"Tunggu sebentar!"Saat semua orang bersiap-siap untuk pergi bersama Wira dengan gembira, Greg tiba-tiba berdiri di depan mereka. Dia menatap Wira dengan ekspresi waspada dan berkata, "Aku jelas-jelas sudah mencuri barangmu, tapi kamu tidak mempersulitku dan malah ingin membelikan kami pakaian dan makanan. Ini sangat aneh.""Jangan-jangan kamu mengejar ke sini sendirian dan nggak membawa pengawal, jadi kamu ingin membawa kami kembali ke kota. Setelah masuk ke kota, kamu akan mencari bantuan untuk menangkap kami, 'kan?"Begitu mendengar perkataan itu, ekspresi anak-anak lainnya menjadi muram dan segera menjaga jarak dengan Wira. Setelah memikirkannya dengan cermat, mereka merasa kata-kata ini mungkin benar. Memberikan mereka hadiah setelah memukul mereka, tidak ada hal baik seperti ini di dunia ini.Wira tersenyum dan berkata, "Menurutmu, aku orang yang seperti ini? Lagi pula, untuk menghadapi kalian, nggak perlu ada yang membantuku. Aku sendirian saja sudah cukup, 'kan?"Saat mengataka
Dikarenakan hanya Nayara yang berhasil melarikan diri dari lautan api dan tempat ini juga sudah menjadi puing-puing, jaringan mata-mata tidak bisa menemukan apa pun meskipun mereka hebat."Ketua, jejak di sekitar sini sudah hilang semua, mungkin ada orang yang sengaja menghancurkannya agar nggak ada orang yang menemukan rahasia Desa Damaro. Apa kita masih harus membuang-buang waktu di sini lagi?" tanya salah seorang anggota jaringan mata-mata.Sebelumnya, Lucy memang sudah melaporkan situasi Desa Damaro pada Wira, tetapi itu hanya berdasarkan hasil dugaan dari sumber daya yang sudah dikumpulkannya selama bertahun-tahun. Namun, kebenarannya masih belum bisa dipastikan. Sekarang dia hanya bisa mencari informasi dan rahasia baru, dia baru bisa memastikan apakah dugaannya benar atau tidak.Ekspresi Lucy menjadi serius. Setelah ragu sejenak, dia baru mengernyitkan alis dan berkata. "Karena kita sudah memeriksa seluruh area ini, kita nggak perlu membuang-buang waktu di sini lagi.""Kita teru
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Lucy dengan dingin, tanpa menghiraukan pertanyaan dari si codet itu. Sebenarnya, Lucy sudah menyadari jejak orang-orang ini saat mereka masih berada di Desa Damaro, tetapi dia tidak menunjukkannya.Gunung di belakang desa itu terlalu besar. Jika mengejutkan orang-orang ini dan bertarung secara langsung, hasil ini masih bisa diterima Lucy. Namun, jika orang-orang ini memilih untuk melarikan diri, mereka akan kesulitan untuk menemukan si codet dan kelompoknya ini. Pada akhirnya, semua petunjuk akan terputus.Setelah merenungkannya, Lucy memutuskan untuk menggunakan strategi berpura-pura pergi, lalu mereka kembali dengan diam-diam. Untungnya, strategi ini berhasil memancing mereka menampakkan diri, usahanya tidak sia-sia."Kamu nggak perlu tahu siapa kami, kejadian di Desa Damaro ini nggak ada hubungannya dengan kalian. Kalau kamu terus mencari masalah dengan kami, jangan salahkan kami nggak berbelas kasihan. Tua kami sudah memperingatkan kami untuk nggak be
Waktu berlalu dengan cepat dan kedua belah pihak bukan lawan yang bisa diremehkan. Setelah bertarung beberapa saat, kedua pihak pun mengalami kerugian.Kekuatan si codet lebih unggul daripada Lucy dan serangannya sangat ganas. Jika bukan karena anggota Lucy lebih banyak dan mendapat bantuan, mungkin sekarang dia sudah mati di tangan si codet itu. Meskipun begitu, keduanya tetap terluka."Dia tetap berhasil melarikan diri ...," gumam Lucy dengan menggertakkan gigi dan ekspresi muram sambil melihat medan perang yang penuh dengan darah dan memegang pedang dengan satu tangan.Sebagian besar orang-orang yang mengikuti si codet itu tergeletak di tanah dan semuanya sudah mati. Sementara itu, kerugian di pihak Lucy juga sangat parah. Mereka kehilangan puluhan anggota dan banyak yang terluka, termasuk Lucy juga.Orang yang berdiri di samping Lucy segera berkata, "Ini semua salah kami, kami nggak bisa menghentikan orang itu ...."Lucy melambaikan tangannya. "Ini bukan salah kalian. Aku pikir aku
Semua anak-anak gelandangan itu saling memandang, tetapi tidak ada yang berbicara. Mereka juga ingin mengubah cara hidup mereka ini, tidak ada yang ingin menjadi pencuri seumur hidupnya dan selalu hidup bersembunyi.Selain itu, anak-anak itu mereka masih muda dan kelak pasti akan ada kehidupan yang berbeda. Namun, jika mereka tetap seperti ini, semua harapan mereka akan hancur. Saat memikirkan itu, makanan di tangan mereka menjadi tidak lezat lagi.Melihat semua orang tidak berbicara, Wira mengernyitkan alis. Bukankah anak-anak ini menjadi pencuri karena kekacauan akibat perang? Tidak ada orang yang terlahir untuk melakukan hal-hal seperti ini, semuanya karena terpaksa.Saat Wira masih bingung, Greg kembali berkata, "Tuan, aku tahu kamu bilang ini demi kebaikan kami dan aku juga tahu kamu berniat baik. Tapi, Tuan mungkin lupa, kami semua hanya anak-anak yang nggak bisa menghidupi diri sendiri. Kalau kami nggak mencuri, bagaimana kami bisa makan?"Anak-anak yang lainnya juga menganggukk
Sekarang Greg sudah berkata seperti ini, anak-anak itu tidak memiliki alasan untuk menolak. Selain itu, beberapa dari mereka juga sudah mulai tertarik. Tidak peduli seberapa sulit kehidupan mereka, setidaknya mereka yakin mereka perlu tidur di tanah dan makan di luar ruangan lagi jika berada di sisi Wira. Ini saja sudah cukup bagi mereka."Bagus! Kalian memang punya keberanian dan wawasan," kata Wira sambil tersenyum dengan puas, tetapi dia tetap tidak mengungkapkan identitasnya karena sekarang bukan saat yang tepat."Selama beberapa hari ini, kalian tinggal di sini dulu. Beberapa hari lagi, aku akan memberi kalian tugas yang baru dan kehidupan baru kalian akan dimulai. Tapi, kalian harus berjanji padaku, kalian nggak boleh melakukan perbuatan yang merugikan orang lain dan nggak boleh mencuri lagi. Kalau aku tahu ada yang melakukannya lagi, jangan salahkan aku nggak berbelas kasihan," peringatan Wira.Semua orang menundukkan kepala dan tidak ada yang berbicara, jelas mereka merasa bers
"Nggak ada yang bisa disembunyikan dari mata Tuan."Lucy menghela napas, lalu melanjutkan, "Aku sedang menyelidiki masalah di Desa Damaro dan luka di tubuhku ini karena masalah ini juga.""Tuan, arah penyelidikan kami sebelumnya sudah melenceng. Masalah di Desa Damaro mungkin nggak ada hubungannya dengan Kerajaan Beluana, tapi ada orang yang diam-diam mengendalikan semua ini. Maafkan aku, aku masih belum bisa memastikan siapa pelakunya."Wira memahami kemampuan Lucy. Jika Lucy pun tidak bisa menyelidikinya, berarti lawan mereka sangat berhati-hati sampai bisa menipu Lucy. Sepertinya, lawan mereka ini memang hebat.Dia tersenyum dan berkata, "Kamu nggak perlu terlalu memikirkan hal ini. Jangan meremehkan kemampuanmu hanya karena satu masalah. Aku tahu seperti apa dirimu, aku sudah menganggapmu sebagai tangan kananku. Kamu pulihkan lukamu ini dulu. Soal masalah ini, kamu bisa menyelidikinya perlahan-lahan setelah lukamu pulih."Mendengar perkataan ini, Lucy merasa sangat terharu. Bisa be
"Menurutku, lebih baik kirim mereka ke sekolah privat saja, bukankah di sana lebih baik? Anak muda yang kuat berarti negara yang kuat," kata Lucy.Lucy tidak ingin menjadi seorang ibu bagi anak-anak. Meskipun mereka tidak ada hubungan darah dengannya, membayangkan ada begitu banyak anak-anak di timnya saja sudah membuatnya pusing. Bagaimana dia bisa melatih mereka?Wira tersenyum dan berkata, "Kamu nggak perlu khawatirkan hal ini, aku kan membuat sebuah lembaga khusus untuk melatih anak-anak ini. Bukan hanya membentuk mereka menjadi talenta, tapi meningkatkan kemampuan mereka juga.""Aku juga akan memberikan mereka pendidikan agar memperkaya pengalaman dan pengetahuan mereka. Kelak mereka akan berguna bagi kita. Tapi, lembaga ini harus beroperasi secara rahasia, jadi aku teringat denganmu."Jika Wira yang memaksakan lembaga ini dijalankan, pasti akan ketahuan orang lain. Bagaimana jika semua anak-anak di sembilan provinsi ingin bergabung? Lebih baik dia membantu satu per satu, ini juga
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala
Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot
Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den
Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini
Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi