Kini, hanya Wira yang masih bisa berpikir dengan jernih. Dia langsung menghampiri Agha dan menamparnya untuk menyadarkannya.Seketika, Agha tersadar. Dia hendak memaki, tetapi ketika melihat Wira, nyalinya langsung menciut. "Kak ... kenapa menamparku? Yang kubilang benar kok."Wira mengernyit sambil bertanya, "Kamu sudah lupa apa pekerjaan jaringan mata-mata? Sepertinya ada yang menyampaikan kejadian pagi tadi kepada Bakti, jadi Bakti tahu ada yang menyamar menjadi dirinya.""Makanya, Bakti curiga ada sesuatu di sini dan membawa pasukannya kemari untuk menggeledah. Semuanya, cepat sembunyikan dokumen-dokumen itu. Kita harus pastikan musuh nggak bisa menemukan apa pun."Semua dokumen itu sangat penting. Baik itu Wira ataupun Bakti, mereka semua datang hanya demi dokumen-dokumen itu. Wira tidak akan melepaskannya begitu saja."Gimana dengan kami?" tanya Jazali."Kita semua tetap akan tinggal di desa. Bakti nggak akan berani macam-macam padaku. Kalau dia mengusikku, Kerajaan Beluana yang
Para penduduk segera bangkit."Begitu melihat Tuan, kami sudah merasakan karisma yang berbeda. Kami tahu Tuan bukan orang biasa.""Kami nggak nyangka bisa bertemu Tuan Wira. Kami benar-benar beruntung!""Tuan, apa kami boleh ikut ke Provinsi Lowala? Kami ingin menjadi rakyatmu."Semuanya menatap Wira dengan tatapan tulus. Provinsi Lowala tidak ada bedanya dengan surga. Banyak orang yang ingin tinggal di sana.Apalagi, desa ini tidak terlalu jauh dari Provinsi Lowala. Seluruh keluarga mereka tinggal di desa ini. Mereka bisa membawa seluruh keluarga pindah mengikuti Wira.Bukankah ini sangat menguntungkan? Mereka tidak akan hidup menderita di desa ini lagi dan masih bisa berkumpul bersama keluarga."Boleh saja." Wira tidak menolak permintaan para penduduk.Di depannya, bukan hanya ada para wanita dan anak-anak, tetapi juga ada para orang tua. Mana mungkin Wira tega menolak ketulusan seperti ini?Adapun orang-orang di sekitar Wira, mereka hanya bisa menggeleng. Majikan mereka ini memang t
"Kamu nggak pantas bicara denganku. Suruh Alzam temui aku," ucap Wira dengan nada datar."Kamu ...." Sudut bibir Bakti berkedut sesaat. Sekarang dia yang memimpin pasukan. Dia termasuk tokoh penting.Sekalipun para jenderal, mereka tetap akan menghormati Bakti. Namun, di mata Wira, Bakti malah tidak bermartabat dan begitu rendahan.Jika bukan karena mempertimbangkan situasi keseluruhan, Bakti pasti sudah menyuruh pasukan di belakang untuk menyerang dan menghabisi Wira."Tuan Wira, aku tahu kehebatanmu. Seperti yang kamu katakan, aku cuma prajurit biasa. Aku nggak mungkin berani mengusik tokoh besar sepertimu. Jadi, aku nggak akan basa-basi lagi.""Aku datang karena atasanku menyuruhku mencari sesuatu. Kalian istirahat saja di sini. Bawahanku yang akan mencari. Setelah mendapatkannya, kami akan pergi."Usai berbicara, Bakti langsung berjalan melewati Wira. Pasukan di belakang juga mulai bergerak. Sebelum itu, Bakti mengeluarkan suar dan menyalakannya ke udara.Begitu melihatnya, para pa
"Kamu ...." Bakti menunjuk Agha yang mematahkan tombaknya. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Semua bawahan Wira benar-benar sombong.Saat berikutnya, Bakti tergelak dan menabrak Agha yang menghalangi jalannya. Dia tiba di hadapan Wira, lalu berkata, "Tuan Wira, aku memang nggak berani macam-macam padamu. Tapi, barang-barang yang kamu pegang itu adalah rahasia Kerajaan Beluana.""Kalau kamu mengambilnya, aku nggak tahu harus memberi penjelasan apa kepada atasanku. Aku harap kamu bisa mengembalikan semua barang itu. Kemudian, aku akan membiarkan kalian pergi, bahkan mengutus orang mengawal kalian. Gimana?""Heh." Wira terkekeh-kekeh dan bertanya, "Kamu lagi mengancamku?""Bisa dibilang begitu. Tentu saja, aku nggak akan main-main dengan nyawamu, tapi menggunakan nyawa orang-orang di sini sebagai taruhan.""Kalau kamu menolak menyerahkannya, aku akan membunuh 10 orang setiap 30 menit. Dua jam kemudian, mereka semua akan mati di hadapanmu," sahut Bakti sambil menunjuk para penduduk.Par
Tebersit kilatan ganas dari tatapan Bakti. Dia memang suka melihat orang mati di hadapannya!Para wanita dan anak-anak menangis ketakutan. Semua orang terkejut melihat situasi ini."Sebentar!" Wira akhirnya mengangkat tangan dan menghentikan kedua prajurit itu.Namun, kedua prajurit itu tidak menghiraukan perintah Wira. Mereka menikam kedua penduduk itu tanpa ragu sedikit pun. Seketika, kedua penduduk itu bersimbah darah.Situasi ini tentu membuat para penduduk panik. Namun, mereka tidak berani kabur karena banyak prajurit di sekitar. Seluruh desa telah dikepung sekarang.Jika berdiam di sini, setidaknya masih ada Wira yang melindungi mereka. Jika melarikan diri secara paksa, dewa sekalipun tidak bisa membantu mereka.Ketika melihat kedua penduduk desa yang tergenang di atas darah, ekspresi Wira menjadi dingin. Dia bertanya, "Bukannya sudah kusuruh berhenti? Apa maksudmu?"Bakti merentangkan tangan sambil menyahut, "Tuan Wira, maaf sekali. Aku juga nggak nyangka bawahanku akan mengabai
Para penduduk desa pun mengangguk setuju. Mereka juga tidak ingin tinggal di sini lebih lama. Bahkan mereka sudah tidak berniat untuk mengemasi barang-barang lagi, khawatir jika nanti situasinya berubah menjadi lebih buruk.Lagi pula, di rumah mereka tidak ada barang berharga yang perlu dibawa. Lebih baik mereka pergi mengikuti Wira saja. Setelah tiba di Provinsi Yonggu, Wira pasti akan mengatur semuanya untuk mereka.Berhubung Wira berjalan paling depan, para prajurit di sekitar tidak berani menghalangi jalannya dan segera menyingkir ke samping. Pemandangan itu sungguh megah dan mengesankan.Raut wajah Bakti terlihat sangat muram. Sudut bibirnya bergetar beberapa kali, lalu dia segera naik ke atas kuda.Bakti langsung mendekati Wira dan menghalangi jalannya, lalu bertanya, "Apa maksudmu? Kamu berniat untuk melawanku?"Wira tertawa sinis. Matanya memancarkan kejengkelan ketika membalas, "Aku sarankan kamu lebih baik berpikir ulang tentang posisimu.""Bahkan, rajamu sendiri harus memang
Bakti bertanya, "Aku tahu Pak Wira punya hati yang baik dan pastinya nggak mau lihat tragedi terjadi, 'kan?"Sejak naik jabatan, Bakti sudah beberapa kali menyelidiki tentang Wira dan cukup memahami karakternya. Dia tahu apa yang paling penting bagi Wira, yaitu rakyat biasa.Bakti berencana untuk memanfaatkan hal ini untuk mengancam Wira dan memaksanya menyerah. Ini adalah satu-satunya cara yang bisa dia pikirkan.Situasi makin tegang karena tidak ada yang mau mengalah. Wira dan orang-orangnya tetap melindungi penduduk desa tanpa bergerak sedikit pun.Begitu pula dengan pihak Bakti yang siap bertindak kapan saja. Suasana di desa ini seperti tong mesiu yang siap meledak kapan saja.Wira juga sedang memikirkan cara untuk menyelesaikan situasi ini. Jika dia meninggalkan para penduduk desa begitu saja, Kerajaan Beluana pasti akan memanfaatkan ini untuk menyerangnya dan dirinya akan kehilangan dukungan rakyat.Akan tetapi, kalau Wira tetap melindungi penduduk desa, konflik dengan Bakti tak
Wira pun melirik Jazali. Sebelum Bakti tiba, dia sudah merencanakan semuanya dan ini adalah rencana cadangannya untuk menghindari terjadinya situasi darurat. Saat ini, dia menyadari dia tidak termasuk berpikir terlalu banyak karena semua ini juga penting.Sebenarnya, Wira tidak takut pada Bakti. Meskipun harus bertarung di sini, Bakti dan yang lainnya juga tidak akan mendapatkan keuntungan apa pun. Setidaknya, mereka tidak berani menyentuhnya.Selain itu, dengan kekuatan beberapa orang di sekitarnya, bukan hal yang sulit juga untuk membawa Wira pergi. Namun, yang akan menderita konsekuensinya adalah penduduk desa di depannya ini. Dia tidak ingin mereka semua menjadi korban karena dia.Dalam sekejap, Jazali dan yang lainnya sudah membawa beberapa gulungan kertas dan meletakkannya di depan Bakti dan yang lainnya.Saat Bakti perlahan-lahan maju dan hendak mengambil gulungan kertas itu, dia melihat Wira sudah mendekatinya. "Tuan Wira, bolehkah aku memeriksa gulungan kertas ini?"Wira malah