Wira yang berdiri di samping hanya menyaksikan keributan itu dengan tenang. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun, seolah-olah semua itu tidak ada hubungannya dengannya.Jika hanya Wulan saja yang berdiri di depan, Wira tentu saja akan turun tangan. Namun, saat ini yang berdiri di depannya ada Julian, Thalia, dan Dewina. Kemampuan bela diri ketiga wanita ini cukup baik. Jangankan beberapa pemuda kaya ini, bahkan beberapa prajurit pun mungkin tidak akan mampu melawan mereka bertiga. Sepertinya, akan ada tontonan yang menarik.Mendengar perkataan pemuda itu, Dewina meletakkan tangannya di pinggang dan berteriak dengan marah, "Berani memukul wanita? Kalian ini benar-benar berani sekali. Ayo ke sini, aku berdiri di sini. Aku ingin melihat apa kalian berani memukulku di depan begitu banyak orang."Swish!Menghadapi ejekan Dewina, ekspresi beberapa pemuda itu menjadi muram. Pria yang berdiri di paling depan segera menerjang ke arah Dewina. Dalam sekejap, dia sudah berada di depan Dewina.Pad
Para pemuda kaya itu berpikir bisa menyelamatkan nyawa mereka saja sudah beruntung.Wira mendengus dan berkata sambil menunjuk para pemuda itu, "Kalian segera pergi ke pengadilan dan laporkan kejadian malam ini dengan rinci pada mereka. Kalau kalian nggak mengikuti perintahku, nanti aku sendiri yang akan mencari kalian. Pada saat itu, keluarga kalian juga akan terkena dampak dari perbuatan kalian."Para pemuda itu terus menganggukkan kepala. Tanpa berani ragu sedikit pun, mereka langsung menuju pengadilan.Setelah situasinya mereda, Wira melambaikan tangannya pada semua orang di sana dan berkata, "Semuanya sudah selesai, jadi kita akhiri saja di sini. Silakan kalian semua pergi berkeliling lagi. Jangan terus berkerumun di sini lagi agar nggak menghambat lalu lintas."Semua orang pun setuju dan mulai pergi satu per satu."Kamu hebat sekali sampai orang-orang mengenalimu. Aku masih ingin memberi pelajaran pada mereka," kata Dewina sambil mengelus tinjunya, jelas belum puas. Jika tadi Wir
Di sebuah rumah di Kerajaan Beluana. Bhurek dan Alzam sedang duduk di satu sisi dengan ekspresi yang muram. Wira terlihat sangat santai selama beberapa hari ini, tetapi Kerajaan Beluana sedang kacau.Seorang pria berpakaian hitam yang seolah-olah ingin menutupi wajahnya sendiri sedang berdiri di depan keduanya. Pria ini berusia tiga puluhan tahun, tetapi kesannya sangat menakutkan. Ditambah lagi, suasana ruangan itu suram, orang yang tidak tahu mungkin akan mengira dia adalah hantu.Jika Thalia berada di sana, Thalia akan segera mengenali identitas pria ini karena dahulu dia adalah salah satu dari empat pelindung di bawah kepemimpinan Fathir, Ahmad. Dia ahli dalam bersembunyi. Saat Wira bertarung dengan Fathir, dia sudah menjaga jarak. Meskipun terjadi pertarungan, dia juga tidak menunjukkan dirinya. Oleh karena itu, dia bisa bertahan hidup sampai sekarang."Apa yang kamu katakan ini nyata?" tanya Bhurek dengan nada dan ekspresi yang muram, lalu menatap Ahmad di depannya dengan dingin.
Ternyata begitu, Bhurek langsung memahami situasinya. Sepertinya, Harraz ini memang licik, semua pergerakannya sudah direncanakan dengan matang."Jadi, apa yang harus kita lakukan? Kita nggak bisa membiarkan Harraz begitu saja, 'kan?" tanya Bhurek sambil menggertakkan gigi. Ini adalah kepentingan pribadinya dan juga untuk kepentingan Kerajaan Beluana. Harraz memiliki kemampuan dan pengetahuan yang luar biasa, serta memiliki banyak rencana. Harus diakui, Harras adalah bakat penting untuk menstabilkan kerajaan.Jika orang seperti Harraz diserahkan begitu saja pada Wira, berarti sama saja dengan mendorong Kerajaan Beluana ke dalam bencana. Perlu diketahui, Harraz pernah menjadi perdana menteri di Kerajaan Beluana dan sangat memahami urusan kerajaan ini. Meskipun Wira juga memiliki mata-mata seperti Biantara, situasi yang diketahui Biantara tidak sebanding dengan Harraz.Alzam tersenyum dingin dan berkata, "Jadi, harus bagaimana lagi? Meskipun sekarang kamu pergi melawan Harraz, kamu juga
Keesokan paginya, Wira dan yang lainnya sudah selesai berkemas dan menuju Dusun Darmadi.Harraz sudah mengatur orang-orangnya untuk melanjutkan pembangunan Kota Goma ini. Sebenarnya, ini hanya kota kecil di perbatasan yang tidak memiliki banyak penduduk dan tanahnya terbatas. Meskipun terus berkembang, pada akhirnya pun hanya akan mencapai keadaan seperti ini. Namun, itu sudah cukup baik karena Wira terlihat jelas sangat puas dengan perkembangan ini.Harraz juga orang yang cerdas. Selama bisa mempertahankan situasi sekarang, dia sudah tidak mengecewakan kepercayaan dan jasa dari Wira.Pada siang harinya, Wira dan yang lainnya sudah kembali ke Dusun Darmadi. Setelah berjalan-jalan, suasana hati Wulan dan yang lainnya menjadi lebih baik. Setelah pulang ke rumah, mereka juga tidak mencari masalah dengan Wira lagi.Sementara itu, Wira dan Thalia langsung menuju ke penjara bawah tanah. Sebelum berangkat saat itu, masih ada satu hal yang belum diurus. Sekarang mereka sudah kembali, mereka me
Namun, Fathir tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dan menyemburkan darah, lalu berkata, "Wira, kamu nggak perlu menakut-nakutiku. Kamu pikir aku adalah pengecut yang takut mati? Meskipun kamu menyiksaku setiap hari, apa yang akan terjadi? Aku nggak akan pernah memberikan apa yang kamu inginkan.""Nggak perlu membuang-buang waktu berbicara denganku lagi. Cepat biarkan aku kembali tidur, bukankah malam ini ada acara? Suruh mereka datang, aku bisa menahannya. Kalau aku sampai mengernyitkan kening, berarti aku bukan pria sejati."Fathir benar-benar keras kepala.Plak plak plak.Wira bertepuk tangan. Jika Fathir tidak melakukan tindakan-tindakan itu sebelumnya, dia dan Fathir mungkin bisa menjadi saudara. Sayangnya, menyesal tidak ada gunanya dan jalan untuk bertobat juga sangat sulit.Meskipun Wira bersedia melepaskan Fathir, orang-orang biasa yang sudah dicelakai Fathir juga tidak akan melepaskannya begitu saja. Dia tidak ingin menyinggung semua orang di seluruh dunia ini demi seorang Fathir
Wira memelototi Agha dan berkata dengan kesal, "Kamu ini sudah terlalu lama bersama dengan Vion, sekarang jadi pandai berbicara seperti dia. Dulu aku nggak menyadari ternyata kamu begitu pandai berbicara.""Sudahlah. Kamu harus tinggal di sampingku, ini perintah. Kalau kamu nggak tahu harus menjelaskannya pada Vion, aku saja yang berbicara dengannya. Selain itu, kalau kamu berani jauh dari pengawasanku, kelak kita bukan saudara lagi."Melihat Wira yang marah, Agha tidak berani berbicara lebih lanjut.Semua orang tahu jelas Agha merasa tidak nyaman, tetapi mereka tidak bisa ikut campur karena ini masalah antara Wira dan Agha.Dalam sekejap, Wira sudah menjelaskan situasinya pada Arifin dengan singkat.Arifin langsung mengerti maksud Wira dan segera membuat sebuah obat yang aneh, lalu pergi ke penjara bawah tanah bersama Wira.Melihat Wira dari balik sel, ekspresi Fathir tetap datar dan berkata dengan tenang, "Bukankah kita baru saja bertemu? Kamu sudah begitu cepat merindukanku lagi? At
"Wira! Kumohon, lepaskan aku atau bunuh saja aku! Jangan menyiksaku begini!" pinta Fathir."Kamu tahu tujuanku. Aku juga nggak suka menyulitkan orang. Asalkan kamu memberitahuku informasi yang kuinginkan, aku akan menyuruh Tuan Arifin berhenti dan nggak akan menyiksamu lagi. Ini bisnis yang menguntungkan, 'kan?" timpal Wira dengan santai.Thalia berkata, "Nggak boleh! Dia harus tersiksa! Dia pembunuh ayahku dan telah menipuku selama ini. Dia bahkan menjadikanku mesin pembunuhnya. Orang sejahat ini harus disiksa mati-matian! Kalau nggak, dendamku nggak bakal terlampiaskan!"Thalia geram hingga menggertakkan giginya. Setiap kali teringat pada kejahatan Fathir, kebencian akan menyelimuti seluruh hatinya.Jika Wira tidak membantunya mencari kerabatnya, mungkin Thalia masih ditipu oleh Fathir sampai sekarang. Dia lebih memilih untuk mati daripada hidup dalam kebohongan!Wira melambaikan tangan dan berujar, "Kamu harus belajar cara memaafkan orang. Dia sudah disiksa selama setengah tahun di
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa
"Kak." Shafa memanggil dan berkata dengan hati-hati, "Kehidupan kita pasti akan makin membaik. Kita nggak boleh membiarkan orang tua kita khawatir. Kamu nggak usah cemas. Aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa jaga diri sendiri."Wira merasa agak terharu melihat betapa dekatnya kedua bersaudara ini. Namun, dia tidak mengatakan apa pun untuk merusak suasana.Beberapa saat kemudian, suasana hati kedua bersaudara ini mulai membaik. Ketika mereka hendak melanjutkan perjalanan, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki.Saat berikutnya, sejumlah besar pria kekar muncul di hadapan mereka. Beberapa dari mereka memegang golok. Tatapan mereka tertuju pada Wira dan lainnya lekat-lekat.Yang berdiri di barisan paling depan adalah seorang pria berwajah tirus. Dia berkata, "Kak, kulihat pakaian orang ini lumayan bagus. Sepertinya dia bukan orang biasa. Sepertinya kita bakal untung besar kali ini!"Seseorang yang berada di belakang kerumunan berjalan maju. Pria ini memakai kulit harimau. Dia mengamati Wir
