Anak-anak gelandangan itu saling memandang, tetapi tidak ada satu pun yang berani berbicara. Biasanya, mata mereka akan langsung bersinar begitu melihat uang karena banyak pengungsi yang berkeliaran akibat perang yang berkepanjangan. Meskipun sekarang dunia sudah damai, tetap masih ada banyak orang yang tidak bisa makan,Mereka sudah kehilangan orang tua mereka dalam kekacauan perang dan hanya bisa mengandalkan diri sendiri untuk bertahan hidup. Mencari makanan untuk mengenyangkan perut bukan hal yang mudah. Namun, kali ini saat melihat begitu banyak uang emas, mereka justru merasa takut untuk pertama kalinya.Pemimpin anak gelandangan itu pun tersenyum dan berkata, "Sudahlah. Kalau benar-benar terjadi sesuatu, paling-paling kalian bilang saja ini ulahku, oke? Langit runtuh pun kakak yang akan menahannya untuk kalian.""Baiklah, kita dengarkan dia saja. Kalau benar-benar terjadi sesuatu, kita nggak boleh membiarkannya sendirian yang menanggungnya juga. Lagi pula, hidup kita juga sudah
Bukan hanya tidak ingin mengakui kesalahan, anak-anak gelandangan ini bahkan bersiap untuk bertarung dengan Wira. Ini yang membuatnya menjadi tertarik."Ingin mengelak ya?"Wira tersenyum dan menantang anak-anak gelandangan itu. "Kalau begitu, ayo ke sini! Kalian maju bersama-sama, aku ingin lihat seberapa hebat kemampuan kalian."Anak-anak gelandangan itu saling memandang. Setelah itu, pemimpin anak gelandangan menggertakkan gigi dan menyerang ke arah Wira terlebih dahulu. Namun, gerakannya terlalu lambat.Wira memang sangat jarang berperang di medan perang, tetapi dia tahu sedikit ilmu bela diri. Dia bukan orang yang bisa dipermainkan seenaknya. Dia langsung mengangkat tangan dan mencengkeram kepala pemimpin anak gelandangan itu.Tidak peduli seberapa keras pemimpin anak gelandangan itu mencoba untuk mengayunkan tinju kecilnya, dia tetap tidak bisa menyentuh Wira sedikit pun.Wira berkata lagi, "Bagaimana dengan kalian? Bukankah kalian ini temannya? Apa kalian hanya akan diam saja me
"Kembalikan barangku dulu," kata Wira sambil mengulurkan tangannya.Sedikit uang emas itu tidak berarti apa-apa bagi Wira, tetapi kantong uang itu sangat berharga baginya. Itu adalah hadiah Wulan untuknya, dia tidak akan bisa menjelaskannya saat kembali ke Dusun Darmadi nanti. Bagaimanapun juga, dia sangat menghargai semua kebaikan Wulan padanya, dia tentu saja nggak ingin mengecewakan Wulan.Tanpa ragu-ragu, Greg langsung mengeluarkan kantong uang itu dari dalam bajunya dan melemparkannya ke Wira. "Sekarang kamu sudah mendapatkan barangmu kembali, bisakah kamu melepaskan aku dan teman-temanku?""Belum bisa," jawab Wira sambil memeriksa kantong itu dan menggelengkan kepala.Greg langsung marah. "Jadi, apa lagi yang kamu mau? Barangnya sudah aku kembalikan, apa kamu benar-benar ingin memaksa kami sampai mati? Kalau kamu memang nggak ingin membiarkan kami hidup, jangan buang-buang waktu lagi. Langsung lakukan saja."Meskipun anak-anak yang lainnya merasa takut, mereka juga ikut menganggu
Yang paling lucu adalah Wira sama sekali tidak pernah bertemu dengan Greg dan bahkan tidak memiliki kesan apa pun terhadap Greg."Kamu pernah bertemu dengan Wira?" tanya Wira sambil menatap Greg.Greg langsung menjawab dengan jujur dan tidak menyembunyikan apa pun, "Belum pernah .... Meskipun aku belum pernah bertemu dengan kakakku, aku tahu semua yang dilakukan kakakku dan paham dengan kepribadiannya. Dia adalah pahlawan besar yang sangat langka di dunia ini. Meskipun aku menganggapnya sebagai kakakku, dia mungkin nggak tahu keberadaanku.""Tapi, aku sudah bertekad, kelak aku akan belajar lebih banyak keterampilan. Kalau ada kesempatan, aku akan mengikuti kakakku dan menjadi tangan kanannya."Anak-anak lainnya juga terus menganggukkan kepala karena mereka juga memiliki pemikiran yang sama.Wira malah berkata, "Lihatlah dirimu sekarang. Wira memang pahlawan besar yang terkenal di seluruh negeri, tapi kenapa masih ada begitu banyak rakyat yang menderita kalau dia benar-benar sehebat yan
"Tunggu sebentar!"Saat semua orang bersiap-siap untuk pergi bersama Wira dengan gembira, Greg tiba-tiba berdiri di depan mereka. Dia menatap Wira dengan ekspresi waspada dan berkata, "Aku jelas-jelas sudah mencuri barangmu, tapi kamu tidak mempersulitku dan malah ingin membelikan kami pakaian dan makanan. Ini sangat aneh.""Jangan-jangan kamu mengejar ke sini sendirian dan nggak membawa pengawal, jadi kamu ingin membawa kami kembali ke kota. Setelah masuk ke kota, kamu akan mencari bantuan untuk menangkap kami, 'kan?"Begitu mendengar perkataan itu, ekspresi anak-anak lainnya menjadi muram dan segera menjaga jarak dengan Wira. Setelah memikirkannya dengan cermat, mereka merasa kata-kata ini mungkin benar. Memberikan mereka hadiah setelah memukul mereka, tidak ada hal baik seperti ini di dunia ini.Wira tersenyum dan berkata, "Menurutmu, aku orang yang seperti ini? Lagi pula, untuk menghadapi kalian, nggak perlu ada yang membantuku. Aku sendirian saja sudah cukup, 'kan?"Saat mengataka
Dikarenakan hanya Nayara yang berhasil melarikan diri dari lautan api dan tempat ini juga sudah menjadi puing-puing, jaringan mata-mata tidak bisa menemukan apa pun meskipun mereka hebat."Ketua, jejak di sekitar sini sudah hilang semua, mungkin ada orang yang sengaja menghancurkannya agar nggak ada orang yang menemukan rahasia Desa Damaro. Apa kita masih harus membuang-buang waktu di sini lagi?" tanya salah seorang anggota jaringan mata-mata.Sebelumnya, Lucy memang sudah melaporkan situasi Desa Damaro pada Wira, tetapi itu hanya berdasarkan hasil dugaan dari sumber daya yang sudah dikumpulkannya selama bertahun-tahun. Namun, kebenarannya masih belum bisa dipastikan. Sekarang dia hanya bisa mencari informasi dan rahasia baru, dia baru bisa memastikan apakah dugaannya benar atau tidak.Ekspresi Lucy menjadi serius. Setelah ragu sejenak, dia baru mengernyitkan alis dan berkata. "Karena kita sudah memeriksa seluruh area ini, kita nggak perlu membuang-buang waktu di sini lagi.""Kita teru
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Lucy dengan dingin, tanpa menghiraukan pertanyaan dari si codet itu. Sebenarnya, Lucy sudah menyadari jejak orang-orang ini saat mereka masih berada di Desa Damaro, tetapi dia tidak menunjukkannya.Gunung di belakang desa itu terlalu besar. Jika mengejutkan orang-orang ini dan bertarung secara langsung, hasil ini masih bisa diterima Lucy. Namun, jika orang-orang ini memilih untuk melarikan diri, mereka akan kesulitan untuk menemukan si codet dan kelompoknya ini. Pada akhirnya, semua petunjuk akan terputus.Setelah merenungkannya, Lucy memutuskan untuk menggunakan strategi berpura-pura pergi, lalu mereka kembali dengan diam-diam. Untungnya, strategi ini berhasil memancing mereka menampakkan diri, usahanya tidak sia-sia."Kamu nggak perlu tahu siapa kami, kejadian di Desa Damaro ini nggak ada hubungannya dengan kalian. Kalau kamu terus mencari masalah dengan kami, jangan salahkan kami nggak berbelas kasihan. Tua kami sudah memperingatkan kami untuk nggak be
Waktu berlalu dengan cepat dan kedua belah pihak bukan lawan yang bisa diremehkan. Setelah bertarung beberapa saat, kedua pihak pun mengalami kerugian.Kekuatan si codet lebih unggul daripada Lucy dan serangannya sangat ganas. Jika bukan karena anggota Lucy lebih banyak dan mendapat bantuan, mungkin sekarang dia sudah mati di tangan si codet itu. Meskipun begitu, keduanya tetap terluka."Dia tetap berhasil melarikan diri ...," gumam Lucy dengan menggertakkan gigi dan ekspresi muram sambil melihat medan perang yang penuh dengan darah dan memegang pedang dengan satu tangan.Sebagian besar orang-orang yang mengikuti si codet itu tergeletak di tanah dan semuanya sudah mati. Sementara itu, kerugian di pihak Lucy juga sangat parah. Mereka kehilangan puluhan anggota dan banyak yang terluka, termasuk Lucy juga.Orang yang berdiri di samping Lucy segera berkata, "Ini semua salah kami, kami nggak bisa menghentikan orang itu ...."Lucy melambaikan tangannya. "Ini bukan salah kalian. Aku pikir aku