"Wira! Kumohon, lepaskan aku atau bunuh saja aku! Jangan menyiksaku begini!" pinta Fathir."Kamu tahu tujuanku. Aku juga nggak suka menyulitkan orang. Asalkan kamu memberitahuku informasi yang kuinginkan, aku akan menyuruh Tuan Arifin berhenti dan nggak akan menyiksamu lagi. Ini bisnis yang menguntungkan, 'kan?" timpal Wira dengan santai.Thalia berkata, "Nggak boleh! Dia harus tersiksa! Dia pembunuh ayahku dan telah menipuku selama ini. Dia bahkan menjadikanku mesin pembunuhnya. Orang sejahat ini harus disiksa mati-matian! Kalau nggak, dendamku nggak bakal terlampiaskan!"Thalia geram hingga menggertakkan giginya. Setiap kali teringat pada kejahatan Fathir, kebencian akan menyelimuti seluruh hatinya.Jika Wira tidak membantunya mencari kerabatnya, mungkin Thalia masih ditipu oleh Fathir sampai sekarang. Dia lebih memilih untuk mati daripada hidup dalam kebohongan!Wira melambaikan tangan dan berujar, "Kamu harus belajar cara memaafkan orang. Dia sudah disiksa selama setengah tahun di
Kini, Nafis ditugaskan di Kota Limaran. Sementara itu, Danu punya pekerjaan yang tidak ada habis-habisnya.Doddy juga memikul tanggung jawab besar, yaitu keamanan Provinsi Lowala. Dia memiliki kekuatan militer, tetapi merasa bosan.Wira terkekeh-kekeh dan berujar, "Sepertinya nggak bisa. Kamu harus menjamin keselamatan semua orang di sini. Kamu punya tanggung jawab besar. Mana mungkin aku membawamu pergi?"Doddy masih ingin berbicara, tetapi Wira bisa menebak isi pikirannya. Dia melambaikan tangan dan berkata, "Sudahlah, jangan menolak lagi. Aku sudah tahu harus membawa siapa.""Lagian, aku cuma bisa tenang kalau kekuasaan militer ada di tanganmu. Makanya, kamu tetap harus di sini, kecuali terjadi perang besar."Doddy hanya bisa menghela napas. Meskipun tahu hubungannya dengan Wira dekat dan tahu Wira memercayainya, dia tetap ingin pergi. Hanya saja, dia terpaksa mengalah karena tidak ada alasan sekarang."Gimana kalau aku membantu Kak Doddy menjaga Provinsi Lowala? Biar dia bisa ikut
Begitu mendengar Wira hendak pergi lagi, para wanita itu langsung mengepungnya. Hanya Wulan yang berdiri di belakang layaknya seorang kakak. Dia tidak pernah merasa cemburu kepada istri-istri Wira."Suamiku! Kamu mau pergi berapa lama lagi? Waktu itu kamu sudah membawa Thalia. Itu artinya, kamu akan membawa yang lainnya pergi kali ini, 'kan?" tanya Dewina segera."Dasar kamu ini. Kamu juga sudah sering mengikutiku." Wira mengetuk kepala Dewina. Sesudah itu, dia berkata kepada Wulan, "Kamu jarang bepergian denganku, 'kan? Ini kesempatan bagus lho. Masa kamu nggak berniat berebutan dengan mereka?""Perjalanan kali ini nggak berbahaya. Aku juga membawa banyak bawahan. Aku rasa Wulan adalah pilihan paling tepat untuk perjalanan kali ini."Para wanita ini telah menghafal gerak-gerik Wira. Setiap kali bepergian, Wira pasti akan membawa seorang wanita pulang.Mereka memang tidak keberatan, tetapi diam-diam memikirkan solusi untuk masalah ini. Jadi, setiap kali Wira bepergian, harus ada salah
"Sepertinya kamu terlalu berlebihan tadi," ujar Wulan setelah masuk ke kamar.Mereka semua sudah dewasa. Meskipun Wira akan bepergian, dia tidak perlu memperingatkan para istrinya seperti memperingatkan anak kecil.Wulan saja merasa kurang nyaman mendengarnya, apalagi Dewina yang begitu sombong dan keras kepala?Wira terkekeh-kekeh dan berkata, "Aku cuma memberi peringatan kok. Kamu juga tahu seperti apa karakter Dewina dan Thalia. Kalau ada kamu, kamu bisa menahan keduanya dan nggak akan terjadi masalah.""Tapi, sekarang kamu akan pergi bersamaku. Siapa yang bisa mengatur kedua wanita itu? Sebenarnya kalau memungkinkan, aku ingin membawa kalian semua ke Gunung Tandang."Wulan pun tersenyum tak berdaya. Setiap orang memiliki kerisauan masing-masing. Wira yang telah memiliki begitu banyak istri cantik saja masih memiliki kerisauan. Ini sudah makna dari kehidupan.Selesai makan siang, Wira dan Wulan pun berangkat ke Gunung Tandang. Karena Gunung Tandang termasuk wilayah kekuasaan Wira da
Dulu Agha sering berburu dengan kakeknya sehingga memiliki insting yang kuat di gunung. Begitu masuk, dia langsung menyadari ada yang tidak beres dengan tempat ini.Namun, untungnya jumlah mereka banyak dan mereka memiliki senjata canggih. Harimau sekalipun tidak berani sembarangan menampakkan diri."Aku tenang kalau ada kamu di sini. Kamu saja yang mengatur para bawahan. Nyawa kami ada di tanganmu lho. Kamu harus lebih hati-hati," ucap Wira sambil menepuk bahu Agha.Agha pun mengangguk. Meskipun masih remaja, dia tahu maksud baik Wira. Wira menyerahkan kekuasaan sebesar ini kepadanya karena memercayainya dan ingin membinanya. Mana mungkin Agha tega mengecewakan Wira?Malam harinya, mereka akhirnya tiba di lereng gunung. Mereka masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk tiba di puncak gunung.Bagaimanapun, Gunung Tandang memiliki tinggi ribuan meter. Apalagi mereka membawa Wulan dan ada binatang buas di sekitar sini. Karena berbagai faktor, Wira hanya bisa memperlambat langkah kakin
Setelah Agha memberi perintah, semua orang mulai sibuk mencari. Meskipun semua prajurit ini lebih tua dari Agha, mereka tidak berani membantahnya, bahkan merasa kagum padanya.Ini bukan hanya karena Agha memiliki hubungan dengan Wira, tetapi juga karena Agha menyandang gelar "Orang Terkuat di Dunia". Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa hebatnya pemuda ini.Lagi pula, mengagumi seseorang tidak didasarkan pada usia. Agha memang memiliki kemampuan nyata!Setelah mencari sekitar 30 menit, terdengar seruan seseorang. "Ada gua di sini!"Agha sontak berteriak dengan gembira, "Cepat, ikut aku masuk! Jumlah kita cukup banyak. Dengan kemampuan kita, aku rasa kita sanggup memindahkan semua barang-barang di dalam.""Dengan begitu, Kak Wira nggak perlu repot-repot naik lagi. Semangat! Setelah memindahkan semua barang, kita sudah bisa pulang besok. Aku pasti akan membantu kalian meminta bonus kepada Kak Wira!"Semua prajurit pun bersorak kegirangan. Misi kali ini berjalan dengan lan
Namun, dari mana asal racun ini? Seingat Agha, mereka terus bersama sejak tadi dan tidak ada keanehan apa pun.Setelah Agha memberi instruksi, semua orang bergegas menuju ke luar gua. Semua kotak berisikan harta karun itu pun ditinggal di dalam gua.Agha memeriksa prajurit yang tergeletak di tanah itu. Setelah mendapati prajurit itu tidak bernapas lagi, Agha menutup hidungnya dan keluar.Alhasil, situasi di luar sama buruknya. Beberapa prajurit sontak terjatuh dan keadaan mereka persis dengan prajurit pertama tadi. Semua orang mulai merasa panik."Jenderal Muda, apa yang terjadi? Apa yang harus kita lakukan sekarang?""Ya. Karena Tuan Wira nggak ada di sini, sekarang kamu pemimpin kami. Tolong buat keputusan.""Jenderal Muda, apa mungkin kita dikutuk?"Para prajurit ini tidak takut mati di medan perang. Namun, kematian mendadak seperti ini tentu membuat mereka merasa takut.Sudut bibir Agha berkedut. Misinya jelas-jelas sudah hampir selesai, tetapi malah terjadi kesalahan seperti ini.
"Aku sudah menebaknya sejak awal. Nggak mungkin Fathir si berengsek itu membocorkan rahasianya semudah itu. Ternyata dia ingin menjebak kita.""Berani sekali dia! Aku akan kembali ke Dusun Darmadi dan menghabisi bajingan itu. Aku akan membalaskan dendam para saudara yang meninggal!" ujar Agha sambil menggertakkan giginya. Amarah berkecamuk di dalam hatinya.Agha mengira semuanya akan berjalan lancar, tetapi mereka malah terjebak. Dia bisa saja mati di puncak gunung. Jika Wira tidak mengusulkan untuk berpencar, mungkin akibatnya akan lebih buruk dari ini."Ini bukan saatnya meminta pertanggungjawaban. Kita memang harus memberinya pelajaran, tapi bukan sekarang.""Lagian, dia dikurung di penjara. Sekalipun punya sayap, dia nggak bakal bisa meninggalkan penjara. Hanya saja, apa kamu yakin kotak beracun itu isinya adalah barang-barang berharga?" tanya Wira sambil memicingkan mata.Apabila kotak itu hanya untuk mengelabui mereka, tidak ada gunanya mereka membuang-buang waktu di sini. Namun,