Tiara merasa pusing dengan situasi ini. Dia mundur 2 langkah sambil memeluk putrinya. Dengan wajah pucat, dia mengernyit dan bertanya, "Jenderal, kamu mau mengancam seorang wanita? Kalau masalah ini tersebar, sepertinya nggak baik untuk reputasimu, 'kan?""Karena kamu bilang ada bukti, keluarkan saja buktinya supaya aku percaya. Kamu nggak seharusnya mengancam kami. Kalau orang-orang tahu kamu melakukan sesuatu pada kami, gimana dengan reputasimu?"Tiara benar-benar ketakutan sekarang. Putri mereka adalah satu-satunya keturunan mereka sekarang. Putranya telah tewas di medan perang, jadi dia harus menjaga putrinya dengan baik sekalipun harus mengorbankan nyawanya.Bhurek tersenyum sinis, lalu berjalan ke sumur di samping. Dia mengeluarkan tombak dan memaksa membuka penutup sumur itu.Tiara pun terkejut. Para pengawal telah maju untuk mengepung Tiara dan putrinya. Sementara itu, para pengawal di dekat Bhurek melompat ke dalam sungai untuk memeriksa situasi di bawah sana.Tiara tercengang
"Pintar sekali kamu bicara. Situasi sudah seperti ini, tapi kamu masih ingin mengelabuiku? Mana mungkin aku membiarkan orang sepertimu hidup," timpal Bhurek dengan dingin.Selesai berbicara, Bhurek mengayunkan tombaknya lagi. Saat berikutnya, tombak menembus leher Tiara.Tiara memegang lehernya dan akhirnya terjatuh. Darah menodai seluruh tanah. Dia ingin berbicara, tetapi tenggorokannya terluka parah.Tidak peduli bagaimana Tiara berusaha, dia tidak bisa melontarkan sepatah kata pun dan hanya bisa menatap putrinya. Putrinya tampak menangis dengan sangat sedih.Bhurek menunjuk anak perempuan itu sambil menginstruksi, "Bawa dia pergi. Dia masih punya manfaat untuk kita."Prajurit mengiakan dan membawa anak perempuan itu. Dengan demikian, pasukan meninggalkan rumah Tiara. Adapun penduduk di sekitar, mereka tentu menentang perbuatan Bhurek ini."Kamu sudah salah mengambil tindakan. Gimana bisa kamu membunuh rakyat di depan khalayak ramai? Gimana kita bisa merusak reputasi Wira kalau begin
Semua orang menatap Wira dengan serempak. Wira menggeleng sambil menimpali, "Bukan apa-apa. Aku cuma heran, kenapa perjalanan kita begitu lancar? Nggak ada prajurit yang mengejar kita sejak tadi.""Ini aneh, 'kan? Bhurek dan lainnya jelas-jelas begitu membenci kita, bahkan ingin sekali membunuh kita. Mana mungkin mereka nggak mengutus pasukan untuk mengejar kita?"Semua orang bertatapan dan mengangguk. Mereka sependapat dengan Wira. Nafis melipat lengan sambil berkata, "Mungkin Bhurek lalai dalam hal ini. Mungkin dia mengira kita masih berada di kota dan belum berhasil mengatasi krisis? Jadi, semua pasukan masih di kota?"Orang-orang mengangguk lagi. Namun, Wira berucap, "Aku rasa ada yang nggak beres. Tapi, karena kita sudah sampai di sini dan sudah dekat dengan Dusun Darmadi, sebaiknya kita kembali dulu. Kita harus cepat untuk memastikan semuanya aman."Danu dan lainnya juga berpikir demikian. Hanya saja, yang diutamakan adalah keselamatan Wira dan bukan keselamatan sendiri.Orang-or
Danu dan Nafis hanya diam. Situasi masih belum sepenuhnya aman, jadi mereka harus mengawal Wira. Meskipun Biantara telah membuka jalan untuk mereka, mereka tetap harus memastikan semuanya aman untuk Wira.Wira tidak berbicara. Jari tangannya terus mengetuk keningnya. Wajahnya tampak sangat murung. Orang-orang pun menatap Wira, menunggu perintah darinya.Mereka tahu Wira adalah orang yang mementingkan budi dan hubungan. Mereka juga tahu mereka tidak akan bisa selamat jika kembali ke Kerajaan Beluana.Tindakan Agha dan Doddy yang menawarkan diri telah membuktikan betapa besarnya kesetiaan mereka terhadap Wira. Mereka tahu mereka akan mati, tetapi tetap mempertaruhkan nyawa mereka."Begini saja, Danu dan Nafis bawa Dewina dan Thalia pulang. Biantara sudah membuka jalan untuk kita, jadi kita ikuti saja instruksinya.""Kemudian, aku, Agha, dan Doddy akan kembali ke Kerajaan Beluana untuk menolong anak itu," ujar Wira dengan tegas. Dia tidak mungkin membiarkan Agha dan Doddy berada dalam bah
"Semua ini demi kebaikan Tuan Wira. Kalau Tuan Wira sudah bertekad, dia pasti akan kembali ke Kerajaan Beluana. Kalian juga nggak ingin melihatnya berada dalam bahaya, 'kan?" tanya Danu.Semua orang mengangguk. Mereka bisa memahami maksud Danu. Semua yang ada di sini adalah sahabat yang pernah melewati rintangan bersama Wira.Faktanya, jika dibandingkan dengan keselamatan seluruh rakyat, mereka lebih mengutamakan keselamatan Wira. Mereka susah payah berada di titik ini, jadi tidak boleh sampai hancur karena ibu dan anak itu, apalagi mengorbankan Wira.Thalia segera berkata, "Yang kamu lakukan sudah benar. Kalau Wira menyalahkanmu, kami pasti akan membelamu mati-matian."Danu merasa terharu. Agha berucap dengan tegas, "Kalau begitu, kita turuti instruksi Kak Wira. Aku dan Kak Doddy akan kembali ke Kerajaan Beluana untuk menolong mereka, kalian kembali ke Dusun Darmadi secepat mungkin."Agha tahu posisi Wira, juga tahu ambisinya. Sejak mengikuti Wira, Agha bukan hanya menganggap Wira seb
"Baiklah. Karena kamu sudah datang, kami nggak akan berebutan denganmu. Biar kamu saja yang membawa pasukan ke Kerajaan Beluana.""Jaga dirimu baik-baik. Bhurek seharusnya sudah memasang perangkap. Kalau lengah, takutnya kamu akan berada dalam bahaya besar. Sampai ketemu lagi di Dusun Darmadi," pesan Danu yang menepuk bahu Biantara.Situasi kali ini berbeda dari biasanya. Kali ini, Bhurek seperti kehilangan akal sehatnya dan bersikeras ingin membunuh mereka.Bhurek berani mengambil tindakan seperti ini pasti karena sudah membuat persiapan matang. Jika tidak berhati-hati, Biantara dan pasukannya bisa gugur.Namun, Biantara cerdas dan banyak akal. Bawahannya juga hebat, apalagi jaringan mata-mata ahli dalam bersembunyi dan mengumpulkan informasi. Mereka adalah kekuatan nomor satu Wira.Jadi, memilih Biantara ke Kerajaan Beluana adalah pilihan terbaik. Setelah mencapai kesepakatan, mereka pun berpisah. Sebagian menuju ke Dusun Darmadi, sebagian menuju ke Kerajaan Beluana.Saat ini, di kot
"Kita sudah menunggu lumayan lama. Nggak mungkin Wira nggak mendapat informasi, 'kan?" Bhurek mulai kehilangan kesabarannya setelah menunggu 2 jam lagi.Langit sudah gelap, tetapi Wira tak kunjung tiba. Ada kemungkinan Wira tidak melihat pengumuman itu. Jika benar seperti itu, bukankah usaha mereka akan sia-sia?Alzam tampak mengernyit merenungkan sesuatu. Bhurek tiba-tiba berkata, "Kalau Wira memang nggak datang, kita bunuh saja anak ini. Kemudian, kita kerahkan pasukan untuk mencari jejak Wira."Selesai berbicara, Bhurek mengangkat tangannya dan memberi perintah, "Prajurit, penggal kepala anak ini!"Rakyat sontak berlutut untuk memohon."Jenderal, jangan bunuh anak itu!""Dia cuma anak kecil! Dia bahkan belum 10 tahun!""Jenderal, tindakanmu ini terlalu kejam!"Ibu anak itu sudah mati tragis. Masa Bhurek ingin membunuh anak itu lagi? Perbuatan ini sungguh tidak masuk akal dan tidak bisa diterima!Bhurek berdiri di hadapan semua orang dan berucap dengan dingin, "Aku juga tahu dia masi
Suara ini ....Mata Bhurek sontak berbinar-binar. Dia memandang ke arah sumber suara. Itu Biantara!Setengah jam lalu, Biantara sudah bergabung dengan kerumunan. Hanya saja, dia belum terpikir akan cara terbaik untuk membawa anak itu pergi.Biantara mengira Bhurek menangkap anak itu hanya untuk memancing mereka datang. Siapa sangka, Bhurek benar-benar ingin membunuhnya. Dugaan Biantara sudah salah. Bhurek memang berengsek!Karena situasi mendesak, Biantara pun berteriak untuk menolong anak itu. Ketika dalam perjalanan kemari, Biantara sudah memahami seluk-beluk kejadiannya.Tanpa bantuan ibu dan anak ini, Wira dan lainnya mungkin sudah ditangkap oleh Bhurek. Sekalipun tidak menjadi tawanan Bhurek, perang akan terjadi. Itu sebabnya, Biantara harus menolong anak itu."Bawahan Wira akhirnya datang! Itu Biantara! Dia adalah mata Wira. Asalkan membunuhnya, Wira pasti akan menderita kerugian besar!" gumam Bhurek dengan girang."Bunuh dia!" Bhurek tiba-tiba memberi perintah. Para prajurit yan