"Cari masalah saja! Semua orang juga tahu orang ini jelas terlibat dalam seluruh kejadian ini, masih tetap berpura-pura lagi. Kalau benar-benar terjadi sesuatu pada Nona Leli, aku akan mengulitinya hidup-hidup!" kata Nafis dengan dingin dan menggertakkan giginya dengan marah.Wira dan yang lainnya juga tidak tinggal lebih lama di sana lagi dan satu per satu meninggalkan restoran. Bagaimanapun juga, asalkan mereka bisa menahan Harraz di sini, sudah cukup untuk memberi mereka tambahan waktu untuk menyelidiki hal ini. Selanjutnya, mereka hanya perlu menemukan bukti bahwa Harraz berencana untuk mencelakai Doly dan Leli agar mereka bisa melemparkan tuduhan ini pada Kerajaan Beluana."Doly, aku benar-benar minta maaf. Sekarang sudah terjadi hal seperti ini, sepertinya kamu juga nggak bisa kembali ke negaramu untuk sementara ini. Kamu terpaksa harus bertahan di tempatku dulu," kata Wira sambil menatap Doly dan tersenyum setelah turun ke lantai bawah.Doly berkata dengan ekspresi ceria, "Ini a
Orang yang berdiri di belakang Harraz adalah pelayan yang dibawa Harraz. Pelayan itu tidak memiliki keterampilan bela diri dan hanya bertugas untuk membantu kebutuhan sehari-harinya. Pelayan itu bisa berada di sini juga karena mendapat izin khusus dari Wira. Bagaimanapun juga, saat ini penginapan sudah dijaga dengan sangat ketat, tidak ada yang bisa masuk dengan mudah tanpa izin dari Wira.Doly dan Leli juga sudah dipindahkan ke kediaman Wira dan tidak tinggal di penginapan itu lagi. Saat ini, hanya tersisa Harraz sendirian di dalam penginapan yang begitu besar. Kelihatan jelas, Wira sengaja mengurungnya di sana. Namun, semua orang juga tidak bodoh, mereka semua paham dengan situasinya tanpa harus dijelaskan."Tuan Harraz, orang-orang kita sudah diam-diam mengirim surat kepada Jenderal Bhurek. Sesuai perhitungan, harusnya Jenderal Bhurek sudah hampir tiba di sini. Meskipun Wira benar-benar sudah menemukan petunjuknya, dia nggak akan berani mempersulit kita lagi setelah Jenderal tiba. K
"Berani sekali kamu berkata seperti itu pada tuanku. Rasakan anak panahku!" Tepat pada saat itu, Nafis sedang berdiri di atas tembok kota.Meskipun tidak dipanggil sebagai raja, Wira adalah penguasa Provinsi Lowala juga. Dia memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar, setara dengan raja dari ketiga kerajaan lainnya. Oleh karena itu, saat Bhurek memimpin pasukan bergegas ke kota ini, dia sudah menerima kabar itu dan siap untuk bertarung kapan pun juga. Bukan hanya Nafis yang berjaga di atas tembok, dia juga sudah menggerakkan sebagian pasukan untuk datang mendukung Kota Limaran. Jika Bhurek benar-benar bersikeras untuk berperang, Bhurek tidak akan mendapat keuntungan apa pun dan hanya akan pulang dengan tangan kosong."Swish!" Saat mengatakan itu, Nafis sudah mengeluarkan busurnya dan menembakkan anak panah ke Bhurek.Untungnya, Bhurek sudah siap, sehingga berhasil menghindari tembakkan itu. Jika tidak, panah itu pasti akan membunuhnya. Meskipun begitu, dia tetap terkejut.Saat h
Entah sejak kapan, Nafis sudah menghilang dari tembok kota. Beberapa saat kemudian, Wira dan Nafis berjalan keluar dari dalam gerbang kota. Saat gerbang terbuka, puluhan ribu prajurit berlari keluar dan segera membentuk formasi. Wira berjalan di posisi paling depan, sedangkan Huben dan Nafis berada di belakangnya. Bahkan Doly juga berdiri tidak jauh dari sana, jelas ingin melihat keramaian karena ini adalah pemandangan yang jarang terlihat. Jika bukan karena seluruh kota dalam keadaan siaga, para warga kota pun ingin keluar melihat pemandangan itu."Jenderal Bhurek, sudah lama nggak bertemu. Sejak pertemuan terakhir, kita sudah cukup lama nggak bertemu lagi. Hari ini kamu tiba-tiba memimpin banyak pasukan ke wilayahku, sebenarnya ada urusan apa?" kata Wira sambil tersenyum tenang dan berjalan hingga jaraknya beberapa meter dari Bhurek.Para prajurit yang berada di belakang Bhurek juga segera membentuk formasi dan siap bertarung kapan pun. Namun, kedua belah pihak tetap tidak ada yang b
"Wira, jangan bicara sembarangan. Jelas ini kesalahan kalian yang nggak menangani keamanan dengan baik, sekarang kalian malah menyalahkan Tuan Harraz. Apa kalian nggak tahu malu?" kata Bhurek dengan marah.Bhurek adalah orang yang dibesarkan dalam militer dan memiliki sifat yang mudah emosi, ditambah lagi dia memiliki dendam kesumat dengan Wira. Oleh karena itu, dia tentu saja tidak tahan dengan sikap Wira. Sekarang, dia tidak peduli dengan apa pun lagi, dia harus mementingkan kepentingan Kerajaan Beluana dalam situasi apa pun. Wira mengancamnya dan bahkan mengurung perdana menteri Kerajaan Beluana, ini membuktikan Wira sama sekali tidak menghormati Kerajaan Beluana. Meskipun nanti berita ini akan sampai ke telinga Ciputra, dia juga bisa membela dirinya."Heh." Wira tersenyum sinis, lalu bertepuk tangan."Aku nggak sengaja mempersulit Tuan Harraz. Kalau aku nggak punya beberapa informasi yang berhubungan dengannya, apa aku akan berkata seperti ini?"Setelah Wira selesai berbicara, terl
Jika tidak ada kejadian ini, Bhurek tidak akan datang untuk menyelesaikan masalah ini."Mana buktinya? Sekarang orangnya sudah mati, jadi kamu cari seorang pelayan untuk memfitnah Tuan Harraz. Apa kamu pikir ini bisa dipercaya?" Bhurek tetap membantah.Namun, Wira sudah memperkirakan semua ini. Dia tersenyum dan kembali berkata, "Aku tentu saja tahu kata-kataku ini nggak meyakinkan. Jadi, selama tiga hari ini, aku juga sudah menyuruh orang-orangku diam-diam menyelidiki identitas kedua orang ini. Sekarang buktinya sudah menunjukkan kedua orang ini memang berhubungan langsung dengan Harraz dan sesuai dengan semua perkataan pelayan ini. Menurut semua bukti ini, Harraz memang pelaku dari serangan ini. Apa lagi yang ingin kamu katakan?"Untungnya, kali ini ada bantuan dari Biantara dan beberapa informan yang ditempatkan di Kerajaan Beluana, sehingga Wira bisa mendapatkan informasi dengan cepat. Hanya dalam waktu tiga hari saja, dia sudah berhasil melacak jejak kedua orang ini. Meskipun Harr
"Ya ya ya .... Perkataan Tuan Wira masuk akal juga, aku akan segera pergi," kata Bhurek sambil menggertakkan gigi, lalu melambaikan tangan pada pasukan di belakangnya dan semuanya segera mundur dari Kota Limaran."Suatu hari nanti aku pasti akan membalas berkali-kali lipat penghinaanmu hari ini. Wira, kamu tunggu saja!"Setelah kembali ke kota, Nafis meludah di tanah dengan ekspresi yang sangat dingin. "Dia pikir dirinya sangat hebat ya? Berani-beraninya dia menantang kita, cari mati. Kalau Tuan nggak menahanku, aku sudah menghajar si berengsek itu. Aku nggak mungkin akan membiarkannya sombong sampai sekarang," maki Nafis, terlihat jelas dia masih sangat membenci Bhurek dan tentu saja ingin bertarung dengannya.Setelah saling memandang sejenak, Wira dan Huben tersenyum dan menggelengkan kepala. Meskipun Nafis masih muda, dia sudah bukan anak kecil lagi. Sikapnya ini tidak cocok untuk menjadi seorang jenderal utama, terlalu emosional. Namun, orang seperti ini sangat cocok untuk dijadika
Yang lebih ingin Huben tahu adalah apakah Wira memiliki pemikiran yang sama dengannya. Ternyata memang benar, Wira setuju dengan pendapatnya.Setelah mendengar perkataan Huben, Wira langsung tersenyum dan berkata sambil menunjuk Huben, "Ini benar-benar rencana yang licik. Baiklah, kita lakukan saja sesuai pendapat Tuan Huben saja. Aku akan segera menghubungi orang dari Kerajaan Nuala dan Kerajaan Agrel, lalu membebaskan Harraz untuk pulang dengan selamat. Suatu hari nanti kita pasti akan mendapatkan hasil yang kita inginkan."Nafis menjadi makin bingung. Bagaimana mungkin Wira bisa sependapat dengan Huben dan melakukan kesalahan seperti ini? Jika mereka membebaskan orang itu pergi begitu saja, kelak mereka pasti akan menyesal.Yang tidak diketahui Nafis adalah Wira dan Huben bukan hanya memiliki pemikiran yang sama, keduanya juga memiliki rencana mereka masing-masing. Kerajaan Beluana berbeda dengan kerajaan lainnya. Untuk bisa mengendalikan Kerajaan Beluana dengan mudah dan juga mence
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah