Ini justru bisa menjadi bumerang. Ke depannya, kalau semua orang berbondong-bondong datang ke Dusun Darmadi, Wira akan sulit menjelaskannya kepada warga dusun. Tentu saja, dia juga tidak ingin Dusun Darmadi berubah.Wira berujar, "Baguslah kalau kamu tahu. Dengan begitu banyak barang, rumah yang kuberikan mungkin nggak akan muat. Lebih baik kamu pertimbangkan baik-baik."Wira lagi-lagi menepuk bahu Ramath, lalu berjalan menuju restoran di kejauhan. Setelah berpisah dengan Wira, barulah konvoi Keluarga Birawa melanjutkan perjalanan menuju Dusun Darmadi.Di Penginapan Sindu.Orang yang disebutkan oleh Osmaro tinggal di penginapan ini. Wira memang belum pernah datang, tetapi dia telah lama mendengar tentang anggur dan tamu-tamu di Penginapan Sindu. Mereka datang dari segala penjuru dan sering membawa pulang beberapa anggur untuk dinikmati di rumah masing-masing.Meskipun Wira adalah penguasa Provinsi Lowala, tempat ini terlalu besar baginya sehingga masih ada banyak hal yang belum diketah
Hal ini justru sesuai dengan keinginan Wira. Matanya tampak berkedip sejenak, lalu dia berucap kepada pelayan sambil tersenyum, "Tolong ambilkan dua kendi anggur bagus untukku dan beri tahu nomor kamarnya. Aku akan naik untuk mencarinya sendiri."Pelayan itu terlihat ragu-ragu. Dia menjilat bibirnya, lalu segera berkata, "Tuan, dia pernah bilang nggak ingin diganggu. Kami sama sekali nggak diizinkan untuk memberikan nomor kamarnya kepada siapa pun ....""Kalau nggak, dia mungkin nggak akan pernah datang lagi ke sini. Itu bisa merusak reputasi kami. Bos kami juga tahu bahwa dia orang yang cukup berpengaruh, jadi aku sepertinya nggak bisa memenuhi permintaanmu ...," lanjut si pelayan.Huben baru saja datang dan tinggal di sini selama 3 hari, tetapi sudah ada banyak orang yang mendatanginya. Ini cukup untuk membuktikan bahwa dia memiliki kemampuan luar biasa. Pelayan tentu tidak berani mengusik orang seperti itu.Wira pun mengeluarkan sekeping emas dari dalam pakaiannya dan meletakkannya
Huben duduk di depan meja, lalu menuangkan dua gelas arak dan meneguk habis salah satunya. "Kamu nggak perlu merendahkan dirimu di depanku. Aku sudah mendengar semua tentangmu. Kamu memang sangat berbakat, punya ambisi yang besar, dan mampu memenangkan hati para rakyat. Aku juga tertarik padamu, jadi aku datang ke sini. Sebenarnya aku hanya ingin bertemu denganmu, tapi masih nggak punya kesempatan itu. Setelah sekarang bertemu denganmu, kamu memang seperti yang kubayangkan, benar-benar orang berbakat yang langka!"Wira segera mengambil gelas anggur yang satunya lagi dan meneguknya hingga habis juga. Pria itu sudah begitu sungkan padanya dan memberinya penilaian yang tinggi, dia tidak boleh begitu tidak tahu diri. Dia selalu mengingat perkataan Osmaro bahwa Huben memiliki bakat untuk menstabilkan negara dan pengetahuan tentang strategi militer yang luar biasa. Jika bisa membawa orang seperti ini ke sisi mereka, akan sangat menguntungkan mereka baik dalam masa damai ataupun saat peperang
"Apa kamu tahu ada berapa banyak kabupaten dan jumlah populasi penduduk di sekitar Provinsi Lowala?"Perkataan Huben membuat Wira tertegun sejenak. Dia memang tidak jelas dengan apa yang ditanya Huben karena dia menyerahkan semua hal seperti itu pada Osmaro dan Fransco.Huben melanjutkan, "Jadi, bagaimana kamu bisa menjadi seorang penguasa yang kompeten? Hal pertama yang aku inginkan darimu adalah memahami keadaan rakyatmu. Kamu lihat daerah ini."Saat mengatakan itu, Huben menunjuk ke salah satu tempat di peta."Kota Limaran. Kota ini dinamai demikian karena kota ini dikelilingi lima sungai dan dulu merupakan kota penting di Provinsi Lowala. Tapi, aku menyadari kamu nggak peduli tempat ini dan sekarang perkembangan tempat ini makin tertinggal. Aku sudah menyelidiki hal tentangmu. Aku tahu kamu sangat cerdas dan juga tahu banyak hal yang nggak diketahui orang lain.""Kamu bahkan mengungkit teori bahwa ada kerajaan lain selain sembilan provinsi ini. Sejujurnya, dulu aku sudah punya kecu
"Jangan khawatir. Saat kamu sudah berhasil, kamu nggak perlu mencariku pun aku akan muncul di depanmu. Kemudian, aku akan memberitahumu syarat kedua," kata Huben sambil tersenyum dengan percaya diri.Wira menganggukkan kepala. Tampaknya pria ini adalah seseorang yang misterius. Jika begitu, dia harus mencari cara untuk merekrut Huben ke pihaknya untuk bekerja untuknya. Jika Huben menjadi musuhnya, kelak pasti akan menjadi masalah yang sangat mengerikan.Dalam sekejap, Wira dan Huben sudah berpisah.Setelah kembali ke rumah, Wira segera mengumpulkan Wulan dan yang lainnya untuk membahas tentang Kota Limaran."Sayang, kamu bersiap-siap menuju Kota Limaran ya? Sekarang kamu sudah menjadi penguasa Provinsi Lowala, ditambah lagi kamu sudah punya begitu banyak bawahan yang luar biasa. Lebih baik serahkan masalah ini pada mereka. Baik Tuan Osmaro atau Tuan Fransco, keduanya adalah ahli!" kata Wulan langsung setelah mengetahui pemikiran Wira.Wulan tentu saja tidak ingin berpisah dengan Wira j
"Kalau nggak ada yang bersedia, aku akan memilih secara acak ya?" kata Wira sambil tersenyum. Perkataannya itu membuat para istri merasa cemas.Tepat pada saat itu, Wulan menjadi yang pertama berdiri dan berkata sambil tersenyum, "Sayang, mereka semua memanggilku Kakak dan hubungan kita biasanya juga sudah seperti saudari, jadi aku sebagai Kakak mereka tentu saja harus mengalah. Kalau harus ada yang tinggal di sini, akulah pilihannya."Wulan memang memiliki sikap kepemimpinan yang hebat, sehingga bersedia inisiatif maju di saat seperti ini.Setelah saling memandang sebentar, Dewina dan yang lainnya merasa terharu dan juga bersalah. Selama ini, setiap kali Wira pergi, Wulan selalu ditinggal. Ini memang terasa tidak adil bagi Wulan. Meskipun Wulan adalah kakak mereka, bukan berarti Wulan harus selalu mengalah. Mereka juga harus melakukan sesuatu untuk Wulan. Jika tidak, sama saja mereka menindas Wulan."Kamu benar-benar siap tinggal di sini?" kata Wira sambil menatap Wulan dengan terseny
Biantara yang terlebih dahulu berbicara. Semua informasi berada di bawah kendalinya dan dia juga sudah mengatur semuanya dengan baik.Wira tersenyum dengan puas. "Ada kamu bersamaku, aku jadi seperti punya sepasang mata tambahan. Aku nggak perlu melihat apa pun, tapi bisa mengetahui semuanya."Tak lama kemudian, mereka tiba di depan gerbang kota. Tak jauh dari sana, semua orang sudah menunggu di depan gerbang kota dan semua mata tertuju pada Wira dan yang lainnya.Biantara menunjuk pada orang yang berdiri di barisan paling depan dan memperkenalkan pada Wira, "Dia adalah Yusup, gubernur Kota Limaran. Orangnya rendah hati, tapi nggak punya prestasi yang besar. Aku sudah menyelidikinya. Orang ini nggak menekan warga dengan kekuasaannya, termasuk seorang penjabat yang bersih."Wira menganggukkan kepala dan sudah memiliki rencana di pikirannya. Jika Yusup ini nggak punya prestasi yang besar, orang ini harus diganti. Dia juga menyadari Kota Limaran ini sangat penting. Sebelumnya dia tidak me
"Tuan berencana untuk tinggal di sini selama beberapa hari ya?" tanya Yusup secara refleks saat pesta dimulai. Sebenarnya, dia lebih ingin tahu apa tujuan Wira datang ke sini.Wira mengangkat gelas araknya, lalu perlahan-lahan berkata, "Aku setidaknya akan tinggal di sini selama tiga bulan."Mata Yusup membelalak saat mendengar Wira akan tinggal selama tiga bulan, bahkan tidak percaya dengan apa yang sudah didengarnya. Wira malah berencana untuk tinggal di sini begitu lama?"Boleh tahu kenapa Tuan ingin tinggal di sini begitu lama? Apa ada hal penting yang ingin ditangani?" tanya Yusup lagi.Namun kali ini, Wira belum sempat berbicara, Biantara sudah tersenyum dingin dan berkata dengan tenang, "Apa maksudmu? Apa kamu sudah melakukan kesalahan, jadi nggak berani membiarkan Tuan tinggal di sini begitu lama dan mengusir kami?"Dalam sekejap, Yusup merasa seluruh tubuhnya merinding. Dia tentu saja mengenali pria yang berbicara itu adalah Biantara, tangan kanan Wira yang memiliki kedudukan
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m