Keesokan paginya, Wira dan yang lainnya sudah selesai berkemas dan menuju Dusun Darmadi.Harraz sudah mengatur orang-orangnya untuk melanjutkan pembangunan Kota Goma ini. Sebenarnya, ini hanya kota kecil di perbatasan yang tidak memiliki banyak penduduk dan tanahnya terbatas. Meskipun terus berkembang, pada akhirnya pun hanya akan mencapai keadaan seperti ini. Namun, itu sudah cukup baik karena Wira terlihat jelas sangat puas dengan perkembangan ini.Harraz juga orang yang cerdas. Selama bisa mempertahankan situasi sekarang, dia sudah tidak mengecewakan kepercayaan dan jasa dari Wira.Pada siang harinya, Wira dan yang lainnya sudah kembali ke Dusun Darmadi. Setelah berjalan-jalan, suasana hati Wulan dan yang lainnya menjadi lebih baik. Setelah pulang ke rumah, mereka juga tidak mencari masalah dengan Wira lagi.Sementara itu, Wira dan Thalia langsung menuju ke penjara bawah tanah. Sebelum berangkat saat itu, masih ada satu hal yang belum diurus. Sekarang mereka sudah kembali, mereka me
Namun, Fathir tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dan menyemburkan darah, lalu berkata, "Wira, kamu nggak perlu menakut-nakutiku. Kamu pikir aku adalah pengecut yang takut mati? Meskipun kamu menyiksaku setiap hari, apa yang akan terjadi? Aku nggak akan pernah memberikan apa yang kamu inginkan.""Nggak perlu membuang-buang waktu berbicara denganku lagi. Cepat biarkan aku kembali tidur, bukankah malam ini ada acara? Suruh mereka datang, aku bisa menahannya. Kalau aku sampai mengernyitkan kening, berarti aku bukan pria sejati."Fathir benar-benar keras kepala.Plak plak plak.Wira bertepuk tangan. Jika Fathir tidak melakukan tindakan-tindakan itu sebelumnya, dia dan Fathir mungkin bisa menjadi saudara. Sayangnya, menyesal tidak ada gunanya dan jalan untuk bertobat juga sangat sulit.Meskipun Wira bersedia melepaskan Fathir, orang-orang biasa yang sudah dicelakai Fathir juga tidak akan melepaskannya begitu saja. Dia tidak ingin menyinggung semua orang di seluruh dunia ini demi seorang Fathir
Wira memelototi Agha dan berkata dengan kesal, "Kamu ini sudah terlalu lama bersama dengan Vion, sekarang jadi pandai berbicara seperti dia. Dulu aku nggak menyadari ternyata kamu begitu pandai berbicara.""Sudahlah. Kamu harus tinggal di sampingku, ini perintah. Kalau kamu nggak tahu harus menjelaskannya pada Vion, aku saja yang berbicara dengannya. Selain itu, kalau kamu berani jauh dari pengawasanku, kelak kita bukan saudara lagi."Melihat Wira yang marah, Agha tidak berani berbicara lebih lanjut.Semua orang tahu jelas Agha merasa tidak nyaman, tetapi mereka tidak bisa ikut campur karena ini masalah antara Wira dan Agha.Dalam sekejap, Wira sudah menjelaskan situasinya pada Arifin dengan singkat.Arifin langsung mengerti maksud Wira dan segera membuat sebuah obat yang aneh, lalu pergi ke penjara bawah tanah bersama Wira.Melihat Wira dari balik sel, ekspresi Fathir tetap datar dan berkata dengan tenang, "Bukankah kita baru saja bertemu? Kamu sudah begitu cepat merindukanku lagi? At
"Wira! Kumohon, lepaskan aku atau bunuh saja aku! Jangan menyiksaku begini!" pinta Fathir."Kamu tahu tujuanku. Aku juga nggak suka menyulitkan orang. Asalkan kamu memberitahuku informasi yang kuinginkan, aku akan menyuruh Tuan Arifin berhenti dan nggak akan menyiksamu lagi. Ini bisnis yang menguntungkan, 'kan?" timpal Wira dengan santai.Thalia berkata, "Nggak boleh! Dia harus tersiksa! Dia pembunuh ayahku dan telah menipuku selama ini. Dia bahkan menjadikanku mesin pembunuhnya. Orang sejahat ini harus disiksa mati-matian! Kalau nggak, dendamku nggak bakal terlampiaskan!"Thalia geram hingga menggertakkan giginya. Setiap kali teringat pada kejahatan Fathir, kebencian akan menyelimuti seluruh hatinya.Jika Wira tidak membantunya mencari kerabatnya, mungkin Thalia masih ditipu oleh Fathir sampai sekarang. Dia lebih memilih untuk mati daripada hidup dalam kebohongan!Wira melambaikan tangan dan berujar, "Kamu harus belajar cara memaafkan orang. Dia sudah disiksa selama setengah tahun di
Kini, Nafis ditugaskan di Kota Limaran. Sementara itu, Danu punya pekerjaan yang tidak ada habis-habisnya.Doddy juga memikul tanggung jawab besar, yaitu keamanan Provinsi Lowala. Dia memiliki kekuatan militer, tetapi merasa bosan.Wira terkekeh-kekeh dan berujar, "Sepertinya nggak bisa. Kamu harus menjamin keselamatan semua orang di sini. Kamu punya tanggung jawab besar. Mana mungkin aku membawamu pergi?"Doddy masih ingin berbicara, tetapi Wira bisa menebak isi pikirannya. Dia melambaikan tangan dan berkata, "Sudahlah, jangan menolak lagi. Aku sudah tahu harus membawa siapa.""Lagian, aku cuma bisa tenang kalau kekuasaan militer ada di tanganmu. Makanya, kamu tetap harus di sini, kecuali terjadi perang besar."Doddy hanya bisa menghela napas. Meskipun tahu hubungannya dengan Wira dekat dan tahu Wira memercayainya, dia tetap ingin pergi. Hanya saja, dia terpaksa mengalah karena tidak ada alasan sekarang."Gimana kalau aku membantu Kak Doddy menjaga Provinsi Lowala? Biar dia bisa ikut
Begitu mendengar Wira hendak pergi lagi, para wanita itu langsung mengepungnya. Hanya Wulan yang berdiri di belakang layaknya seorang kakak. Dia tidak pernah merasa cemburu kepada istri-istri Wira."Suamiku! Kamu mau pergi berapa lama lagi? Waktu itu kamu sudah membawa Thalia. Itu artinya, kamu akan membawa yang lainnya pergi kali ini, 'kan?" tanya Dewina segera."Dasar kamu ini. Kamu juga sudah sering mengikutiku." Wira mengetuk kepala Dewina. Sesudah itu, dia berkata kepada Wulan, "Kamu jarang bepergian denganku, 'kan? Ini kesempatan bagus lho. Masa kamu nggak berniat berebutan dengan mereka?""Perjalanan kali ini nggak berbahaya. Aku juga membawa banyak bawahan. Aku rasa Wulan adalah pilihan paling tepat untuk perjalanan kali ini."Para wanita ini telah menghafal gerak-gerik Wira. Setiap kali bepergian, Wira pasti akan membawa seorang wanita pulang.Mereka memang tidak keberatan, tetapi diam-diam memikirkan solusi untuk masalah ini. Jadi, setiap kali Wira bepergian, harus ada salah
"Sepertinya kamu terlalu berlebihan tadi," ujar Wulan setelah masuk ke kamar.Mereka semua sudah dewasa. Meskipun Wira akan bepergian, dia tidak perlu memperingatkan para istrinya seperti memperingatkan anak kecil.Wulan saja merasa kurang nyaman mendengarnya, apalagi Dewina yang begitu sombong dan keras kepala?Wira terkekeh-kekeh dan berkata, "Aku cuma memberi peringatan kok. Kamu juga tahu seperti apa karakter Dewina dan Thalia. Kalau ada kamu, kamu bisa menahan keduanya dan nggak akan terjadi masalah.""Tapi, sekarang kamu akan pergi bersamaku. Siapa yang bisa mengatur kedua wanita itu? Sebenarnya kalau memungkinkan, aku ingin membawa kalian semua ke Gunung Tandang."Wulan pun tersenyum tak berdaya. Setiap orang memiliki kerisauan masing-masing. Wira yang telah memiliki begitu banyak istri cantik saja masih memiliki kerisauan. Ini sudah makna dari kehidupan.Selesai makan siang, Wira dan Wulan pun berangkat ke Gunung Tandang. Karena Gunung Tandang termasuk wilayah kekuasaan Wira da
Dulu Agha sering berburu dengan kakeknya sehingga memiliki insting yang kuat di gunung. Begitu masuk, dia langsung menyadari ada yang tidak beres dengan tempat ini.Namun, untungnya jumlah mereka banyak dan mereka memiliki senjata canggih. Harimau sekalipun tidak berani sembarangan menampakkan diri."Aku tenang kalau ada kamu di sini. Kamu saja yang mengatur para bawahan. Nyawa kami ada di tanganmu lho. Kamu harus lebih hati-hati," ucap Wira sambil menepuk bahu Agha.Agha pun mengangguk. Meskipun masih remaja, dia tahu maksud baik Wira. Wira menyerahkan kekuasaan sebesar ini kepadanya karena memercayainya dan ingin membinanya. Mana mungkin Agha tega mengecewakan Wira?Malam harinya, mereka akhirnya tiba di lereng gunung. Mereka masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk tiba di puncak gunung.Bagaimanapun, Gunung Tandang memiliki tinggi ribuan meter. Apalagi mereka membawa Wulan dan ada binatang buas di sekitar sini. Karena berbagai faktor, Wira hanya bisa memperlambat langkah kakin