"Kalau begitu, kita lawan saja! Memangnya kita harus takut pada mereka?" Nafis mendengus. Dia sama sekali tidak takut pada Kerajaan Beluana. Nafis bahkan ingin kembali ke medan perang untuk memberikan kontribusi. Dia tidak ingin terus menahan amarahnya seperti ini."Sekarang belum waktunya," ujar Wira sambil tersenyum. Setelah menenangkan Nafis, dia menatap Doly dan bertanya, "Kenapa kamu tiba-tiba ingin memeriksa luka Harraz tadi?"Perselisihan tadi disebabkan oleh Doly. Jika Doly tidak bersikeras ingin memeriksa luka Harraz, mana mungkin terjadi masalah seperti itu?Setelah ragu-ragu sesaat, Doly akhirnya mengutarakan isi pikirannya. "Aku merasa ada yang janggal dengan Harraz. Perut bawahnya terluka, tapi jalannya terlihat stabil. Dia nggak seperti orang yang mengalami cedera.""Jadi, aku curiga itu cuma luka luar dan nggak separah yang kita bayangkan. Masalahnya terletak di sini. Harraz tidak menguasai ilmu bela diri, sementara yang menyerangku dan Nona Leli adalah ahli bela diri. K
"Jangan lewatkan petunjuk apa pun. Kita harus memberi Nona Leli sebuah penjelasan!" perintah Wira. Nafis mengangguk. Ini adalah hal yang dinantikannya sejak tadi.Hingga dini hari, dokter baru keluar. Untungnya, mereka mendapat kabar baik. Meskipun Leli belum siuman, kondisinya sudah stabil sekarang. Selain itu, tidak ada gejala sisa akibat insiden ini.Setelah mendapat kabar ini, Wira dan lainnya baru pulang. Akan tetapi, penjagaan di rumah sakit ini tetap sangat ketat, bahkan dipimpin oleh Nafis.Hanya dalam semalam, ada begitu banyak masalah yang terjadi. Mereka harus berwaspada supaya situasi tidak memburuk.Keesokan pagi, Wira masih tidur karena bergadang semalam. Dia akhirnya terbangun karena ketukan pintu yang tergesa-gesa di luar. Dia mengucek matanya sambil berseru, "Masuk saja!"Nafis masuk. Ketika melihat ada noda darah di zirah Nafis, Wira langsung turun dari ranjang. Dengan ekspresi serius, dia bertanya, "Ada yang ingin membunuh Nona Leli?"Tidak boleh ada masalah yang ter
"Sepertinya ini agak berlebihan, 'kan?" Wira terkejut melihat penjagaan yang diatur Nafis. Dia melirik Nafis sambil tersenyum, lalu meneruskan, "Kamu nggak takut mereka bertindak nekat?"Nafis terkekeh-kekeh dan membalas, "Bukankah itu sesuai dengan keinginanku? Aku ingin sekali bertarung dengan Harraz, tapi nggak punya kesempatan. Kalau dia berani menantangku, aku akan menemaninya bermain dengan senang hati.""Sayangnya, pasukannya nggak banyak lagi. Kalau bersikeras melawan, dia cuma bakal mati. Aku bahkan sudah mempersiapkan mental untuk bunuh diri setelah membunuhnya. Dengan demikian, kamu bisa memberi Kerajaan Beluana penjelasan."Wira hanya tersenyum. Dia merasa tersentuh dengan ucapan Nafis. Nafis benar-benar memikirkan dirinya, sampai-sampai siap untuk berkorban.Harraz memang penasihat Kerajaan Beluana, tetapi Nafis jauh lebih bernilai daripadanya. Selain itu, Wira adalah orang yang menghargai suatu hubungan. Dia sudah menganggap Nafis sebagai saudara sendiri. Kalaupun Nafis m
"Selain itu, kita masih harus memberi penjelasan kepada Nona Leli. Meskipun Nona Leli sudah siuman, dia membutuhkan waktu supaya bisa beraktivitas normal kembali. Kalau masalah ini nggak diselidiki dengan baik, aku yang akan malu kepada Nona Leli," jelas Wira.Begitu mendengarnya, Harraz membelalakkan matanya. Ekspresinya berubah sedikit. Hanya saja, dia sudah bertahun-tahun menjadi pejabat sehingga pintar dalam menutupi perasaan emosinya.Harraz segera berekspresi normal. Dia menjilat bibirnya yang kering, lalu bertanya, "Leli benar-benar sudah siuman? Dia sudah melewat masa kritisnya?""Benar," sahut Wira.Tangan Harraz yang bersembunyi di bawah meja seketika terkepal erat. Dia mengira bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk membunuh Leli. Meskipun Doly selamat, setidaknya Leli mati. Dengan demikian, Wira dan Kerajaan Nuala akan bermusuhan, lalu Kerajaan Beluana yang mendapatkan keuntungan.Harraz telah memperhitungkan semua ini, tetapi tidak menyangka Leli akan selamat. Kini, semua u
"Cari masalah saja! Semua orang juga tahu orang ini jelas terlibat dalam seluruh kejadian ini, masih tetap berpura-pura lagi. Kalau benar-benar terjadi sesuatu pada Nona Leli, aku akan mengulitinya hidup-hidup!" kata Nafis dengan dingin dan menggertakkan giginya dengan marah.Wira dan yang lainnya juga tidak tinggal lebih lama di sana lagi dan satu per satu meninggalkan restoran. Bagaimanapun juga, asalkan mereka bisa menahan Harraz di sini, sudah cukup untuk memberi mereka tambahan waktu untuk menyelidiki hal ini. Selanjutnya, mereka hanya perlu menemukan bukti bahwa Harraz berencana untuk mencelakai Doly dan Leli agar mereka bisa melemparkan tuduhan ini pada Kerajaan Beluana."Doly, aku benar-benar minta maaf. Sekarang sudah terjadi hal seperti ini, sepertinya kamu juga nggak bisa kembali ke negaramu untuk sementara ini. Kamu terpaksa harus bertahan di tempatku dulu," kata Wira sambil menatap Doly dan tersenyum setelah turun ke lantai bawah.Doly berkata dengan ekspresi ceria, "Ini a
Orang yang berdiri di belakang Harraz adalah pelayan yang dibawa Harraz. Pelayan itu tidak memiliki keterampilan bela diri dan hanya bertugas untuk membantu kebutuhan sehari-harinya. Pelayan itu bisa berada di sini juga karena mendapat izin khusus dari Wira. Bagaimanapun juga, saat ini penginapan sudah dijaga dengan sangat ketat, tidak ada yang bisa masuk dengan mudah tanpa izin dari Wira.Doly dan Leli juga sudah dipindahkan ke kediaman Wira dan tidak tinggal di penginapan itu lagi. Saat ini, hanya tersisa Harraz sendirian di dalam penginapan yang begitu besar. Kelihatan jelas, Wira sengaja mengurungnya di sana. Namun, semua orang juga tidak bodoh, mereka semua paham dengan situasinya tanpa harus dijelaskan."Tuan Harraz, orang-orang kita sudah diam-diam mengirim surat kepada Jenderal Bhurek. Sesuai perhitungan, harusnya Jenderal Bhurek sudah hampir tiba di sini. Meskipun Wira benar-benar sudah menemukan petunjuknya, dia nggak akan berani mempersulit kita lagi setelah Jenderal tiba. K
"Berani sekali kamu berkata seperti itu pada tuanku. Rasakan anak panahku!" Tepat pada saat itu, Nafis sedang berdiri di atas tembok kota.Meskipun tidak dipanggil sebagai raja, Wira adalah penguasa Provinsi Lowala juga. Dia memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar, setara dengan raja dari ketiga kerajaan lainnya. Oleh karena itu, saat Bhurek memimpin pasukan bergegas ke kota ini, dia sudah menerima kabar itu dan siap untuk bertarung kapan pun juga. Bukan hanya Nafis yang berjaga di atas tembok, dia juga sudah menggerakkan sebagian pasukan untuk datang mendukung Kota Limaran. Jika Bhurek benar-benar bersikeras untuk berperang, Bhurek tidak akan mendapat keuntungan apa pun dan hanya akan pulang dengan tangan kosong."Swish!" Saat mengatakan itu, Nafis sudah mengeluarkan busurnya dan menembakkan anak panah ke Bhurek.Untungnya, Bhurek sudah siap, sehingga berhasil menghindari tembakkan itu. Jika tidak, panah itu pasti akan membunuhnya. Meskipun begitu, dia tetap terkejut.Saat h
Entah sejak kapan, Nafis sudah menghilang dari tembok kota. Beberapa saat kemudian, Wira dan Nafis berjalan keluar dari dalam gerbang kota. Saat gerbang terbuka, puluhan ribu prajurit berlari keluar dan segera membentuk formasi. Wira berjalan di posisi paling depan, sedangkan Huben dan Nafis berada di belakangnya. Bahkan Doly juga berdiri tidak jauh dari sana, jelas ingin melihat keramaian karena ini adalah pemandangan yang jarang terlihat. Jika bukan karena seluruh kota dalam keadaan siaga, para warga kota pun ingin keluar melihat pemandangan itu."Jenderal Bhurek, sudah lama nggak bertemu. Sejak pertemuan terakhir, kita sudah cukup lama nggak bertemu lagi. Hari ini kamu tiba-tiba memimpin banyak pasukan ke wilayahku, sebenarnya ada urusan apa?" kata Wira sambil tersenyum tenang dan berjalan hingga jaraknya beberapa meter dari Bhurek.Para prajurit yang berada di belakang Bhurek juga segera membentuk formasi dan siap bertarung kapan pun. Namun, kedua belah pihak tetap tidak ada yang b
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa