Begitu mengatakan itu, Thalia mendekat dari samping. "Kak Wulan, selama ini aku dan suami selalu bersama dan nggak pernah berpisah. Beberapa rencana suami juga tertunda karena aku, jadi nggak bisa kembali ke Dusun Darmadi.""Kalau harus ada yang tinggal di sini, biar aku saja. Kalau ada hal yang harus diurus, aku juga bisa mengurusnya menggantikan kalian. Kak Wulan pergi berlibur bersama suami dan yang lainnya saja agar bisa menyegarkan pikiran juga."Meskipun Dusun Darmadi adalah tempat yang sangat bagus, tidak ada yang bersedia tinggal di sana karena merasa terkurung. Thalia saja merasa seperti itu, apalagi yang lainnya. Wulan memiliki kepribadian yang ramah, tetapi dia berpikir tidak boleh memanfaatkan kepribadian itu dan menyulitkan Wulan. Kehidupan masih panjang, sesama saudari harus menjalin hubungan yang baik.Wira tersenyum puas. Thalia memang baik dan pengertian, tetapi Wulan juga begitu. Kedua wanita ini memang sangat baik, setidaknya jauh lebih pengertian dibandingkan dengan
"Konon, saat malam tiba, Kota Goma ini akan dipenuhi dengan cahaya lampu, seolah-olah masih siang hari. Sepertinya, apa yang dikatakan orang memang benar. Tuan Harraz, selama ini kamu benar-benar sudah bekerja keras. Menempatkanmu di sini sepertinya agak meremehkan kemampuanmu," kata Wira dengan kagum.Saat Harraz bergabung ke kubunya, Wira tahu dia sudah mendapatkan satu bantuan tambahan lagi. Namun, dia tidak menyangka Harraz memiliki bakat yang sebesar ini. Kota kecil di perbatasan ini malah dikembangkan Harraz dengan begitu baik.Saat dahulu Wira datang ke Kota Goma ini, sebagian besar penduduknya adalah orang tua yang lemah dan sakit. Tidak ada banyak pemuda seperti saat ini, apalagi suasana yang meriah seperti ini. Dalam waktu kurang dari setengah tahun, Harraz sudah mengubah Kota Goma menjadi seperti ini sampai dia pun tidak mengenali kota ini lagi. Ini membuktikan Harraz sudah berusaha sangat keras.Harraz tersenyum dan berkata sambil melambaikan tangannya, "Ini semua karena Tu
Saat Wira sedang memeriksa lingkungan sekitar, terdengar Harraz yang segera menjelaskan, "Tuan Wira, mohon jangan keberatan. Aku nggak memindahkan pengawal di sekitar sini, tapi menyuruh mereka bersembunyi di kegelapan. Ini juga untuk memastikan keamananmu dan para istrimu. Kalau Tuan Wira merasa nggak nyaman, aku akan menyuruh mereka mundur."Wira sudah berada di medan perang begitu lama, trik kecil ini tentu saja tidak bisa menipunya. Dia melambaikan tangan dan berkata, "Nggak perlu begitu cemas, aku tahu niatmu. Pertahanan di sini memang bagus. Meskipun keluargamu sudah pindah ke sini, tetap harus waspada terhadap Bhurek.""Orang ini benar-benar seorang pengecut. Aku sudah berurusan dengannya beberapa kali. Menurutku, cepat atau lambat dia akan terkena masalah. Terlalu mencolok dan nggak bisa menerima orang lain adalah hal yang paling dihindari. Saat Ciputra merasa dia tidak berharga lagi, pada saat itu dia pasti akan langsung menghilang."Wira memiliki wawasan yang luas dan sangat
"Kamu juga nggak akan bisa melihat kemampuan Harraz. Menurutku, menempatkan Harraz di kecil ini memang agak meremehkan kemampuannya," kata Dewina.Wulan dan yang lainnya yang berada di samping malah tidak berbicara.Wulan adalah wanita yang sangat konservatif. Bukan hanya tidak akan melakukan tindakan yang keterlaluan pada Wira, dia juga selalu menjaga sopan santun di depan umum. Dia juga tidak ikut campur dengan urusan Wira. Inilah yang paling dihargai Wira darinya.Namun, Wira sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan hal-hal seperti ini, dia bukan pemimpin yang otoriter. "Meskipun kamu nggak bilang, aku juga sudah mengetahui kemampuan Harraz. Jangan lupa, dia pernah menjadi perdana menteri di Kerajaan Beluana. Aku menempatkannya di sini juga ada maksudku sendiri, kamu nggak mungkin bisa mengerti semua ini."Dewina memelototi Wira dan tidak ingin memedulikan Wira lagi. Dia merasa niat baiknya sia-sia. "Malas berbicara denganmu. Kak wulan, ayo kita pergi jalan-jalan, nggak perlu pedul