"Oke. Lagian, aku bosan sendirian. Kalau kalian ikut, pasti lebih seru. Kita bisa ngobrol sepanjang perjalanan."Setelah membuat keputusan, ketiga orang itu pun sama-sama berangkat. Setelah melewati lereng bukit, terlihat desa pegunungan yang hancur di kejauhan. Karena terletak di dataran yang agak rendah, banyak air tergenang di sana. Rumah-rumah di dalamnya pun telah hancur.Wira tak kuasa menghela napas. "Bencana alam ini menyebabkan banyak kerugian. Entah sudah berapa desa yang hancur ...."Wira merasa sedih. Cintanya terhadap rakyat tidak perlu diragukan lagi. Jika tidak, mana mungkin dia repot-repot membuat kesepakatan dengan keempat kelompok besar. Tanpa inisiatif Wira, perang pasti masih terjadi sampai sekarang.Sayangnya, jalur perairan yang dibangunnya dengan tujuan mengembangkan kehidupan para rakyat, malah membawa kerugian sebesar ini sekarang. Kini, para rakyat tidak punya tempat tinggal dan kesulitan untuk melanjutkan hidup. Wira merasa dirinya adalah pendosa besar.Semen
Kaffa telah menghabiskan rotinya. Setelah minum beberapa teguk air, rona wajahnya menjadi jauh lebih baik. Energinya juga sudah pulih.Shafa makan lebih lambat. Beberapa saat kemudian, dia baru menghabiskan makanannya. Bibirnya masih terlihat agak pucat, tetapi dia sudah lebih berenergi.Semua ini berkat Wira. Tanpa roti dan air yang diberikan Wira, mungkin mereka berdua akan mati malam ini. Selain itu, sangat berbahaya untuk melewati hutan di situasi seperti ini.Sejak terjadi banjir besar, banyak binatang buas yang bermunculan karena tidak ada pembatas. Jika tidak berhati-hati, mereka mungkin bisa menjadi makanan para binatang buas.Tiba-tiba, Kaffa menghampiri Wira dan berlutut di depannya. Wira hendak memapahnya, tetapi Kaffa menolak. Wira pun bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"Shafa juga ikut berlutut. Ketika melihat ini, Wira hanya bisa menggeleng. "Aku membantu kalian cuma karena kita kebetulan bertemu. Aku nggak mungkin membiarkan kalian mati di depanku, 'kan?""Lagian, yang ku
Usai mengatakan itu, gadis itu mengalihkan tatapannya kepada kakaknya dan menjelaskan, "Kak, kamu sudah salah paham. Nggak ada racun kok. Aku cuma tersedak karena makan terlalu cepat."Pemuda itu hanya bisa menunduk dan terdiam saat menyadari dirinya telah salah paham terhadap Wira. Dia tahu dirinya terlalu picik.Wira berdeham untuk memecah keheningan. "Kalau aku benaran taruh racun di makanan kalian, yang keracunan bukan cuma adikmu saja, tapi kamu juga.""Selain itu, kalau ingin macam-macam dengan kalian, targetku pasti kamu. Nggak mungkin adikmu, 'kan?"Pemuda itu seketika memahami maksud Wira. Adiknya sudah sekarat. Jika Wira memang berniat jahat pada adiknya, adiknya tidak mungkin punya kemampuan untuk melawan. Hal ini berlaku juga untuk dirinya. Dia sudah tidak makan tiga hari tiga malam, jadi tidak mungkin bisa melawan Wira.Jadi, kalaupun Wira benar-benar menaruh racun di makanan mereka, Wira pasti akan menargetkannya dan bukan adiknya. Sepertinya, dia memang sudah salah paham
Pemuda itu menatap Wira dengan terkejut. Untuk sesaat, dia tidak berani menjulurkan tangannya untuk menerima roti pemberian Wira."Kini, situasi sedang kacau. Semua rakyat kesusahan untuk makan. Banjir yang terjadi juga menyebabkan banyak wabah bermunculan. Itu sebabnya, tidak ada yang berani sembarangan makan.Namun, Wira malah menawarkan mereka roti di saat seperti ini? SIapa sebenarnya pria ini? Pemuda itu menatap Wira sesaat, lalu bertanya, "Siapa namamu?""Aku lebih tua darimu. Panggil saja aku kakak," timpal Wira sambil tersenyum. Wajahnya berseri-seri, seperti tetangga yang baik hati.Setelah ragu-ragu sejenak, pemuda itu akhirnya menerima roti pemberian Wira. Dia memberikan salah satunya kepada adiknya. "Ayo makan. Kita nggak bakal mati kelaparan lagi."Bukan hanya sang adik yang kelelahan, tetapi sang kakak juga. Pemuda ini sudah tidak makan tiga hari tiga malam. Selama tiga hari tiga malam ini, dia terus menjaga adiknya. Ketika adiknya tidak bisa berjalan lagi, dia yang harus
Ini adalah cara Senia melindungi putranya.Di sisi lain, Wira dan Lucy telah berpisah. Saat ini, Wira menuju ke Dusun Darmadi sendirian. Karena telah memasuki wilayah Provinsi Lowala, lingkungan di sekitar tidak asing lagi. Tempat ini dipenuhi pepohonan."Senang rasanya bisa pulang! Soalnya Provinsi Yonggu bukan wilayahku. Provinsi Lowala memang terbaik. Kalau bukan karena mereka kewalahan menstabilkan situasi di Provinsi Yonggu, aku pasti sudah pulang sejak awal. Entah gimana kabar istri-istriku sekarang," gumam Wira.Dengan wajah berseri-seri, Wira menuju ke Dusun Darmadi. Menurut rutenya ini, dia hanya butuh waktu sehari untuk sampai.Sebenarnya Wira bukan ingin menikmati pemandangan di sini, melainkan ingin mengamati dampak dari banjir yang terjadi. Bukan hanya Provinsi Yonggu, tetapi Provinsi Lowala juga berdampak.Wira jarang menampakkan diri di Provinsi Lowala sehingga kurang tahu dengan keadaan di sekitar. Mumpung punya waktu sekarang, dia bisa melakukan pengamatan sekarang."K
Di Provinsi Yonggu, kediaman jenderal."Wira masih belum pulang?" Setelah menunggu semalaman, Delon sungguh gelisah. Dia mondar-mandir sejak tadi. Para prajurit yang berjaga di luar juga tidak kuat lagi.Kresna berjalan masuk dengan santai. Setelah duduk di samping, dia berkata, "Aku sudah menyuruh orang menyelidiki jejak Wira. Tapi, tempat ini wilayah Wira. Kita harus hati-hati. Seharusnya nggak semudah itu untuk menemukannya. Tenang saja, aku pasti bisa menemukan lokasi Wira."Delon mengembuskan napas. "Ya, sepertinya cuma bisa begini. Tugas ini berat sekali. Kalau tahu semerepotkan ini, aku nggak bakal mau datang. Entah gimana nasib ayam-ayamku itu."Kresna hanya bisa menggeleng mendengar ucapan Delon. Senia adalah pemimpin hebat. Kenapa anaknya malah seperti ini? Memalukan sekali.Padahal, Delon adalah kandidat terbaik. Dia adalah putra sulung Senia. Statusnya sangat tinggi. Jika pangeran lain yang datang, itu berarti mereka tidak menghargai Wira. Hal ini hanya akan membuat Wira ma
Wira memang berkemampuan! Pantas saja, ada begitu banyak orang yang ingin mengikutinya dan begitu setia padanya. Hal ini tentu berlalu juga untuk Lucy."Tapi, terus bersembunyi juga bukan cara yang tepat. Begini saja, kamu cepat cari Huben. Minta pendapat darinya. Setidaknya, kita harus menstabilkan para rakyat dulu," ujar Wira sambil memijat pelipisnya. Senyumannya berangsur hilang.Tadi, yang bekerumun bukan hanya pria paruh baya, tetapi juga ada anak kecil yang bertubuh lemah. Dia merasa tidak tega melihatnya. Apa pun alasannya, Wira tidak ingin melihat mereka menderita.Lucy mengangguk dan menyahut, "Tenang saja, Tuan. Aku pasti akan mengatasi masalah ini dengan baik. Sekarang kamu mau ke mana?"Mereka baru keluar untuk mengadakan inspeksi, tetapi hasilnya sudah seperti ini. Takutnya, ke mana pun Wira pergi, dia akan dikeremuni para rakyat.Lucy tidak ingin melihat situasi seperti itu lagi. Namun, Raja Kresna sedang berada di kediaman jenderal. Jika mereka pulang, hasilnya akan leb