Satu kalimat itu langsung mengenai kelemahan Agha.Sebagai kakak Agha, tentu saja Wira tahu apa yang paling diinginkan Agha. Dia ingin menunjukkan kemampuannya di medan perang! Terlebih lagi, itu bisa mengungkapkan nilai dirinya!"Kak! Kamu harus pegang ucapanmu ini! Mulai sekarang, aku bakal patuh sama kamu, juga bakal introspeksi kelakuanku! Tapi, posisi garda depan ini sudah pasti buat aku ya!"Setelah meninggalkan beberapa kalimat itu, Agha mengambil makanannya dan menuju ke luar kamar. Dia bahkan menutup pintu kamar dengan santun.Melihat kelakuan Agha, Wira hanya bisa menggeleng dengan tak berdaya. 'Dasar bocah. Kelakuannya benar-benar masih mirip bocah. Apa aku bisa memercayakan tugas penting itu kepadanya kelak? Bagaimanapun, dia cuma boleh jadi pengawal sekarang ....'Wira berjalan ke dekat tempat tidur, lalu duduk di sebelah Fadela. Dia berkata dengan pelan, "Kamu harus lekas sembuh. Walau ada kesalahpahaman di antara kita, kesalahpahaman itu sudah selesai, 'kan? Selain itu,
"Apalagi kondisinya sekarang nggak cocok untuk perjalanan panjang, itu cuma akan memperparah lukanya. Kita akan repot nanti." Lucy segera menjelaskan kondisi Fadela.Yang dikatakan Lucy memang benar. Ini adalah aspek yang paling memusingkan.Wira mengetukkan jari tangannya di dahi. Setelah ragu-ragu sejenak, dia berkata, "Kalau begitu, kita tinggal di sini dulu beberapa hari. Nggak mungkin membiarkannya sendirian di sini, 'kan? Setidaknya aku bisa melindunginya dengan berada di sini.""Lagi pula, masih ada orang di Provinsi Yonggu. Kamu kembali saja ke sana, biar Agha yang menemaniku di sini. Orang Keluarga Jati juga nggak bakal pergi untuk sementara. Ada mereka yang berada di sisiku sudah cukup."Lucy menganggukkan kepala. "Baik!"Sore hari itu juga, Lucy dan lainnya pun pergi. Pengaturan Wira ini justru membuat Agha merasa sangat puas karena dia juga tidak bermaksud pergi begitu saja. Bagaimanapun, terlalu berbahaya kalau meninggalkan Fadela di sini sendirian.....Dua hari kemudian.
"Tenang saja. Seorang pria sejati nggak akan menjilat ludahnya sendiri. Karena aku sudah janji, aku pasti akan mengizinkanmu bergabung dengan pasukanku setelah kamu sembuh nanti. Hanya saja, posisi apa yang bisa kamu tempati di pasukanku, itu tergantung kemampuanmu sendiri."Fadela bergegas mengangguk. Bisa mendapatkan persetujuan dari Wira saja sudah cukup. Dia pernah mendengar, ada banyak prajurit tangguh di sisi Wira. Bahkan di bawah komandonya, tersembunyi banyak orang-orang hebat!Meskipun dia cuma pernah bertemu dengan Lucy dan Agha, mereka memang bukan pria dan wanita biasa! Terutama Agha. Pria itu sanggup memakai palu yang beratnya ratusan kilogram, itu sama sekali bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh orang biasa!Sementara itu, Lucy yang merupakan penerus Biantara juga tidak bisa dianggap remeh. Jaringan mata-mata adalah organisasi terpenting di bawah naungan Wira yang bahkan disebut sebagai "Mata Wira"! Bisa menjadi penanggung jawab di jaringan mata-mata sudah cukup untuk m
Sebelumnya, Fadela memang terlalu gegabah. Selain itu, banyak hal yang sebenarnya adalah kesalahannya sendiri. Sekalipun palu itu diambil oleh Agha, itu juga bukan salah siapa-siapa. Bagaimanapun, dirinya sudah memutuskan untuk bertaruh dengan Wira, Fadela memang harus mengakui kekalahannya.Kalau bukan karena kecerobohannya, bagaimana mungkin semua masalah ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin dirinya jadi harus berbaring di tempat tidur?Sementara itu, soal perasaannya terhadap Wira ....Tidak bisa dipungkiri, Fadela lumayan menyukai Wira. Namun, itu adalah perasaan suka terhadap keluarga atau teman, sama sekali bukan romansa antara pria dan wanita!Menyadari dirinya yang salah bicara, pelayan wanita itu seketika berdiri diam tanpa berani melanjutkan kata-katanya.....Lima belas menit kemudian, di desa.Anang berjalan ke desa dengan menggebu-gebu. Dia yang ingin menemui putrinya, mendapati orang yang menyambutnya ternyata adalah Wira.Anang maju dan membungkuk sambil berkata dengan te
"Semuanya akan disumbangkan pada para rakyat di Provinsi Yonggu? Ini semua adalah harta kekayaanmu. Kalau kamu menyumbangkan semuanya begitu saja, bagaimana Keluarga Jati akan bertahan kelak?" kata Wira sambil menatap Anang di depannya, tetapi dia bisa melihat Anang tidak sedang bercanda dengannya.Wira merasa kedermawanan Anang ini sungguh luar biasa. Menyumbangkan seluruh kekayaan keluarganya dengan begitu murah hati, bahkan dia sendiri pun tidak sanggup melakukan hal ini. Mungkin setiap orang memang berbeda.Dia juga peduli pada negara dan rakyat, serta selalu memikirkan kesejahteraan rakyat di seluruh negeri. Uang hanya sekedar angka baginya, tetapi angka-angka ini baru berguna jika berada di tangannya. Jika menyumbangkan semua hartanya, kelak dia tidak bisa membantu orang-orang dengan harta itu lagi."Tuan Wira, kamu juga bisa lihat kalau aku sudah tua sekarang, jelas tenagaku sudah berkurang jauh dibandingkan sebelumnya. Apa gunanya lagi aku mempertahankan harta ini?"Setelah men
Wira memberi Anang kesempatan untuk berbicara, termasuk memberikan sedikit keuntungan untuk Anang.Setelah mengelus tangannya, Anang segera berkata dengan tanpa ragu-ragu lagi, "Tuan Wira, sebenarnya aku masih punya satu permintaan. Aku bisa melihat keinginan putriku. Dia juga ingin mengikuti Tuan Wira dan menjadi seorang pahlawan wanita yang gagah berani. Aku yakin Tuan Wira juga pasti bisa melihat keinginannya itu.""Fadela selalu suka bermain dengan pedang dan tombak, sama sekali nggak tertarik dengan bisnis keluarga. Meskipun aku berencana menyerahkan Keluarga Jati padanya, dia juga sudah menolakku berkali-kali.""Setelah merenungkannya, aku ingin menggunakan harta Keluarga Jati ini untuk memberikan posisi bagi putriku. Selama dia bisa berada di sisimu, kamu boleh memintanya melakukan apa pun. Meskipun hanya menjadi pelayan rendahan, aku yakin dia juga akan bersedia."Wira tersenyum. Ayah dan anak ini benar-benar menarik, pikiran mereka ternyata sama."Tuan Wira, kenapa kamu tersen
"Baiklah. Ayo kita pergi melihat Nona Fadela," kata Wira dan kembali mempersilakan Anang dengan tersenyum.Anang segera menganggukkan kepala dan mengikuti Wira.....Di pinggiran desa. Wira sudah meminta Lucy untuk memimpin orang-orang pergi terlebih dahulu. Selain penduduk setempat yang tinggal di desa itu, hanya tersisa Wira dan Agha yang merupakan orang asing di sana.Agha yang biasanya tidak betah berdiam diri merasa makin bosan karena sekarang dia terjebak di desa itu. Pada akhirnya, dia hanya bisa pergi berburu di hutan terdekat. Untungnya, hutan itu cukup menarik karena masih memiliki banyak binatang buas untuk menghabiskan waktu senggangnya.Saat ini, ada beberapa pemuda yang baru saja dewasa yang memegang tombak bercabang tiga di belakang Agha dan memperhatikan keadaan sekitar dengan waspada."Kak Agha, di sini benar-benar ada beruang yang berkeliaran. Kalau kita benar-benar bertemu dengan beruang hitam, apa kamu yakin bisa mengalahkannya? Hari ini kamu nggak membawa palumu lo
"Nggak perlu takut, itu hanya seekor binatang berkulit tebal saja. Bagiku, mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan para prajurit di medan perang," kata Agha sambil menepuk dadanya.Saat beruang hitam itu makin mendekat, kaki para pemuda itu mulai lemas. Meskipun ada Agha yang melindungi mereka, mereka masih tidak tahu apakah Agha bisa mengalahkan beruang hitam yang bisa menjatuhkan satu pohon besar hanya dengan satu pukulan. Bagaimanapun juga, Agha hanya manusia biasa. Jika Agha melakukan kesalahan dan terbunuh, mereka juga akan ikut celaka.Selain itu, para pemuda itu juga tidak bisa mempertanggungjawabkan hal ini pada Wira saat kembali ke desa nanti. Agha adalah adik Wira, nyawanya jauh lebih berharga daripada mereka.Melihat beruang hitam itu terus mendekat, Agha mengepalkan tinjunya dengan erat dan segera mendekat beruang hitam itu."Kak Agha, hati-hati!" teriak para pemuda itu yang terus mengingatkan Agha.Agha hanya memberikan isyarat agar para pemuda itu tidak perlu khaw