fadela memang tidak setuju, tetapi dia juga tak punya hak suara lagi sehingga harus menerima keadaan."Oke, nikah saja. Nanti, lihatlah gimana aku akan menghadapimu!" gumam Fadela dengan emosi sambil menggertakkan giginya.Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Fadela bertanya dengan kesal, "Siapa itu? Masuk!"Anang masuk ke kamar dan segera melihat ke arah Fadela. Sebagai ayah, dia bisa tahu b
Pada saat yang sama, Lucy telah kembali dan sedang duduk di gazebo taman belakang. Di sekelilingnya, berdiri beberapa anggota jaringan mata-mata. Semuanya terlihat lelah setelah perjalanan panjang.Wira menuangkan secangkir teh untuk Lucy sambil bertanya, "Sepertinya penyelidikannya sudah selesai, 'kan?"Lucy membalas sambil mengangguk, "Bisa dibilang begitu. Tapi, situasinya ternyata lebih rumit daripada yang kita bayangkan."Wira mengangkat alis seraya bertanya, "Apa maksudmu?""Um ...." Lucy berpikir sejenak sebelum berucap sembari mengernyit, "Ini ada hubungannya sama orang-orang dari Kerajaan Beluana."Mendengar nama Kerajaan Beluana, ekspresi Wira berubah dingin. Dia pun tanpa sadar bertanya, "Kenapa bisa terkait dengan mereka?"Lucy menjelaskan, "Kabarnya, ada orang di Desa Damaro yang menguasai teknik sihir yang sangat kuat. Kalau seseorang mempelajarinya, kekuatan mereka bisa melampaui ribuan prajurit. Bahkan senjata api pun nggak sebanding dengan teknik sihir itu.""Tapi, kit
Nayara yang baru saja mendekat, bertanya dengan hormat, "Tuan Wira, aku dengar kamu mencariku. Apa sudah ada perkembangan mengenai masalah ini?"Wira menghela napas sebelum menjelaskan, "Situasinya ternyata lebih rumit dari yang kubayangkan. Lucy memang sudah mendapatkan beberapa petunjuk, tapi belum bisa dipastikan sepenuhnya. Untuk hasil akhir, kita harus bersabar dan menunggu.""Tapi ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu, yaitu tentang sihir yang katanya ada di Desa Damaro. Apa kamu pernah mendengar tentang teknik sihir yang konon bisa melawan ribuan pasukan?" tanya Wira.Wira merinding ketika membayangkannya. Kalau teknik sihir semacam itu benar-benar ada, itu sangatlah berbahaya.Meski selama ini Wira belum pernah mendengar hal-hal semacam itu, dunia memang penuh dengan hal aneh.Teknik sihir memang ada di dunia ini, jadi mungkin ada juga teknik sihir yang sangat kuat. Mungkinkah Wira sendiri yang jarang menemui hal aneh?Setelah mengetahuinya, Wira tidak bisa hanya duduk diam
Wira menenangkan Danu dengan berujar, "Justru karena semua ini, mungkin semuanya akan jadi sedikit berbeda. Kamu nggak perlu terlalu khawatir."Meski masih merasa ragu, Danu memilih untuk tidak berbicara lebih jauh. Bagaimanapun selama Wira dan dirinya ada di Provinsi Yonggu, situasi tidak akan berubah drastis meski ada orang jahat yang muncul. Orang seperti itu hanya akan menjadi badut yang tidak bisa berbuat banyak."Oh, ya. Aku akan pergi ke restoran untuk menemui Vion. Kalau ada sesuatu yang penting, kamu bisa utus orang untuk mencariku," ucap Wira sambil beranjak pergi.Baginya sangat menyenangkan menerima tamu dari jauh, apalagi Vion telah banyak membantunya. Jadi, Wira merasa perlu minum bersama Vion sebagai tanda terima kasih.Selain itu, ada hal penting yang perlu disampaikan pada Vion yakni agar dia bantu menjaga Agha dengan baik.Setelah meninggalkan kediaman jenderal, Wira menuju restoran. Baru saja berjalan beberapa langkah, seorang bocah berpakaian compang-camping tiba-ti
Anak-anak gelandangan itu saling memandang, tetapi tidak ada satu pun yang berani berbicara. Biasanya, mata mereka akan langsung bersinar begitu melihat uang karena banyak pengungsi yang berkeliaran akibat perang yang berkepanjangan. Meskipun sekarang dunia sudah damai, tetap masih ada banyak orang yang tidak bisa makan,Mereka sudah kehilangan orang tua mereka dalam kekacauan perang dan hanya bisa mengandalkan diri sendiri untuk bertahan hidup. Mencari makanan untuk mengenyangkan perut bukan hal yang mudah. Namun, kali ini saat melihat begitu banyak uang emas, mereka justru merasa takut untuk pertama kalinya.Pemimpin anak gelandangan itu pun tersenyum dan berkata, "Sudahlah. Kalau benar-benar terjadi sesuatu, paling-paling kalian bilang saja ini ulahku, oke? Langit runtuh pun kakak yang akan menahannya untuk kalian.""Baiklah, kita dengarkan dia saja. Kalau benar-benar terjadi sesuatu, kita nggak boleh membiarkannya sendirian yang menanggungnya juga. Lagi pula, hidup kita juga sudah
Bukan hanya tidak ingin mengakui kesalahan, anak-anak gelandangan ini bahkan bersiap untuk bertarung dengan Wira. Ini yang membuatnya menjadi tertarik."Ingin mengelak ya?"Wira tersenyum dan menantang anak-anak gelandangan itu. "Kalau begitu, ayo ke sini! Kalian maju bersama-sama, aku ingin lihat seberapa hebat kemampuan kalian."Anak-anak gelandangan itu saling memandang. Setelah itu, pemimpin anak gelandangan menggertakkan gigi dan menyerang ke arah Wira terlebih dahulu. Namun, gerakannya terlalu lambat.Wira memang sangat jarang berperang di medan perang, tetapi dia tahu sedikit ilmu bela diri. Dia bukan orang yang bisa dipermainkan seenaknya. Dia langsung mengangkat tangan dan mencengkeram kepala pemimpin anak gelandangan itu.Tidak peduli seberapa keras pemimpin anak gelandangan itu mencoba untuk mengayunkan tinju kecilnya, dia tetap tidak bisa menyentuh Wira sedikit pun.Wira berkata lagi, "Bagaimana dengan kalian? Bukankah kalian ini temannya? Apa kalian hanya akan diam saja me
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala
Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot
Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den
Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini
Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi