Jazali yang sedang mengendarai gerobak menoleh dan menatap Wira, lalu tersenyum dan berbicara. Dibandingkan dengan Bhurek, Bakti masih kalah jauh dan benar-benar terlalu bodoh. Jika orang seperti ini menjadi jenderal utama, cepat atau lambat Kerajaan Beluana akan runtuh.Wira tersenyum dan menggelengkan kepala. "Kamu pikir dia benar-benar bodoh? Kalau kamu benar-benar berpikir seperti ini, orang yang bodoh itu adalah kamu.""Eh? Tuan muda, apa maksudmu?" tanya Jazali dengan bingung.Selain sembrono dan impulsif, kesan Jazali terhadap Bakti adalah bodoh juga. Seperti kejadian kali ini, bahkan dia sendiri juga akan memeriksa gulungan-gulungan itu agar tidak terjadi kesalahan. Gulungan-gulungan ini bukan barang biasa, isinya adalah rahasia yang bisa mengguncang seluruh Kerajaan Beluana.Namun, Bakti terlihat tidak peduli dan bahkan membiarkan Wira membakar semuanya begitu saja. Apakah yang sebenarnya dipikirkan Bakti? Apakah otak Bakti ini benar-benar kosong?Wira berkata, "Kamu ingat saa
Saat Wira dan Jazali sedang berbicara, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki."Apa Bakti berubah pikiran dan memimpin orang untuk mengejar kita?" kata Wira dengan ekspresi berubah, lalu duduk di depan gerobak dan melihat ke kejauhan. Namun, orang yang datang bukan Bakti, melainkan Lucy.Saat ini, Lucy sedang menunggangi kuda untuk segera mendekati Wira, lalu berkata, "Tuan Muda, orang yang kamu minta aku selidiki sudah ada petunjuknya. Sekarang orang itu ada di Provinsi Yonggu, tapi kehidupannya nggak begitu baik ...."Wira berkata, "Itu semua nggak penting, yang penting orangnya masih hidup dan kita juga sudah tahu di mana dia berada. Ini saja sudah cukup. Aku yakin kepala desa pasti akan sangat bahagia setelah tahu berita ini.""Kasihan dia, putrinya sudah mengembara selama bertahun-tahun dan dia nggak tahu putrinya menderita atau hidup bahagia. Dia baru bisa merasa tenang kalau melihatnya sendiri. Bagaimanapun juga, anak adalah yang terpenting bagi orang tua." Setelah menghela nap
Selain itu, para penduduk desa juga terpaksa meninggalkan kampung halaman mereka karena Wira, tidak mungkin dia menambah beban mereka lagi. Jika tidak, kelak dia akan malu berhadapan dengan mereka.Saat ini, di dalam tenda Wira. Saat dia sedang membaca gulungan-gulungan dokumen itu dengan cermat, Jazali masuk dari luar.Orang-orang dari Gedung Nomor satu tidak suka ikut campur dalam urusan yang tidak ada kaitannya dengan mereka. Mereka mengikuti Wira hanya untuk menjalankan perintah saja. Apa pun yang dia perintahkan, mereka pasti akan melakukannya. Namun, mereka tidak pernah mengusulkan strategi padanya.Namun, Jazali berbeda. Dia sadar dia baru saja bergabung ke kubu Wira, dia tentu saja harus menunjukkan kemampuannya untuk mendapatkan kepercayaan Wira. Hanya dengan cara ini, dia baru bisa menghindari kegagalan di masa lalu dan menggunakan pengetahuannya untuk berkembang."Tuan muda, ada orang dari Kerajaan Beluana di luar yang sedang mengawasi kita dan jaraknya juga nggak terlalu ja
"Kepala desa, nggak perlu khawatir. Bukan karena ada yang membuat kesalahan, tapi aku ...."Setelah ragu sejenak, Wira tidak melanjutkan perkataannya. Kepala desa dan putrinya sudah lama tidak bertemu. Meskipun sudah mendapatkan informasi tentang putrinya, dia tidak tahu apakah kepala desa sanggup menerima kabar ini. Dia tidak ingin membuat kepala desa itu terkejut.Saat Lucy melaporkan mereka sudah menemukan jejak Yuni dengan keadaan yang tidak begitu baik, Wira tidak bertanya lebih banyak. Sebenarnya, dia tahu orang biasa hanya bisa berjuang untuk bertahan hidup di tengah masa kekacauan seperti ini. Yuni hanya seorang wanita biasa, tidak mungkin bisa hidup nyaman di masa yang begitu kacau ini."Apa yang sebenarnya telah terjadi?" tanya kepala desa yang makin gelisah saat menunggu kelanjutan dari perkataan Wira.Wira akhirnya melanjutkan, "Orang-orangku sudah menemukan putrimu, sekarang dia ada di Provinsi Yonggu. Setelah kita tiba di sana malam ini, aku akan membawamu untuk menemuiny
"Itu benar-benar tugas yang menyebalkan," kata Jazali. Saat sekelompok orang mengawasi mereka, dia juga mengawasi orang-orang itu.Identitas Wira sangat mulia, sehingga tidak boleh ada kesalahan sedikit pun dan membiarkan orang-orang itu mendekat. Namun, setelah mengamati cukup lama, dia menyadari dia sudah berpikir terlalu banyak karena mereka tidak melakukan hal yang mencurigakan. Tugas mereka hanya mengawasi pergerakannya saja dan belum pergi.Wira berkata, "Kalau begitu, suruh orang-orang kita untuk masak lebih banyak ayam, bebek, ikan, dan daging. Lebih baiknya lagi, buat harumnya yang semerbak sampai menyebar ke seluruh area ini. Kalau mereka suka berjaga di sini, biarkan saja.""Tapi, mereka sudah berjalan seharian sampai nggak makan makanan yang layak, paling-paling hanya beberapa roti kering saja. Makanan itu mana mungkin bisa mengenyangkan. Kita masak hidangan enak, biar mereka mencium aromanya."Sebelumnya, Jazali mengira Wira murah hati dan berniat mengirimkan makanan itu p
Satu jam kemudian, Wira dan yang lainnya sudah selesai makan dan segera berkemas untuk bergerak menuju Provinsi Yonggu.Wira dan yang lainnya memang tidak berencana untuk terus berlama-lama di tempat ini karena mereka masih membawa gulungan-gulungan itu. Mereka harus segera kembali ke Provinsi Yonggu agar gulungan-gulungan itu aman. Benda ini pasti akan sangat berguna baginya nanti, meskipun saat ini masih belum bisa digunakan.Di sisi lain, saat Wira dan yang lainnya sedang menuju Provinsi Yonggu, para prajurit yang mengawasi mereka juga sudah kembali ke sisi Bakti.Saat ini, Bakti sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan Alzam. Melihat para prajurit yang kembali, dia langsung bertanya, "Apa mereka sudah meninggalkan perbatasan Kerajaan Beluana?"Setelah saling memandang, para prajurit itu menganggukkan kepala. Tadi, mereka sudah kembali ke ibu kota dan mengumpulkan uang untuk makan enak di restoran terdekat. Sekarang aroma alkohol masih tercium dari tubuh mereka, tentu saja aroma itu
Semua orang ketakutan sampai wajah mereka pucat dan terus memohon ampun, tetapi tidak ada gunanya. Tak lama kemudian, mereka semua dibawa pergi oleh para prajurit.Sebenarnya, Bakti hanya ingin menunjukkan kekuasaannya saja. Dia baru saja diangkat menjadi jenderal dan mendapatkan kekuasaan, tetapi semua prosesnya secara perlahan-lahan. Jika bukan karena mendapatkan kepercayaan dari Alzam, dia juga tidak akan mendapatkan kesempatan dan diremehkan orang lain.Saat itu, Bakti berpikir dia bisa memanfaatkan kesempatan kali ini untuk memberi pelajaran pada orang-orang ini dan sekaligus memperingatkan yang lainnya untuk menegaskan kewibawaannya. Ini adalah kesempatan yang menguntungkan. Semua ini salah mereka sendiri yang bernasib buruk karena mereka menyinggungnya di waktu yang salah, sehingga menerima akibat seperti ini.Setelah memberi pelajaran pada para prajurit itu, Bakti segera menuju kediaman perdana menteri. Begitu tiba, dia yang tadinya terlihat penuh percaya diri, saat ini menjadi
Bakti segera berkata, "Tuan Alzam mungkin sudah salah paham. Barang-barangnya memang nggak berhasil dibawa kembali, tapi aku sudah memusnahkannya. Jadi, aku dan Wira nggak mendapatkan barang-barang itu. Di sebuah desa, Wira ingin menggunakan strategi membeli hati orang-orang untuk membawa pergi para penduduk desa.""Aku memanfaatkan hal ini untuk mengancam Wira, jadi dia pun mengalah. Dia inisiatif mengeluarkan semua gulungan-gulungan itu demi menyelamatkan para penduduk desa. Setelah memeriksanya dan memang nggak ada masalah, semua dokumen itu dibakar di depan kami berdua. Dokumen-dokumen itu nggak akan muncul di dunia ini lagi ...."Sesuai dengan prediksi Wira, Bakti dan dia sudah saling mengerti.Bakti juga sudah menyadari gulungan-gulungan itu mungkin kosong dan bukan yang dicarinya, tetapi dia terpaksa melakukan ini. Jika dia terus bersikeras saat itu, pada akhirnya tidak akan ada solusi yang lebih baik dan dia akan kesulitan menyelesaikan masalahnya. Lebih baik dia menerima kesem