Begitu Yono dan Hajiz mengambil tindakan, Fadela juga beraksi. Dengan tangan memegang golok, Fadela menyerbu ke arah keduanya.Wira menatap medan tempur di depannya dengan santai. Dia merasa sangat lega karena sudah pasti menang.Jaringan mata-mata telah melindungi para penduduk. Sekalipun para perampok ingin membunuh mereka, di bawah jaringan mata-mata, mereka tidak akan sanggup mendekat. Pada akhirnya, mereka akan bertarung dengan bawahan Wira dan mati.Dalam waktu kurang dari 15 menit, lebih dari setengah perampok telah terbunuh. Yang tersisa hanya beberapa perampok yang terluka.Saat ini, para perampok telah berkumpul dan menatap para prajurit dengan penuh waspada. Pada akhirnya, mereka melempar senjata mereka sebagai isyarat menyerah."Tuan Wira, kami nggak pernah membunuh! Jangan percaya omongan Yono!""Ya! Tuan Wira, tolong ampuni kami!""Kami nggak ingin mati begitu saja!"Para perampok memohon supaya bisa bertahan hidup. Wira mendekati mereka dengan pelan. Dia telah menyimpan
Yono memperlihatkan senyuman sinis. Kemudian, dia langsung mengarahkan tombaknya kepada Fadela. Tatapannya dipenuhi niat membunuh.Hajiz pun bersembunyi di belakang Yono. Biasanya, dia hanya menjadi orang di belakang layar. Dia memang tidak bisa bertarung. Jika bersikeras melawan, nyawanya hanya akan melayang."Bos! Jangan basa-basi dengannya lagi! Cepat habisi dia, lalu kita kabur dari sini! Karena dia sudah kemari, itu artinya Wira dan lainnya juga sudah dekat. Kalau sampai pasukan tiba, jangan harap kita bisa selamat lagi!" seru Hajiz.Yono tentu memahaminya. Ketika melihat Fadela tidak berbicara, Yono langsung menyerbu ke depan dan berseru, "Karena kamu yang cari mati, aku bakal antar kamu ke neraka!"Saat berikutnya, Yono tiba di hadapan Fadela. Fadela mundur beberapa langkah. Pedang di tangan telah dihunuskan. Pertarungan akhirnya dimulai.Kekayaan Keluarga Jati memang penting. Namun, di hati Fadela, nyawa orang-orang di sekelilingnya jauh lebih penting.Meskipun para pelayan itu
Setelah semua beres, Wira berjalan ke samping dan menatap Lucy dengan puas. "Kerja bagus kali ini. Kalaupun ada Biantara, belum tentu hasilnya akan sebagus ini."Lucy segera menyahut, "Pujian Tuan berlebihan. Aku nggak bisa dibandingkan dengan Tuan Biantara."Ketika keduanya mengobrol, Agha menghampiri dengan tersenyum. Dia baru meraih kemenangan dan baru melampiaskan amarahnya, sehingga suasana hatinya sangat baik. Dia sudah lupa ucapan Wira yang sebelumnya.Agha menghampiri Wira lalu berkata, "Kak, kamu bilang mau kasih harta benda di sini kepada para penduduk. Kalau Nona Fadela tahu, apa dia bakal setuju? Bagaimanapun, itu bukan barangmu.""Setelah pulang nanti, aku bakal menebusnya kepada Keluarga Jati. Aku nggak bakal ambil barang mereka kok. Oh ya, kenapa aku nggak melihat Fadela?" tanya Wira.Lucy dan Agha bertatapan, lalu menggeleng. Mereka sibuk melakukan tugas masing-masing sehingga tidak memperhatikan hal lain. Lucy harus melindungi para penduduk, sedangkan Agha membawa pasu
"Agha seorang sudah cukup. Dia memang lagi marah. Biarkan dia melampiaskan amarahnya, daripada dia membuatku repot nanti," ujar Wira sambil tersenyum.Hanya saja, Wira merasa cemas pada Fadela. Bagaimanapun, Fadela sudah mengejar mereka sejak tadi. Entah wanita itu bisa bertahan atau tidak.Wira tahu Fadela menguasai ilmu bela diri. Namun, Yono bisa menjadi pemimpin Desa Anyer karena memiliki kemampuan. Kini, semua tergantung pada nasib Fadela.....Di hutan, Yono dan Fadela masih bertarung dengan sengit. Sampai sekarang, belum terlihat pemenangnya. Keduanya sama-sama mengalami cedera.Lengan kiri Fadela terluka. Di dadanya, terlihat juga sebuah lubang yang tidak kecil. Teknik tombak Yono terlalu rumit. Jika teknik tubuh Fadela kalah dari Yono, dia pasti sudah mati karena tikaman tadi.Di sisi lain, kondisi Yono juga tidak baik. Dia menderita banyak luka gores. Pakaiannya sampai memerah karena dinodai darah. Bahkan, di wajahnya, terlihat lubang yang berdarah.Meskipun kedua belah pihak
"Kamu ini menyebalkan, tapi termasuk setia kawan. Aku paling suka orang yang setia kawan. Gimana bisa aku membiarkanmu mati saat membela kebenaran? Karena kamu nggak bisa membunuhnya, biar kubantu." Agha tersenyum tipis. Sambil mengangkat palunya, dia mendekati Yono selangkah demi selangkah.Hati Fadela seketika terasa hangat. Ternyata Agha tidak seburuk yang dia pikirkan. Sebenarnya Fadela sudah membulatkan tekadnya untuk mati tadi. Bagaimanapun, bala bantuan tidak datang dan dia bukan lawan Yono.Jika situasi ini terus berlanjut, energi Fadela pasti akan terkuras habis. Ketika saat itu tiba, dia tidak punya cara untuk melawan Yono. Hasilnya pun tidak perlu diragukan lagi, yaitu dia akan mati!Namun, setidaknya kematiannya bermakna. Tujuan Fadela kemari adalah untuk membunuh Yono. Jadi, sekalipun mati, kematiannya tidak akan sia-sia. Hanya saja, dia takut tidak sanggup melakukannya.Untungnya, Agha datang kemari. Kedatangan Agha bak seberkas cahaya di tengah kegelapan. Fadela kembali
"Oh, rupanya begitu. Itu artinya, kamu lebih kejam daripada mereka. Kamu lebih pantas mati!" Ekspresi Agha menjadi dingin. Dia langsung mengayunkan palunya untuk menghantam kepala Hajiz.Bam! Kepala Hajiz sontak terpenggal. Sejak awal, Hajiz sudah sangat ketakutan. Kini, kepalanya bahkan terpenggal. Dia mati dengan tragis. Sungguh menyedihkan!Setelah menghabisi Yono dan Hajiz, Agha kembali ke sisi Fadela. Dia langsung menggendong Fadela."Apa yang kamu lakukan?" tanya Fadela dengan panik. Namun, karena energinya terkuras habis dan cedera yang dialaminya sangat parah, Fadela tidak bisa melawan.Selain itu, Fadela juga tahu dirinya bukan lawan Agha. Kekuatan Agha terlalu mengerikan. Dia tidak pernah melihat orang sekuat Agha. Saat ini, Agha bukan hanya mengangkat Fadela, tetapi juga memegang palu seberat ratusan kilogram. Meskipun demikian, dia terlihat sangat santai seolah-olah hanya memegang kapas."Kulihat kamu nggak bisa jalan lagi. Aku malas memapahmu. Jalanmu lambat sekali. Aku m
Begitu tahu mereka kembali, Wira juga masuk ke dalam rumah itu. Setelah membuka pintu dan masuk ke kamar, dia melihat banyak orang Keluarga Jati sedang berada di sana. Dia segera maju dan melihat sekilas Fadela yang sedang berbaring di atas kasur, lalu bertanya, "Gimana keadaan Nona Fadela?""Kurang bagus." Ternyata, Lucy sudah tiba dengan membawa seorang dokter sejak tadi. Saat ini, dokter itu sedang memeriksa Fadela."Waktu aku melihatnya, keadaannya sudah sangat parah. Kalau saja aku telat sebentar, wanita ini pasti sudah tamat."Agha sedang duduk sambil menikmati makanan dengan lahap. Hal yang bisa dia kerjakan sudah dilakukannya. Bisa dibilang, dia sudah mengusahakan yang terbaik, jadi dia pun tidak lagi memusingkan masalah Fadela.Hidup dan mati seseorang ada di tangan Tuhan. Kalau Fadela bisa bertahan hidup, itu memang bagus. Namun, kalau pada akhirnya Fadela meninggal, itu juga bukan salah siapa-siapa. Semua itu adalah takdirnya sendiri."Tuan Wira, aku sudah periksa keadaan No
Satu kalimat itu langsung mengenai kelemahan Agha.Sebagai kakak Agha, tentu saja Wira tahu apa yang paling diinginkan Agha. Dia ingin menunjukkan kemampuannya di medan perang! Terlebih lagi, itu bisa mengungkapkan nilai dirinya!"Kak! Kamu harus pegang ucapanmu ini! Mulai sekarang, aku bakal patuh sama kamu, juga bakal introspeksi kelakuanku! Tapi, posisi garda depan ini sudah pasti buat aku ya!"Setelah meninggalkan beberapa kalimat itu, Agha mengambil makanannya dan menuju ke luar kamar. Dia bahkan menutup pintu kamar dengan santun.Melihat kelakuan Agha, Wira hanya bisa menggeleng dengan tak berdaya. 'Dasar bocah. Kelakuannya benar-benar masih mirip bocah. Apa aku bisa memercayakan tugas penting itu kepadanya kelak? Bagaimanapun, dia cuma boleh jadi pengawal sekarang ....'Wira berjalan ke dekat tempat tidur, lalu duduk di sebelah Fadela. Dia berkata dengan pelan, "Kamu harus lekas sembuh. Walau ada kesalahpahaman di antara kita, kesalahpahaman itu sudah selesai, 'kan? Selain itu,