Wira yang berdiri di samping hanya menyaksikan keributan itu dengan tenang. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun, seolah-olah semua itu tidak ada hubungannya dengannya.Jika hanya Wulan saja yang berdiri di depan, Wira tentu saja akan turun tangan. Namun, saat ini yang berdiri di depannya ada Julian, Thalia, dan Dewina. Kemampuan bela diri ketiga wanita ini cukup baik. Jangankan beberapa pemuda kaya ini, bahkan beberapa prajurit pun mungkin tidak akan mampu melawan mereka bertiga. Sepertinya, akan ada tontonan yang menarik.Mendengar perkataan pemuda itu, Dewina meletakkan tangannya di pinggang dan berteriak dengan marah, "Berani memukul wanita? Kalian ini benar-benar berani sekali. Ayo ke sini, aku berdiri di sini. Aku ingin melihat apa kalian berani memukulku di depan begitu banyak orang."Swish!Menghadapi ejekan Dewina, ekspresi beberapa pemuda itu menjadi muram. Pria yang berdiri di paling depan segera menerjang ke arah Dewina. Dalam sekejap, dia sudah berada di depan Dewina.Pad
Para pemuda kaya itu berpikir bisa menyelamatkan nyawa mereka saja sudah beruntung.Wira mendengus dan berkata sambil menunjuk para pemuda itu, "Kalian segera pergi ke pengadilan dan laporkan kejadian malam ini dengan rinci pada mereka. Kalau kalian nggak mengikuti perintahku, nanti aku sendiri yang akan mencari kalian. Pada saat itu, keluarga kalian juga akan terkena dampak dari perbuatan kalian."Para pemuda itu terus menganggukkan kepala. Tanpa berani ragu sedikit pun, mereka langsung menuju pengadilan.Setelah situasinya mereda, Wira melambaikan tangannya pada semua orang di sana dan berkata, "Semuanya sudah selesai, jadi kita akhiri saja di sini. Silakan kalian semua pergi berkeliling lagi. Jangan terus berkerumun di sini lagi agar nggak menghambat lalu lintas."Semua orang pun setuju dan mulai pergi satu per satu."Kamu hebat sekali sampai orang-orang mengenalimu. Aku masih ingin memberi pelajaran pada mereka," kata Dewina sambil mengelus tinjunya, jelas belum puas. Jika tadi Wir
Di sebuah rumah di Kerajaan Beluana. Bhurek dan Alzam sedang duduk di satu sisi dengan ekspresi yang muram. Wira terlihat sangat santai selama beberapa hari ini, tetapi Kerajaan Beluana sedang kacau.Seorang pria berpakaian hitam yang seolah-olah ingin menutupi wajahnya sendiri sedang berdiri di depan keduanya. Pria ini berusia tiga puluhan tahun, tetapi kesannya sangat menakutkan. Ditambah lagi, suasana ruangan itu suram, orang yang tidak tahu mungkin akan mengira dia adalah hantu.Jika Thalia berada di sana, Thalia akan segera mengenali identitas pria ini karena dahulu dia adalah salah satu dari empat pelindung di bawah kepemimpinan Fathir, Ahmad. Dia ahli dalam bersembunyi. Saat Wira bertarung dengan Fathir, dia sudah menjaga jarak. Meskipun terjadi pertarungan, dia juga tidak menunjukkan dirinya. Oleh karena itu, dia bisa bertahan hidup sampai sekarang."Apa yang kamu katakan ini nyata?" tanya Bhurek dengan nada dan ekspresi yang muram, lalu menatap Ahmad di depannya dengan dingin.
Ternyata begitu, Bhurek langsung memahami situasinya. Sepertinya, Harraz ini memang licik, semua pergerakannya sudah direncanakan dengan matang."Jadi, apa yang harus kita lakukan? Kita nggak bisa membiarkan Harraz begitu saja, 'kan?" tanya Bhurek sambil menggertakkan gigi. Ini adalah kepentingan pribadinya dan juga untuk kepentingan Kerajaan Beluana. Harraz memiliki kemampuan dan pengetahuan yang luar biasa, serta memiliki banyak rencana. Harus diakui, Harras adalah bakat penting untuk menstabilkan kerajaan.Jika orang seperti Harraz diserahkan begitu saja pada Wira, berarti sama saja dengan mendorong Kerajaan Beluana ke dalam bencana. Perlu diketahui, Harraz pernah menjadi perdana menteri di Kerajaan Beluana dan sangat memahami urusan kerajaan ini. Meskipun Wira juga memiliki mata-mata seperti Biantara, situasi yang diketahui Biantara tidak sebanding dengan Harraz.Alzam tersenyum dingin dan berkata, "Jadi, harus bagaimana lagi? Meskipun sekarang kamu pergi melawan Harraz, kamu juga