"Sudah kubilang, meskipun kamu telanjang bulat di ranjangku, aku nggak bakal tertarik padamu!" jelas Wira yang malas berdebat dengan Thalia. Setelah merapikan diri, dia bersiap-siap untuk keluar. Dia punya urusan penting yang harus diurus, yaitu Vila Zamrud. Sesudah semuanya beres, dia baru bisa merekrut Arjuna."Kamu mau ke mana? Kamu mau pergi begitu saja setelah mengambil keuntungan dariku?" bentak Thalia saat melihat Wira hendak keluar."Memangnya aku harus melapor kepadamu kalau mau keluar?" balas Wira dengan kesal."Bukan begitu. Kudengar, Nafis sudah melenyapkan banyak kubu Aliran Kegelapan. Bukankah ini saatnya kamu menepati janjimu? Mana penawar racunku?" tanya Thalia dengan dingin.Wira tersenyum sambil menyahut, "Penawar racun? Aku nggak akan memberikannya secepat itu. Setelah kembali dari Vila Zamrud, aku baru akan memberimu penawar racun itu."'Sialan! Pria ini memang nggak bisa dipercaya!' maki Thalia dalam hati. Setelah Wira meninggalkan kamar, Thalia menendang kursi di
"Aku sudah mengutus orang untuk mencari tahu. Ada puluhan orang di Vila Zamrud dan kebanyakan dari mereka adalah pelayan yang ke sana. Aku dengar mereka merekrut beberapa bandit di sekitar untuk menjaga keamanan, mereka hanya nggak terlihat berhubungan langsung dengan para bandit itu saja. Tapi, orang-orang di sekitar sudah tahu mereka sebenarnya sudah lama bersekongkol," kata Nafis yang segera menjelaskan pada Wira.Wira menganggukkan kepala dan sudah memiliki gambaran tentang situasinya. Ternyata begitu, sepertinya mereka harus lebih berhati-hati. Dengan begitu, mereka baru bisa memastikan keamanannya agar orang-orang di sekitar tidak mendapat masalah. Perlu diketahui, para bandit itu tidak takut mati. Jika bisa merekrut para bandit ini, berarti pemimpin Vila Zamrud ini memang memiliki kemampuan yang hebat. Jika tidak, pemimpin vila itu tidak akan bisa memikirkan cara ini.Memang tidak ada banyak orang yang melindungi di dalam Vila Zamrud, tetapi sekelompok bandit mengelilinginya unt
Untuk menghindari jejaknya ketahuan, Wira dan yang lainnya memasuki daerah sekitar Vila Zamrud secara bertahap agar tidak menarik perhatian siapa pun. Saat ini, mereka sedang berdiri di puncak sebuah gunung dan melihat Vila Zamrud yang letaknya tidak jauh dari sana."Pembangunan tempat ini benar-benar bagus. Bisa dibilang, punya pertahanan yang alami," kata Wira sambil menyilangkan lengannya dan tersenyum.Ada banyak pegunungan di sekitar Vila Zamrud, tetapi hanya ada satu jalan masuk menuju vila itu. Mereka juga baru saja menyadari ada banyak penjaga yang bersembunyi di sini. Bisa dibilang, keamanan di tempat ini sangat ketat. Selain itu, ada orang yang menjaga di beberapa gunung yang letaknya tidak jauh dari sana, mereka pasti adalah para bandit itu."Orang-orang kita sudah bersiap di posisinya. Aku nggak menyuruh mereka untuk menyerang penjaga-penjaga yang bersembunyi itu agar nggak membuat mereka waspada. Tapi, aku sudah menyuruh mereka untuk mencari sebuah jalur masuk. Hanya tingg
"Bum!"Setelah mengangkat kaki, Wira langsung menendang pintu yang menuju halaman belakang. Saat melihat ke sekeliling, tempat itu benar-benar sangat indah. Bukan hanya memiliki kolam yang dipenuhi dengan bunga teratai, bahkan jalan setapaknya pun dipenuhi dengan batu-batu berwarna biru dan tercium wangi bunga yang samar-samar. Ini membuktikan orang-orang di Vila Zamrud ini menghabiskan banyak usaha di halaman itu."Ini semua berasal dari uang hasil jerih payah orang biasa itu," kata Wira dengan dingin.Setelah itu, Wira menepuk bahu Nafis dan berkata dengan tenang, "Setelah menangkap pemilik Vila Zamrud itu, jangan bertindak gegabah. Kita harus memastikan dia tetap hidup. Aku ingin membawanya kembali ke Kota Limaran dan menyerahkannya pada Arjuna untuk diadili."Nafis sangat impulsif, sehingga Wira khawatir dia tidak bisa mengendalikan emosinya. Itu hanya akan menambah masalah mereka."Tenang saja!" Dalam sekejap, Nafis sudah melangkah keluar terlebih dahulu, sedangkan Wira dan Bianta
Jika Modrik salah berbicara sedikit saja, kemungkinan besar Nafis benar-benar akan membunuhnya. Ini benar-benar gawat. Dia bisa membangun wilayah ini juga tidak mudah. Sekarang dia akhirnya bisa menikmati hasilnya, dia tidak bisa membiarkan semua yang telah dibangunnya hancur begitu saja."Sebenarnya dia nggak begitu berguna juga, bunuh saja kalau perlu. Lagi pula, membunuhnya malah akan mengurangi masalah kita. Setelah orang-orangnya menemukan mayatnya, mungkin kita sudah pergi jauh," kata Wira sambil mendekat dan tersenyum. Wajahnya memang menunjukkan senyuman, tetapi nadanya terdengar sangat dingin. Ekspresinya yang seperti setan itu, membuat Modrik ketakutan hingga tidak berani menatapnya. Meskipun dia adalah seorang penjahat, dia tetap takut pada orang yang lebih kejam daripada dirinya."Tuan, siapa kalian sebenarnya? Aku dengar dari cara berbicaramu, kamu pasti bukan orang biasa, 'kan? Kalau sebelumnya aku menyinggungmu, kamu langsung katakan saja. Aku pasti akan mencari cara unt
Modrik tentu saja tidak ingin hanya diam menunggu mati. Setelah memikirkan hal itu, dia segera mengeluarkan sebuah kembang api dari sakunya dan menyalakannya saat Wira lengah. Kembang api itu pun langsung menyala di langit, disertai dengan suara yang memekakkan telinga. Itu adalah sebuah sinyal.Ekspresi Wira langsung berubah, ekspresi Nafis juga menjadi muram. Jika bukan karena dia tidak menggenggam tangan Modrik, bagaimana mungkin Modrik bisa memiliki kesempatan untuk memberikan sinyal."Cepat mundur!" Wira segera memberi perintah pada semua orang untuk segera keluar melalui pintu. Begitu para bandit itu berkumpul di sini, mereka benar-benar akan terkepung. Pada saat itu, mungkin mereka akan kesulitan untuk pergi dari sana. Saat ini, kabur adalah pilihan terbaik.Tak lama kemudian, Wira, Biantara, dan yang lainnya sudah bertemu. Saat ini, semua orang sudah berkumpul di sisi Wira."Saudara-saudara, cepat pergi dari sini. Kita berpencar dan bertemu lagi di dekat perbatasan, lalu bersam
"Kenapa kamu bisa ditangkap orang-orang ini?"Semua orang mulai bertanya sambil menatap Modrik dengan ekspresi khawatir. Nyawa mereka semua bergantung pada Vila Zamrud dan Modrik adalah penopang hidup mereka. Jika terjadi sesuatu pada Modrik, mereka juga tidak akan bisa bertahan hidup di sini lagi. Kerajaan Beluana memang belum damai, tetapi sebagian besar bandit sudah diberantas kecuali mereka. Itu semua juga berkat perlindungan dari Modrik. Jika Modrik tidak membantu mereka, mereka mungkin tidak akan bisa bertahan hidup sampai hari ini."Cepat suruh orang-orangmu ini minggir. Kalau nggak, aku akan langsung membunuhmu. Kamu mungkin nggak percaya kata-kataku, tapi aku sarankan kamu nggak mencobanya," kata Wira sambil tersenyum dan ekspresi yang dingin, jelas tidak sedang bercanda."Kalau kamu membunuhku, kamu juga nggak akan bisa keluar dari sini," kata Modrik sambil menggertakkan gigi, mencoba untuk melakukan perlawanan terakhir."Baiklah. Kalau begitu, kita mati bersama saja. Lagi pu
"Kamu pikir akan ada masalah besar?"Wira menepuk bahu Nafis dan berkata sambil tersenyum, "Sebelum melakukan sesuatu, sebaiknya dipikirkan dulu. Terkadang pakai otak lebih efektif daripada kekuatan."Kata-kata Wira ini sengaja untuk menyindir Nafis.Untuk mencegah para bandit itu menyesal dan kembali mencari masalah pada mereka, Wira dan yang lainnya juga tidak berlama-lama di sana lagi dan segera menuju kaki gunung. Untungnya, itu hanya kekhawatiran yang berlebihan karena tidak ada orang yang mengejar mereka di sepanjang perjalanan itu. Sepertinya, para bandit itu sedang merencanakan bagaimana membagi harta di Vila Zamrud, mungkin juga sedang ada pertarungan sengit di sana. Namun, itu bukan urusan mereka karena para bandit itu juga bukan orang yang baik, tentu saja tidak akan ada akhir bahagia.Dalam sekejap, Wira dan yang lainnya sudah berkumpul dan sekarang sedang menuju ke perbatasan. Pilihan paling bijaksana adalah segera meninggalkan wilayah Kerajaan Beluana ini.....Di Kota Li
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa