Wira bertanya-tanya mengapa dia bisa melupakan hal itu. Di rumah masih ada beberapa istrinya ini, tetapi dia hanya memikirkan Thalia dan lupa memberikan hadiah untuk mereka. Apa yang harus dilakukannya sekarang?"Lihat ekspresimu ini, kamu benar-benar tidak membawa hadiah untuk kami, 'kan?" kata Dewina lagi."Kak Wulan, lihatlah, apa aku yang sengaja menyulitkannya? Dia jelas-jelas sudah lupa pada kita. Setelah meninggalkan Dusun Darmadi, dia benar-benar sudah melupakan kita. Dia bahkan nggak memikirkan kita, apalagi mempersiapkan hadiah untuk kita. Kalau begitu, apa gunanya suami ini? Lebih baik kita hidup sendiri saja. Mulai sekarang, jangan biarkan dia masuk ke rumah lagi."Wulan menggelengkan kepala dengan tak berdaya saat melihat Dewina yang benar-benar bertingkah seperti anak kecil."Tuan tentu saja selalu ingat pada nyonya-nyonya. Mana mungkin dia lupa mempersiapkan hadiah untuk istri-istrinya." Saat Wira tidak tahu harus bagaimana membujuk para wanita itu, Biantara tiba-tiba be
"Membantu Tuan untuk mengatasi masalah adalah tanggung jawabku. Tuan nggak perlu memikirkan hal ini," kata Biantara sambil memberi hormat."Kita adalah saudara, nggak perlu begitu sungkan. Kalau nggak, berarti kamu sengaja menjauhkan hubungan kita," kata Wira sambil tersenyum.Setelah itu, ekspresi Wira menjadi serius dan melanjutnya, "Agha masih berada di Kota Limaran. Tolong bantu aku memperhatikannya. Kalau anak itu melakukan sesuatu yang keterlaluan, segera beri tahu aku. Dia mungkin nggak mengikuti perintah kalian, tapi dia pasti akan mendengarkan kata-kataku."Biantara menganggukkan kepala.Wira merasa sayang dan juga kesal dengan adiknya ini. Meskipun Agha sangat kuat, Agha masih tidak mengerti harus bagaimana bersikap dan tidak terlalu cerdik juga karena masih muda. Dalam situasi seperti saat ini, Agha pasti akan menjadi korban penindasan. Hatinya merasa tidak tenang jika Agha tidak bersamanya. Untungnya, Biantara bisa diam-diam membantu menjaga Agha.Dalam sekejap, Wira dan ya
Wira menggelengkan kepala dan tersenyum pahit. Selama ini, dia memang belum pernah menghubungi Harraz karena ada banyak urusan yang harus ditanganinya, sehingga tidak memiliki waktu untuk memikirkan kota itu.Selain itu, Harraz bisa ditempatkan di kota kuno di perbatasan ini juga merupakan kehendaknya sendiri. Saat Wira mengatur berita kematian palsu itu, dia sudah menghilang sepenuhnya dari pandangan orang-orang di Kerajaan Beluana. Bahkan Bhurek juga mengira dia sudah mati. Namun, semua itu hanya tipuan Wira.Setelah mempertimbangkannya, Wira memutuskan untuk mengirim Harraz ke Kota Goma dan memberikan wewenang penuh untuk mengurus semua urusan di sana. Jika Dewina tidak mengungkit tentang Kota Goma, dia juga sudah lupa tentang hal ini.Dewina terus mengayun-ayunkan lengan Wira dan bermanja-manja. "Sayang, ayo bawa kami berjalan-jalan ke sana sekali saja. Kamu juga bisa sekalian melihat bagaimana perkembangan di sana sekarang.""Aku sering dengar orang mengungkit tentang Kota Goma. K
Begitu mengatakan itu, Thalia mendekat dari samping. "Kak Wulan, selama ini aku dan suami selalu bersama dan nggak pernah berpisah. Beberapa rencana suami juga tertunda karena aku, jadi nggak bisa kembali ke Dusun Darmadi.""Kalau harus ada yang tinggal di sini, biar aku saja. Kalau ada hal yang harus diurus, aku juga bisa mengurusnya menggantikan kalian. Kak Wulan pergi berlibur bersama suami dan yang lainnya saja agar bisa menyegarkan pikiran juga."Meskipun Dusun Darmadi adalah tempat yang sangat bagus, tidak ada yang bersedia tinggal di sana karena merasa terkurung. Thalia saja merasa seperti itu, apalagi yang lainnya. Wulan memiliki kepribadian yang ramah, tetapi dia berpikir tidak boleh memanfaatkan kepribadian itu dan menyulitkan Wulan. Kehidupan masih panjang, sesama saudari harus menjalin hubungan yang baik.Wira tersenyum puas. Thalia memang baik dan pengertian, tetapi Wulan juga begitu. Kedua wanita ini memang sangat baik, setidaknya jauh lebih pengertian dibandingkan dengan
"Konon, saat malam tiba, Kota Goma ini akan dipenuhi dengan cahaya lampu, seolah-olah masih siang hari. Sepertinya, apa yang dikatakan orang memang benar. Tuan Harraz, selama ini kamu benar-benar sudah bekerja keras. Menempatkanmu di sini sepertinya agak meremehkan kemampuanmu," kata Wira dengan kagum.Saat Harraz bergabung ke kubunya, Wira tahu dia sudah mendapatkan satu bantuan tambahan lagi. Namun, dia tidak menyangka Harraz memiliki bakat yang sebesar ini. Kota kecil di perbatasan ini malah dikembangkan Harraz dengan begitu baik.Saat dahulu Wira datang ke Kota Goma ini, sebagian besar penduduknya adalah orang tua yang lemah dan sakit. Tidak ada banyak pemuda seperti saat ini, apalagi suasana yang meriah seperti ini. Dalam waktu kurang dari setengah tahun, Harraz sudah mengubah Kota Goma menjadi seperti ini sampai dia pun tidak mengenali kota ini lagi. Ini membuktikan Harraz sudah berusaha sangat keras.Harraz tersenyum dan berkata sambil melambaikan tangannya, "Ini semua karena Tu
Saat Wira sedang memeriksa lingkungan sekitar, terdengar Harraz yang segera menjelaskan, "Tuan Wira, mohon jangan keberatan. Aku nggak memindahkan pengawal di sekitar sini, tapi menyuruh mereka bersembunyi di kegelapan. Ini juga untuk memastikan keamananmu dan para istrimu. Kalau Tuan Wira merasa nggak nyaman, aku akan menyuruh mereka mundur."Wira sudah berada di medan perang begitu lama, trik kecil ini tentu saja tidak bisa menipunya. Dia melambaikan tangan dan berkata, "Nggak perlu begitu cemas, aku tahu niatmu. Pertahanan di sini memang bagus. Meskipun keluargamu sudah pindah ke sini, tetap harus waspada terhadap Bhurek.""Orang ini benar-benar seorang pengecut. Aku sudah berurusan dengannya beberapa kali. Menurutku, cepat atau lambat dia akan terkena masalah. Terlalu mencolok dan nggak bisa menerima orang lain adalah hal yang paling dihindari. Saat Ciputra merasa dia tidak berharga lagi, pada saat itu dia pasti akan langsung menghilang."Wira memiliki wawasan yang luas dan sangat
"Kamu juga nggak akan bisa melihat kemampuan Harraz. Menurutku, menempatkan Harraz di kecil ini memang agak meremehkan kemampuannya," kata Dewina.Wulan dan yang lainnya yang berada di samping malah tidak berbicara.Wulan adalah wanita yang sangat konservatif. Bukan hanya tidak akan melakukan tindakan yang keterlaluan pada Wira, dia juga selalu menjaga sopan santun di depan umum. Dia juga tidak ikut campur dengan urusan Wira. Inilah yang paling dihargai Wira darinya.Namun, Wira sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan hal-hal seperti ini, dia bukan pemimpin yang otoriter. "Meskipun kamu nggak bilang, aku juga sudah mengetahui kemampuan Harraz. Jangan lupa, dia pernah menjadi perdana menteri di Kerajaan Beluana. Aku menempatkannya di sini juga ada maksudku sendiri, kamu nggak mungkin bisa mengerti semua ini."Dewina memelototi Wira dan tidak ingin memedulikan Wira lagi. Dia merasa niat baiknya sia-sia. "Malas berbicara denganmu. Kak wulan, ayo kita pergi jalan-jalan, nggak perlu pedul
Wira yang berdiri di samping hanya menyaksikan keributan itu dengan tenang. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun, seolah-olah semua itu tidak ada hubungannya dengannya.Jika hanya Wulan saja yang berdiri di depan, Wira tentu saja akan turun tangan. Namun, saat ini yang berdiri di depannya ada Julian, Thalia, dan Dewina. Kemampuan bela diri ketiga wanita ini cukup baik. Jangankan beberapa pemuda kaya ini, bahkan beberapa prajurit pun mungkin tidak akan mampu melawan mereka bertiga. Sepertinya, akan ada tontonan yang menarik.Mendengar perkataan pemuda itu, Dewina meletakkan tangannya di pinggang dan berteriak dengan marah, "Berani memukul wanita? Kalian ini benar-benar berani sekali. Ayo ke sini, aku berdiri di sini. Aku ingin melihat apa kalian berani memukulku di depan begitu banyak orang."Swish!Menghadapi ejekan Dewina, ekspresi beberapa pemuda itu menjadi muram. Pria yang berdiri di paling depan segera menerjang ke arah Dewina. Dalam sekejap, dia sudah berada di depan Dewina.Pad