Begitu tahu mereka kembali, Wira juga masuk ke dalam rumah itu. Setelah membuka pintu dan masuk ke kamar, dia melihat banyak orang Keluarga Jati sedang berada di sana. Dia segera maju dan melihat sekilas Fadela yang sedang berbaring di atas kasur, lalu bertanya, "Gimana keadaan Nona Fadela?""Kurang bagus." Ternyata, Lucy sudah tiba dengan membawa seorang dokter sejak tadi. Saat ini, dokter itu sedang memeriksa Fadela."Waktu aku melihatnya, keadaannya sudah sangat parah. Kalau saja aku telat sebentar, wanita ini pasti sudah tamat."Agha sedang duduk sambil menikmati makanan dengan lahap. Hal yang bisa dia kerjakan sudah dilakukannya. Bisa dibilang, dia sudah mengusahakan yang terbaik, jadi dia pun tidak lagi memusingkan masalah Fadela.Hidup dan mati seseorang ada di tangan Tuhan. Kalau Fadela bisa bertahan hidup, itu memang bagus. Namun, kalau pada akhirnya Fadela meninggal, itu juga bukan salah siapa-siapa. Semua itu adalah takdirnya sendiri."Tuan Wira, aku sudah periksa keadaan No
Satu kalimat itu langsung mengenai kelemahan Agha.Sebagai kakak Agha, tentu saja Wira tahu apa yang paling diinginkan Agha. Dia ingin menunjukkan kemampuannya di medan perang! Terlebih lagi, itu bisa mengungkapkan nilai dirinya!"Kak! Kamu harus pegang ucapanmu ini! Mulai sekarang, aku bakal patuh sama kamu, juga bakal introspeksi kelakuanku! Tapi, posisi garda depan ini sudah pasti buat aku ya!"Setelah meninggalkan beberapa kalimat itu, Agha mengambil makanannya dan menuju ke luar kamar. Dia bahkan menutup pintu kamar dengan santun.Melihat kelakuan Agha, Wira hanya bisa menggeleng dengan tak berdaya. 'Dasar bocah. Kelakuannya benar-benar masih mirip bocah. Apa aku bisa memercayakan tugas penting itu kepadanya kelak? Bagaimanapun, dia cuma boleh jadi pengawal sekarang ....'Wira berjalan ke dekat tempat tidur, lalu duduk di sebelah Fadela. Dia berkata dengan pelan, "Kamu harus lekas sembuh. Walau ada kesalahpahaman di antara kita, kesalahpahaman itu sudah selesai, 'kan? Selain itu,
"Apalagi kondisinya sekarang nggak cocok untuk perjalanan panjang, itu cuma akan memperparah lukanya. Kita akan repot nanti." Lucy segera menjelaskan kondisi Fadela.Yang dikatakan Lucy memang benar. Ini adalah aspek yang paling memusingkan.Wira mengetukkan jari tangannya di dahi. Setelah ragu-ragu sejenak, dia berkata, "Kalau begitu, kita tinggal di sini dulu beberapa hari. Nggak mungkin membiarkannya sendirian di sini, 'kan? Setidaknya aku bisa melindunginya dengan berada di sini.""Lagi pula, masih ada orang di Provinsi Yonggu. Kamu kembali saja ke sana, biar Agha yang menemaniku di sini. Orang Keluarga Jati juga nggak bakal pergi untuk sementara. Ada mereka yang berada di sisiku sudah cukup."Lucy menganggukkan kepala. "Baik!"Sore hari itu juga, Lucy dan lainnya pun pergi. Pengaturan Wira ini justru membuat Agha merasa sangat puas karena dia juga tidak bermaksud pergi begitu saja. Bagaimanapun, terlalu berbahaya kalau meninggalkan Fadela di sini sendirian.....Dua hari kemudian.
