"Berani sekali kamu berkata seperti itu pada tuanku. Rasakan anak panahku!" Tepat pada saat itu, Nafis sedang berdiri di atas tembok kota.Meskipun tidak dipanggil sebagai raja, Wira adalah penguasa Provinsi Lowala juga. Dia memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar, setara dengan raja dari ketiga kerajaan lainnya. Oleh karena itu, saat Bhurek memimpin pasukan bergegas ke kota ini, dia sudah menerima kabar itu dan siap untuk bertarung kapan pun juga. Bukan hanya Nafis yang berjaga di atas tembok, dia juga sudah menggerakkan sebagian pasukan untuk datang mendukung Kota Limaran. Jika Bhurek benar-benar bersikeras untuk berperang, Bhurek tidak akan mendapat keuntungan apa pun dan hanya akan pulang dengan tangan kosong."Swish!" Saat mengatakan itu, Nafis sudah mengeluarkan busurnya dan menembakkan anak panah ke Bhurek.Untungnya, Bhurek sudah siap, sehingga berhasil menghindari tembakkan itu. Jika tidak, panah itu pasti akan membunuhnya. Meskipun begitu, dia tetap terkejut.Saat h
Entah sejak kapan, Nafis sudah menghilang dari tembok kota. Beberapa saat kemudian, Wira dan Nafis berjalan keluar dari dalam gerbang kota. Saat gerbang terbuka, puluhan ribu prajurit berlari keluar dan segera membentuk formasi. Wira berjalan di posisi paling depan, sedangkan Huben dan Nafis berada di belakangnya. Bahkan Doly juga berdiri tidak jauh dari sana, jelas ingin melihat keramaian karena ini adalah pemandangan yang jarang terlihat. Jika bukan karena seluruh kota dalam keadaan siaga, para warga kota pun ingin keluar melihat pemandangan itu."Jenderal Bhurek, sudah lama nggak bertemu. Sejak pertemuan terakhir, kita sudah cukup lama nggak bertemu lagi. Hari ini kamu tiba-tiba memimpin banyak pasukan ke wilayahku, sebenarnya ada urusan apa?" kata Wira sambil tersenyum tenang dan berjalan hingga jaraknya beberapa meter dari Bhurek.Para prajurit yang berada di belakang Bhurek juga segera membentuk formasi dan siap bertarung kapan pun. Namun, kedua belah pihak tetap tidak ada yang b
"Wira, jangan bicara sembarangan. Jelas ini kesalahan kalian yang nggak menangani keamanan dengan baik, sekarang kalian malah menyalahkan Tuan Harraz. Apa kalian nggak tahu malu?" kata Bhurek dengan marah.Bhurek adalah orang yang dibesarkan dalam militer dan memiliki sifat yang mudah emosi, ditambah lagi dia memiliki dendam kesumat dengan Wira. Oleh karena itu, dia tentu saja tidak tahan dengan sikap Wira. Sekarang, dia tidak peduli dengan apa pun lagi, dia harus mementingkan kepentingan Kerajaan Beluana dalam situasi apa pun. Wira mengancamnya dan bahkan mengurung perdana menteri Kerajaan Beluana, ini membuktikan Wira sama sekali tidak menghormati Kerajaan Beluana. Meskipun nanti berita ini akan sampai ke telinga Ciputra, dia juga bisa membela dirinya."Heh." Wira tersenyum sinis, lalu bertepuk tangan."Aku nggak sengaja mempersulit Tuan Harraz. Kalau aku nggak punya beberapa informasi yang berhubungan dengannya, apa aku akan berkata seperti ini?"Setelah Wira selesai berbicara, terl
Jika tidak ada kejadian ini, Bhurek tidak akan datang untuk menyelesaikan masalah ini."Mana buktinya? Sekarang orangnya sudah mati, jadi kamu cari seorang pelayan untuk memfitnah Tuan Harraz. Apa kamu pikir ini bisa dipercaya?" Bhurek tetap membantah.Namun, Wira sudah memperkirakan semua ini. Dia tersenyum dan kembali berkata, "Aku tentu saja tahu kata-kataku ini nggak meyakinkan. Jadi, selama tiga hari ini, aku juga sudah menyuruh orang-orangku diam-diam menyelidiki identitas kedua orang ini. Sekarang buktinya sudah menunjukkan kedua orang ini memang berhubungan langsung dengan Harraz dan sesuai dengan semua perkataan pelayan ini. Menurut semua bukti ini, Harraz memang pelaku dari serangan ini. Apa lagi yang ingin kamu katakan?"Untungnya, kali ini ada bantuan dari Biantara dan beberapa informan yang ditempatkan di Kerajaan Beluana, sehingga Wira bisa mendapatkan informasi dengan cepat. Hanya dalam waktu tiga hari saja, dia sudah berhasil melacak jejak kedua orang ini. Meskipun Harr
"Ya ya ya .... Perkataan Tuan Wira masuk akal juga, aku akan segera pergi," kata Bhurek sambil menggertakkan gigi, lalu melambaikan tangan pada pasukan di belakangnya dan semuanya segera mundur dari Kota Limaran."Suatu hari nanti aku pasti akan membalas berkali-kali lipat penghinaanmu hari ini. Wira, kamu tunggu saja!"Setelah kembali ke kota, Nafis meludah di tanah dengan ekspresi yang sangat dingin. "Dia pikir dirinya sangat hebat ya? Berani-beraninya dia menantang kita, cari mati. Kalau Tuan nggak menahanku, aku sudah menghajar si berengsek itu. Aku nggak mungkin akan membiarkannya sombong sampai sekarang," maki Nafis, terlihat jelas dia masih sangat membenci Bhurek dan tentu saja ingin bertarung dengannya.Setelah saling memandang sejenak, Wira dan Huben tersenyum dan menggelengkan kepala. Meskipun Nafis masih muda, dia sudah bukan anak kecil lagi. Sikapnya ini tidak cocok untuk menjadi seorang jenderal utama, terlalu emosional. Namun, orang seperti ini sangat cocok untuk dijadika
Yang lebih ingin Huben tahu adalah apakah Wira memiliki pemikiran yang sama dengannya. Ternyata memang benar, Wira setuju dengan pendapatnya.Setelah mendengar perkataan Huben, Wira langsung tersenyum dan berkata sambil menunjuk Huben, "Ini benar-benar rencana yang licik. Baiklah, kita lakukan saja sesuai pendapat Tuan Huben saja. Aku akan segera menghubungi orang dari Kerajaan Nuala dan Kerajaan Agrel, lalu membebaskan Harraz untuk pulang dengan selamat. Suatu hari nanti kita pasti akan mendapatkan hasil yang kita inginkan."Nafis menjadi makin bingung. Bagaimana mungkin Wira bisa sependapat dengan Huben dan melakukan kesalahan seperti ini? Jika mereka membebaskan orang itu pergi begitu saja, kelak mereka pasti akan menyesal.Yang tidak diketahui Nafis adalah Wira dan Huben bukan hanya memiliki pemikiran yang sama, keduanya juga memiliki rencana mereka masing-masing. Kerajaan Beluana berbeda dengan kerajaan lainnya. Untuk bisa mengendalikan Kerajaan Beluana dengan mudah dan juga mence
"Katakan saja! Masalahnya sudah sampai tahap ini, ada apa lagi yang nggak bisa diutarakan? Asalkan bisa membantuku mengatasi masalah mendesak ini, kita harus coba apa pun caranya." Sekarang, Ciputra merasa sangat panik. Jika masalah ini tidak ditangani dengan baik, Kerajaan Beluana dan dia mungkin akan binasa. Semua upayanya selama bertahun-tahun pun akan sia-sia.Alzam tidak berani menunda dan segera berkata, "Sebenarnya solusinya cukup sederhana. Semua masalah adalah ulah Harraz, jadi kita langsung mengorbankannya saja. Biar dia yang menanggung semua kesalahan ini, lebih baik lagi kalau dia menebus kesalahannya dengan mati. Setelah dia mati, nggak ada bukti untuk masalah ini lagi dan bisa memperbaiki kembali hubungan kita dengan Wira. Meskipun kita masih saling bersaing di balik layar, setidaknya nggak secara terbuka dan nggak akan memicu kemarahan dari kedua kerajaan lainnya. Raja, bagaimana menurutmu dengan rencanaku ini?"Alzam bukan hanya memikirkan Kerajaan Beluana, dia juga mem
Di luar Kota Limaran. Bhurek dan yang lainnya sudah kembali ke perbatasan mereka sendiri dan sekarang sedang menunggu surat perintah dari Ciputra. Mereka juga tidak tahu apa yang harus dilakukan lagi.Saat fajar menyingsing, dua pengawal yang berjaga di depan tenda utama segera masuk."Tuan Alzam sudah tiba!" kata salah satu pengawal itu dengan segera."Cepat persilakan dia masuk!" Bhurek segera bangkit dengan tatapan yang gembira. Saat ini, dia sudah tidak memiliki rencana apa pun, sehingga kedatangan Alzam ini sangat tepat pada waktunya."Jenderal Bhurek nggak perlu begitu sungkan. Aku bergegas ke sini dalam semalam dan mengganggu tidurmu, harap Jenderal Bhurek bisa memakluminya," kata Alzam sambil tersenyum setelah masuk. Namun, wajahnya yang terlihat segar sama sekali tidak seperti orang yang melakukan perjalanan semalaman. Hanya beberapa orang yang tahu dia tidur nyenyak semalaman di dalam kereta, sehingga suasana hatinya sangat baik.Seperti perkiraan Alzam, semalam dia sudah men
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa