Melihat beberapa orang itu berekspresi muram, Alzam melambaikan tangan ke arah mereka sembari berucap, "Kalian semua bisa pergi dulu."Seketika, mereka merasa lega dan bergegas pergi. Tadi, mereka bahkan khawatir bahwa Bhurek akan membunuh mereka karena saking emosinya ....Alzam memicingkan matanya. Dia duduk di kursi dan menatap Bhurek dengan tajam seraya berujar, "Jenderal Bhurek, kamu nggak perlu marah. Semua ini sebenarnya bisa dimaklumi."Alzam menambahkan, "Walau nggak punya ahli nomor satu di dunia, reputasi kita memang nggak terlalu baik sejak awal. Jadi, mana mungkin mereka akan tertarik untuk bergabung dengan kita?"Bhurek menelan air liur, lalu bertanya, "Apa kamu punya rencana bagus?"Alzam melanjutkan, "Selama bertahun-tahun, banyak orang yang membenci Kerajaan Beluana. Bahkan, orang-orang mengira akar dari semua kerusuhan di Atrana adalah kita. Itu sebabnya, mereka nggak mau bergabung dengan kita.""Kalau begitu, kita bisa merekrut banyak ahli dari luar untuk memperkuat
"Tampaknya kamu mengenal Darnel dengan baik. Dengar-dengar, dia nggak bermaksud bergabung dengan Gedung Nomor Satu. Dia cuma mau bikin keributan, tapi pada akhirnya dia malah merugikan dirinya sendiri," jelas Alzam.Pria itu menambahkan, "Tapi, orang ini punya kemampuan. Kalau kita bisa merekrutnya ke pihak kita, itu akan sangat membantu tindakan kita di masa depan."Alzam memberi tahu, "Jadi, aku berencana pergi sendiri ke Fraseta untuk mencari orang-orang berbakat seperti Darnel. Dengan cara ini, kita bisa memperkuat diri."Saat ini, semua urusan besar di istana dipercayakan kepada Alzam. Untungnya, dia bukan orang yang hanya pandai bicara. Dia memang memiliki kemampuan luar biasa.Kalau tidak, bagaimana mungkin dia mendapat kepercayaan dari Ciputra? Di posisi itu, Alzam harus menjalankan tugasnya dengan baik. Jadi, dia memang perlu bekerja lebih keras."Kalau begitu, mohon bantuan Tuan Alzam!" ujar Bhurek dengan mata berbinar-binar. Dia melanjutkan, "Kalau Tuan Alzam butuh sesuatu d
Di Gedung Nomor Satu, Wira dan Thalia telah selesai berkemas. Sekarang, mereka berdiri di depan pintu utama Gedung Nomor Satu.Wira berucap sambil tersenyum, "Biantara, aku serahkan semua urusan di sini padamu. Aku dan Thalia akan kembali ke Dusun Darmadi. Kami sudah pergi cukup lama. Mungkin keluarga di rumah sudah merindukan kami. Kalau tinggal lebih lama di sini, aku akan sulit menjelaskannya nanti."Biantara memahaminya. Dia segera menanggapi, "Jangan khawatir. Sekarang, Gedung Nomor Satu sudah mulai berjalan dengan baik. Ditambah ada banyak orang kita di sini, semuanya akan berjalan lancar. Kalau ada masalah, aku akan memberitahumu."Wira pun mengangguk. Dia sangat memercayai kemampuan Biantara sehingga merasa tenang meninggalkan segala urusan padanya. Mengenai kesetiaan Biantara, dia sama sekali tidak perlu khawatir."Oh ya, apa kamu mau ikut aku kembali?" tanya Wira yang melihat ke arah Agha.Tidak membawa Agha bersamanya membuatnya sedikit khawatir. Di dunia ini, hampir tidak a
"Tenang saja, Kak. Ada Kak Biantara di sini. Apalagi, jarak kita juga nggak terlalu jauh. Aku nggak bakal bikin masalah," ucap Agha.Wira menambahkan, "Oke, ingat kata-katamu hari ini. Kalau nggak menepati janjimu nanti, jangan salahkan aku yang bertindak tegas." Agha segera menyetujuinya.Kemudian, Wira memanggil Biantara dan memberi instruksi, "Meski bilang begitu, dia bisa melupakan semua yang dia katakan hari ini kalau mulai bersikap keras kepala.""Kalau kamu nggak bisa mengendalikannya, segera utus orang untuk menghubungiku. Aku akan datang dari Dusun Darmadi untuk mengurusnya," ucap Wira.Berhubung Wira sudah berkata demikian, Biantara tidak punya pilihan lain selain mengangguk setuju dengan enggan. Tampaknya dia hanya bisa menjaga pembawa sial ini di sisinya. Sekarang, Biantara hanya bisa diam-diam berdoa agar tidak terjadi masalah yang tidak diinginkan. Setelah semua urusan selesai, Wira pun membawa Thalia pulang ke Dusun Darmadi. Sore harinya, keduanya tiba di Dusun Darmadi.
"Kamu masih ingat untuk pulang ya?"Wira baru saja selesai berbicara, Dewina segera keluar dari kamarnya dan sudah berada di depan Wira. Setelah memelototi Wira, dia menyilangkan tangannya dan berkata dengan kesal, "Aku pikir kamu sudah melupakan kami semua dan bersenang-senang di luar sana. Nggak disangka, ternyata kamu masih ingat kamu adalah seorang pria yang sudah berkeluarga."Mendengar perkataan Dewina, Wira langsung terdiam.Selama berada di luar sana, Wira sebenarnya selalu memikirkan istri-istrinya yang berada di rumah. Hanya saja ada terlalu banyak urusan yang harus diurus, sehingga dia tidak sempat menghubungi mereka. Namun, hatinya tetap merindukan mereka. Pemikirannya ini tentu saja hanya Thalia yang tahu. Namun, Thalia tidak menjelaskan apa-apa dan hanya berdiri di sampingnya dengan tenang.Thalia adalah seorang wanita yang pintar. Sekarang mereka sudah kembali ke Dusun Darmadi, dia tentu saja harus menjalin hubungan baik dengan istri Wira yang lainnya. Dengan begitu, dia
Wira bertanya-tanya mengapa dia bisa melupakan hal itu. Di rumah masih ada beberapa istrinya ini, tetapi dia hanya memikirkan Thalia dan lupa memberikan hadiah untuk mereka. Apa yang harus dilakukannya sekarang?"Lihat ekspresimu ini, kamu benar-benar tidak membawa hadiah untuk kami, 'kan?" kata Dewina lagi."Kak Wulan, lihatlah, apa aku yang sengaja menyulitkannya? Dia jelas-jelas sudah lupa pada kita. Setelah meninggalkan Dusun Darmadi, dia benar-benar sudah melupakan kita. Dia bahkan nggak memikirkan kita, apalagi mempersiapkan hadiah untuk kita. Kalau begitu, apa gunanya suami ini? Lebih baik kita hidup sendiri saja. Mulai sekarang, jangan biarkan dia masuk ke rumah lagi."Wulan menggelengkan kepala dengan tak berdaya saat melihat Dewina yang benar-benar bertingkah seperti anak kecil."Tuan tentu saja selalu ingat pada nyonya-nyonya. Mana mungkin dia lupa mempersiapkan hadiah untuk istri-istrinya." Saat Wira tidak tahu harus bagaimana membujuk para wanita itu, Biantara tiba-tiba be
"Membantu Tuan untuk mengatasi masalah adalah tanggung jawabku. Tuan nggak perlu memikirkan hal ini," kata Biantara sambil memberi hormat."Kita adalah saudara, nggak perlu begitu sungkan. Kalau nggak, berarti kamu sengaja menjauhkan hubungan kita," kata Wira sambil tersenyum.Setelah itu, ekspresi Wira menjadi serius dan melanjutnya, "Agha masih berada di Kota Limaran. Tolong bantu aku memperhatikannya. Kalau anak itu melakukan sesuatu yang keterlaluan, segera beri tahu aku. Dia mungkin nggak mengikuti perintah kalian, tapi dia pasti akan mendengarkan kata-kataku."Biantara menganggukkan kepala.Wira merasa sayang dan juga kesal dengan adiknya ini. Meskipun Agha sangat kuat, Agha masih tidak mengerti harus bagaimana bersikap dan tidak terlalu cerdik juga karena masih muda. Dalam situasi seperti saat ini, Agha pasti akan menjadi korban penindasan. Hatinya merasa tidak tenang jika Agha tidak bersamanya. Untungnya, Biantara bisa diam-diam membantu menjaga Agha.Dalam sekejap, Wira dan ya
Wira menggelengkan kepala dan tersenyum pahit. Selama ini, dia memang belum pernah menghubungi Harraz karena ada banyak urusan yang harus ditanganinya, sehingga tidak memiliki waktu untuk memikirkan kota itu.Selain itu, Harraz bisa ditempatkan di kota kuno di perbatasan ini juga merupakan kehendaknya sendiri. Saat Wira mengatur berita kematian palsu itu, dia sudah menghilang sepenuhnya dari pandangan orang-orang di Kerajaan Beluana. Bahkan Bhurek juga mengira dia sudah mati. Namun, semua itu hanya tipuan Wira.Setelah mempertimbangkannya, Wira memutuskan untuk mengirim Harraz ke Kota Goma dan memberikan wewenang penuh untuk mengurus semua urusan di sana. Jika Dewina tidak mengungkit tentang Kota Goma, dia juga sudah lupa tentang hal ini.Dewina terus mengayun-ayunkan lengan Wira dan bermanja-manja. "Sayang, ayo bawa kami berjalan-jalan ke sana sekali saja. Kamu juga bisa sekalian melihat bagaimana perkembangan di sana sekarang.""Aku sering dengar orang mengungkit tentang Kota Goma. K
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m