"Tenang saja. Seorang pria sejati nggak akan menjilat ludahnya sendiri. Karena aku sudah janji, aku pasti akan mengizinkanmu bergabung dengan pasukanku setelah kamu sembuh nanti. Hanya saja, posisi apa yang bisa kamu tempati di pasukanku, itu tergantung kemampuanmu sendiri."Fadela bergegas mengangguk. Bisa mendapatkan persetujuan dari Wira saja sudah cukup. Dia pernah mendengar, ada banyak prajurit tangguh di sisi Wira. Bahkan di bawah komandonya, tersembunyi banyak orang-orang hebat!Meskipun dia cuma pernah bertemu dengan Lucy dan Agha, mereka memang bukan pria dan wanita biasa! Terutama Agha. Pria itu sanggup memakai palu yang beratnya ratusan kilogram, itu sama sekali bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh orang biasa!Sementara itu, Lucy yang merupakan penerus Biantara juga tidak bisa dianggap remeh. Jaringan mata-mata adalah organisasi terpenting di bawah naungan Wira yang bahkan disebut sebagai "Mata Wira"! Bisa menjadi penanggung jawab di jaringan mata-mata sudah cukup untuk m
Sebelumnya, Fadela memang terlalu gegabah. Selain itu, banyak hal yang sebenarnya adalah kesalahannya sendiri. Sekalipun palu itu diambil oleh Agha, itu juga bukan salah siapa-siapa. Bagaimanapun, dirinya sudah memutuskan untuk bertaruh dengan Wira, Fadela memang harus mengakui kekalahannya.Kalau bukan karena kecerobohannya, bagaimana mungkin semua masalah ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin dirinya jadi harus berbaring di tempat tidur?Sementara itu, soal perasaannya terhadap Wira ....Tidak bisa dipungkiri, Fadela lumayan menyukai Wira. Namun, itu adalah perasaan suka terhadap keluarga atau teman, sama sekali bukan romansa antara pria dan wanita!Menyadari dirinya yang salah bicara, pelayan wanita itu seketika berdiri diam tanpa berani melanjutkan kata-katanya.....Lima belas menit kemudian, di desa.Anang berjalan ke desa dengan menggebu-gebu. Dia yang ingin menemui putrinya, mendapati orang yang menyambutnya ternyata adalah Wira.Anang maju dan membungkuk sambil berkata dengan te
"Semuanya akan disumbangkan pada para rakyat di Provinsi Yonggu? Ini semua adalah harta kekayaanmu. Kalau kamu menyumbangkan semuanya begitu saja, bagaimana Keluarga Jati akan bertahan kelak?" kata Wira sambil menatap Anang di depannya, tetapi dia bisa melihat Anang tidak sedang bercanda dengannya.Wira merasa kedermawanan Anang ini sungguh luar biasa. Menyumbangkan seluruh kekayaan keluarganya dengan begitu murah hati, bahkan dia sendiri pun tidak sanggup melakukan hal ini. Mungkin setiap orang memang berbeda.Dia juga peduli pada negara dan rakyat, serta selalu memikirkan kesejahteraan rakyat di seluruh negeri. Uang hanya sekedar angka baginya, tetapi angka-angka ini baru berguna jika berada di tangannya. Jika menyumbangkan semua hartanya, kelak dia tidak bisa membantu orang-orang dengan harta itu lagi."Tuan Wira, kamu juga bisa lihat kalau aku sudah tua sekarang, jelas tenagaku sudah berkurang jauh dibandingkan sebelumnya. Apa gunanya lagi aku mempertahankan harta ini?"Setelah men
Wira memberi Anang kesempatan untuk berbicara, termasuk memberikan sedikit keuntungan untuk Anang.Setelah mengelus tangannya, Anang segera berkata dengan tanpa ragu-ragu lagi, "Tuan Wira, sebenarnya aku masih punya satu permintaan. Aku bisa melihat keinginan putriku. Dia juga ingin mengikuti Tuan Wira dan menjadi seorang pahlawan wanita yang gagah berani. Aku yakin Tuan Wira juga pasti bisa melihat keinginannya itu.""Fadela selalu suka bermain dengan pedang dan tombak, sama sekali nggak tertarik dengan bisnis keluarga. Meskipun aku berencana menyerahkan Keluarga Jati padanya, dia juga sudah menolakku berkali-kali.""Setelah merenungkannya, aku ingin menggunakan harta Keluarga Jati ini untuk memberikan posisi bagi putriku. Selama dia bisa berada di sisimu, kamu boleh memintanya melakukan apa pun. Meskipun hanya menjadi pelayan rendahan, aku yakin dia juga akan bersedia."Wira tersenyum. Ayah dan anak ini benar-benar menarik, pikiran mereka ternyata sama."Tuan Wira, kenapa kamu tersen
"Baiklah. Ayo kita pergi melihat Nona Fadela," kata Wira dan kembali mempersilakan Anang dengan tersenyum.Anang segera menganggukkan kepala dan mengikuti Wira.....Di pinggiran desa. Wira sudah meminta Lucy untuk memimpin orang-orang pergi terlebih dahulu. Selain penduduk setempat yang tinggal di desa itu, hanya tersisa Wira dan Agha yang merupakan orang asing di sana.Agha yang biasanya tidak betah berdiam diri merasa makin bosan karena sekarang dia terjebak di desa itu. Pada akhirnya, dia hanya bisa pergi berburu di hutan terdekat. Untungnya, hutan itu cukup menarik karena masih memiliki banyak binatang buas untuk menghabiskan waktu senggangnya.Saat ini, ada beberapa pemuda yang baru saja dewasa yang memegang tombak bercabang tiga di belakang Agha dan memperhatikan keadaan sekitar dengan waspada."Kak Agha, di sini benar-benar ada beruang yang berkeliaran. Kalau kita benar-benar bertemu dengan beruang hitam, apa kamu yakin bisa mengalahkannya? Hari ini kamu nggak membawa palumu lo
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala
Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot
Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den
Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini
Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi