Yono memperlihatkan senyuman sinis. Kemudian, dia langsung mengarahkan tombaknya kepada Fadela. Tatapannya dipenuhi niat membunuh.Hajiz pun bersembunyi di belakang Yono. Biasanya, dia hanya menjadi orang di belakang layar. Dia memang tidak bisa bertarung. Jika bersikeras melawan, nyawanya hanya akan melayang."Bos! Jangan basa-basi dengannya lagi! Cepat habisi dia, lalu kita kabur dari sini! Karena dia sudah kemari, itu artinya Wira dan lainnya juga sudah dekat. Kalau sampai pasukan tiba, jangan harap kita bisa selamat lagi!" seru Hajiz.Yono tentu memahaminya. Ketika melihat Fadela tidak berbicara, Yono langsung menyerbu ke depan dan berseru, "Karena kamu yang cari mati, aku bakal antar kamu ke neraka!"Saat berikutnya, Yono tiba di hadapan Fadela. Fadela mundur beberapa langkah. Pedang di tangan telah dihunuskan. Pertarungan akhirnya dimulai.Kekayaan Keluarga Jati memang penting. Namun, di hati Fadela, nyawa orang-orang di sekelilingnya jauh lebih penting.Meskipun para pelayan itu
Setelah semua beres, Wira berjalan ke samping dan menatap Lucy dengan puas. "Kerja bagus kali ini. Kalaupun ada Biantara, belum tentu hasilnya akan sebagus ini."Lucy segera menyahut, "Pujian Tuan berlebihan. Aku nggak bisa dibandingkan dengan Tuan Biantara."Ketika keduanya mengobrol, Agha menghampiri dengan tersenyum. Dia baru meraih kemenangan dan baru melampiaskan amarahnya, sehingga suasana hatinya sangat baik. Dia sudah lupa ucapan Wira yang sebelumnya.Agha menghampiri Wira lalu berkata, "Kak, kamu bilang mau kasih harta benda di sini kepada para penduduk. Kalau Nona Fadela tahu, apa dia bakal setuju? Bagaimanapun, itu bukan barangmu.""Setelah pulang nanti, aku bakal menebusnya kepada Keluarga Jati. Aku nggak bakal ambil barang mereka kok. Oh ya, kenapa aku nggak melihat Fadela?" tanya Wira.Lucy dan Agha bertatapan, lalu menggeleng. Mereka sibuk melakukan tugas masing-masing sehingga tidak memperhatikan hal lain. Lucy harus melindungi para penduduk, sedangkan Agha membawa pasu
"Agha seorang sudah cukup. Dia memang lagi marah. Biarkan dia melampiaskan amarahnya, daripada dia membuatku repot nanti," ujar Wira sambil tersenyum.Hanya saja, Wira merasa cemas pada Fadela. Bagaimanapun, Fadela sudah mengejar mereka sejak tadi. Entah wanita itu bisa bertahan atau tidak.Wira tahu Fadela menguasai ilmu bela diri. Namun, Yono bisa menjadi pemimpin Desa Anyer karena memiliki kemampuan. Kini, semua tergantung pada nasib Fadela.....Di hutan, Yono dan Fadela masih bertarung dengan sengit. Sampai sekarang, belum terlihat pemenangnya. Keduanya sama-sama mengalami cedera.Lengan kiri Fadela terluka. Di dadanya, terlihat juga sebuah lubang yang tidak kecil. Teknik tombak Yono terlalu rumit. Jika teknik tubuh Fadela kalah dari Yono, dia pasti sudah mati karena tikaman tadi.Di sisi lain, kondisi Yono juga tidak baik. Dia menderita banyak luka gores. Pakaiannya sampai memerah karena dinodai darah. Bahkan, di wajahnya, terlihat lubang yang berdarah.Meskipun kedua belah pihak
"Kamu ini menyebalkan, tapi termasuk setia kawan. Aku paling suka orang yang setia kawan. Gimana bisa aku membiarkanmu mati saat membela kebenaran? Karena kamu nggak bisa membunuhnya, biar kubantu." Agha tersenyum tipis. Sambil mengangkat palunya, dia mendekati Yono selangkah demi selangkah.Hati Fadela seketika terasa hangat. Ternyata Agha tidak seburuk yang dia pikirkan. Sebenarnya Fadela sudah membulatkan tekadnya untuk mati tadi. Bagaimanapun, bala bantuan tidak datang dan dia bukan lawan Yono.Jika situasi ini terus berlanjut, energi Fadela pasti akan terkuras habis. Ketika saat itu tiba, dia tidak punya cara untuk melawan Yono. Hasilnya pun tidak perlu diragukan lagi, yaitu dia akan mati!Namun, setidaknya kematiannya bermakna. Tujuan Fadela kemari adalah untuk membunuh Yono. Jadi, sekalipun mati, kematiannya tidak akan sia-sia. Hanya saja, dia takut tidak sanggup melakukannya.Untungnya, Agha datang kemari. Kedatangan Agha bak seberkas cahaya di tengah kegelapan. Fadela kembali
"Oh, rupanya begitu. Itu artinya, kamu lebih kejam daripada mereka. Kamu lebih pantas mati!" Ekspresi Agha menjadi dingin. Dia langsung mengayunkan palunya untuk menghantam kepala Hajiz.Bam! Kepala Hajiz sontak terpenggal. Sejak awal, Hajiz sudah sangat ketakutan. Kini, kepalanya bahkan terpenggal. Dia mati dengan tragis. Sungguh menyedihkan!Setelah menghabisi Yono dan Hajiz, Agha kembali ke sisi Fadela. Dia langsung menggendong Fadela."Apa yang kamu lakukan?" tanya Fadela dengan panik. Namun, karena energinya terkuras habis dan cedera yang dialaminya sangat parah, Fadela tidak bisa melawan.Selain itu, Fadela juga tahu dirinya bukan lawan Agha. Kekuatan Agha terlalu mengerikan. Dia tidak pernah melihat orang sekuat Agha. Saat ini, Agha bukan hanya mengangkat Fadela, tetapi juga memegang palu seberat ratusan kilogram. Meskipun demikian, dia terlihat sangat santai seolah-olah hanya memegang kapas."Kulihat kamu nggak bisa jalan lagi. Aku malas memapahmu. Jalanmu lambat sekali. Aku m
Begitu tahu mereka kembali, Wira juga masuk ke dalam rumah itu. Setelah membuka pintu dan masuk ke kamar, dia melihat banyak orang Keluarga Jati sedang berada di sana. Dia segera maju dan melihat sekilas Fadela yang sedang berbaring di atas kasur, lalu bertanya, "Gimana keadaan Nona Fadela?""Kurang bagus." Ternyata, Lucy sudah tiba dengan membawa seorang dokter sejak tadi. Saat ini, dokter itu sedang memeriksa Fadela."Waktu aku melihatnya, keadaannya sudah sangat parah. Kalau saja aku telat sebentar, wanita ini pasti sudah tamat."Agha sedang duduk sambil menikmati makanan dengan lahap. Hal yang bisa dia kerjakan sudah dilakukannya. Bisa dibilang, dia sudah mengusahakan yang terbaik, jadi dia pun tidak lagi memusingkan masalah Fadela.Hidup dan mati seseorang ada di tangan Tuhan. Kalau Fadela bisa bertahan hidup, itu memang bagus. Namun, kalau pada akhirnya Fadela meninggal, itu juga bukan salah siapa-siapa. Semua itu adalah takdirnya sendiri."Tuan Wira, aku sudah periksa keadaan No
Satu kalimat itu langsung mengenai kelemahan Agha.Sebagai kakak Agha, tentu saja Wira tahu apa yang paling diinginkan Agha. Dia ingin menunjukkan kemampuannya di medan perang! Terlebih lagi, itu bisa mengungkapkan nilai dirinya!"Kak! Kamu harus pegang ucapanmu ini! Mulai sekarang, aku bakal patuh sama kamu, juga bakal introspeksi kelakuanku! Tapi, posisi garda depan ini sudah pasti buat aku ya!"Setelah meninggalkan beberapa kalimat itu, Agha mengambil makanannya dan menuju ke luar kamar. Dia bahkan menutup pintu kamar dengan santun.Melihat kelakuan Agha, Wira hanya bisa menggeleng dengan tak berdaya. 'Dasar bocah. Kelakuannya benar-benar masih mirip bocah. Apa aku bisa memercayakan tugas penting itu kepadanya kelak? Bagaimanapun, dia cuma boleh jadi pengawal sekarang ....'Wira berjalan ke dekat tempat tidur, lalu duduk di sebelah Fadela. Dia berkata dengan pelan, "Kamu harus lekas sembuh. Walau ada kesalahpahaman di antara kita, kesalahpahaman itu sudah selesai, 'kan? Selain itu,
"Apalagi kondisinya sekarang nggak cocok untuk perjalanan panjang, itu cuma akan memperparah lukanya. Kita akan repot nanti." Lucy segera menjelaskan kondisi Fadela.Yang dikatakan Lucy memang benar. Ini adalah aspek yang paling memusingkan.Wira mengetukkan jari tangannya di dahi. Setelah ragu-ragu sejenak, dia berkata, "Kalau begitu, kita tinggal di sini dulu beberapa hari. Nggak mungkin membiarkannya sendirian di sini, 'kan? Setidaknya aku bisa melindunginya dengan berada di sini.""Lagi pula, masih ada orang di Provinsi Yonggu. Kamu kembali saja ke sana, biar Agha yang menemaniku di sini. Orang Keluarga Jati juga nggak bakal pergi untuk sementara. Ada mereka yang berada di sisiku sudah cukup."Lucy menganggukkan kepala. "Baik!"Sore hari itu juga, Lucy dan lainnya pun pergi. Pengaturan Wira ini justru membuat Agha merasa sangat puas karena dia juga tidak bermaksud pergi begitu saja. Bagaimanapun, terlalu berbahaya kalau meninggalkan Fadela di sini sendirian.....Dua hari kemudian.
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala