Namun, rumah di sketsa yang digambar Wira memiliki tiga tingkat. Sebenarnya, jika bukan karena situasinya tidak memungkinkan, Wira ingin membangun gedung pencakar langit. Sayangnya, tidak mungkin membangun gedung tinggi pada zaman sekarang. Bangunan modern membutuhkan baja dan semen. Semen masih mudah untuk ditemukan, tetapi membuat baja bukan hal yang bisa dilakukan sekarang. Meskipun dia sudah menemukan mesin pelebur baja, dia tidak memiliki mesin untuk memproduksi berbagai komponen baja seperti pelat baja. Oleh karena itu, dia hanya bisa menggunakan papan kayu dan batu, lalu membangun rumah dengan tiga tingkat."Kak Wira, idemu memang bagus, tapi aku harus berkata jujur, bukankah orang yang tinggal di lantai kedua dan atasnya akan merasa khawatir setiap harinya? Kalau punya barang-barang yang berat di rumah, rumah ini akan runtuh, 'kan?" kata Doddy.Semua orang juga memikirkan hal yang sama. Bahkan Osmaro juga menyipitkan matanya dan menatap sketsa yang digambar Wira dengan serius.
Kedua wanita itu saling memandang dengan ekspresi bingung, tetapi mereka tetap mengikuti Wira. Tak lama kemudian, ketiganya tiba di kamar Keana.Keana selalu tinggal di dalam desa dan tidak pernah melihat dunia luar, sekarang dia tinggal di Dusun Darmadi. Meskipun di sini adalah sebuah desa juga, interior ruangannya lebih mewah dibandingkan istana kerajaan. Hanya kamarnya saja, luasnya sudah seratus kali lipat daripada rumahnya di desa sebelumnya. Ukuran rumahnya juga jauh lebih besar."Gadis ini ...." Begitu pintu dibuka, pandangan Wulan langsung tertuju pada Keana."Namanya Keana. Dia adalah ...."Perkataan Wira masih belum selesai, Dewina sudah berjalan ke depannya sambil berkacak pinggang dan berkata, "Hebat ya! Ternyata kamu masih punya wanita di desa lain! Yang paling menyebalkan lagi adalah, dia bahkan bisa melahirkan seorang gadis seimut ini untukmu!"Wira dan Keana tertegun sejenak, lalu wajah Keana memerah. Jika dia benar-benar bisa menjadi putri Wira, tentu hal itu adalah ke
Jika bukan karena ini masih siang hari, Wira benar-benar ingin menikmati kecantikan Julian."Memang nggak ada yang bisa disembunyikan dari Sayang ...." Julian menggelengkan kepala dan menghela napas."Ada beberapa orang di sekitarmu yang tiba-tiba menemuiku. Mereka berharap aku bisa membujukmu untuk menjadi raja dan menjadikan Provinsi Lowala sebagai pusat pemerintahan. Tapi, aku nggak tahu apa pendapatmu?"Menjadi raja? Wira tiba-tiba tertegun sejenak, ekspresinya perlahan-lahan membeku, dan tatapannya terlihat gelisah. Julian tidak memahami pikiran Wira, tetapi dia merasa Wira agak marah dan tidak berani melanjutkan ucapannya."Siapa yang menemuimu?" tanya Wira dengan tenang."Aku!" Pada saat itu, terdengar suara serak dari belakang mereka.Wira menoleh dan melihat seorang pria berusia 40-an yang berpakaian lusuh dan tangannya memegang sebotol arak. Saat berjalan, pria itu terhuyung-huyung seperti seorang pemabuk. Namun, orang ini kelihatannya tidak sederhana.Pria itu bernama Fransc
"Ini adalah keputusan yang besar. Aku harus memikirkannya dulu untuk membuat keputusan akhir." Wira tidak langsung memberikan jawaban. Dia tidak memedulikan masalah gelar. Meskipun ingin menyatukan sembilan provinsi, Wira ingin melakukannya agar dunia ini damai dan rakyat tidak menderita lagi. Dia tidak melakukan semua ini demi ambisi pribadi untuk menguasai seluruh dunia."Aku harap Jenderal bisa memikirkannya dengan baik," kata Fransco lagi, lalu meneguk araknya lagi dan berjalan menjauh dengan terhuyung-huyung."Tuan Fransco, arak adalah racun bagi tubuh. Sebaiknya kurangi minum arak, aku nggak ingin kehilangan seorang genius sepertimu!" teriak Wira pada Fransco.Fransco hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh. Dalam sekejap, dia sudah menghilang dari pandangan Wira.....Tiga hari kemudian. Proyek yang dipantau Osmaro dan yang lainnya sudah dimulai. Bahan sudah disiapkan dan sketsa gambarnya juga sudah diperbaiki, tetapi muncul masalah."Jenderal, menurutmu apa yang harus kita la
Tanah terbengkalai itu memang mudah untuk dikembangkan, tetapi Wira ingin mengubahnya menjadi lahan pertanian. Dengan begitu, produksi pangan mereka baru bisa cukup. Inti untuk kelangsungan hidup adalah makanan. Asalkan penduduk Provinsi Lowala sejahtera, wilayah ini akan menjadi tempat yang paling diinginkan seluruh penduduk di sembilan wilayah ini."Begitu saja, kita bangun rumah di tanah terbengkalai itu dan mendorong orang-orang untuk membuka bisnis di sana agar tempat itu juga ramai. Sementara itu, para pengungsi yang baru datang ke Provinsi Lowala tinggal di rumah penduduk untuk sementara waktu. Setelah rumah selesai dibangun, mereka boleh pindah ke sana.""Kemudian, rumah yang tersisa bisa dijual, sebisa mungkin buat pinggiran kota itu menjadi ramai juga. Dengan begitu, akan ada banyak orang pindah ke pinggiran kota, sehingga perumahan di pusat kota bisa direnovasi dengan lancar. Setelah orang-orang melihat keuntungan dari perumahan yang kita renovasi, aku yakin mereka akan sena
Beberapa hari berikutnya, Osmaro sudah menerapkan kebijakan terkait yang akhirnya berhasil menenangkan hati rakyat.Sementara itu, Wira juga tidak tinggal diam. Dia sedang meneliti tentang sebuah barang yang aneh di halaman belakang rumahnya. Setidaknya, itu menurut pandangan beberapa wanita itu. Wulan dan yang lainnya berdiri di sekelilingnya dan memperhatikan benda hitam di tangannya."Benda ini memang terlihat seperti telur ayam, tapi aku nggak pernah melihat telur yang hitam seperti ini. Lagi pula, ini bau sekali, apa benda ini bisa dimakan?" tanya Wulan sambil menatap Wira dengan curiga.Para wanita di sampingnya juga ikut berkomentar. "Apa Wira berencana untuk meracuni kita? Kita nggak melakukan kesalahan apa pun, jadi dia nggak perlu melakukan hal ini. Lagi pula, aku nggak akan memakannya ...."Wira tetap tersenyum, tetapi dia tidak memedulikan beberapa wanita itu dan juga tidak menjelaskan apa pun kepada mereka. Dia mengambil telur hitam itu ke samping dan segera sibuk di dapur
"Meskipun penampilannya nggak menarik, rasanya enak. Aku berencana untuk mempromosikannya secara luas agar semua orang bisa menikmati kelezatan ini."Wira berpikir jika ingin membuat para rakyat di Provinsi Lowala hidup makmur, bukan hanya membuat kehidupan mereka lebih baik. Dia juga harus memuaskan kebutuhan mental mereka, makanan dan minuman adalah kebutuhan hidup mereka. Bagaimanapun juga, di zaman ini tidak ada hiburan seperti pada zamannya. Biasanya, para rakyat hanya bisa menulis puisi, minum arak, dan bersenang-senang untuk menghibur diri."Telur bitan ini pasti akan laris. Aku akan segera mempromosikan telur bitan ini kepada semua orang. Si Dewina itu pasti akan menyesal karena nggak mencicipi makanan yang lezat ini," kata Wulan sambil tersenyum.Wira mengambil selembar kertas dan pena. Setelah menulis resepnya, dia menyerahkannya kepada Wulan. "Tolong kamu berikan resep ini kepada para pemilik restoran besar.""Baik," jawab Wulan sambil menganggukkan kepala, lalu pergi menin
"Kita hanya perlu membangun sebuah rak yang tinggi dan memasang katrol di atasnya, lalu melemparkan talinya ke bawah. Dengan cara ini, kita bisa mengangkut batu dengan tenaga paling sedikit. Selama prosesnya, kita hanya perlu mengoperasikannya," kata Wira sambil tersenyum. Inilah kegunaan otak. Dengan alat ini, dia bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi Osmaro."Apa benda ini benar-benar sehebat itu?" tanya Osmaro dengan agak ragu.Wira berkata sambil tersenyum, "Tentu saja. Nanti saat kamu mengoperasikan katrol ini, kamu akan tahu manfaatnya. Kamu pasti akan terkejut nanti."Osmaro menganggukkan kepala, lalu pergi sambil membawa gambar itu dengan gembira.....Beberapa hari kemudian, telur bitan menjadi sangat populer dan segera tersebar ke seluruh kota.Osmaro juga berhasil membuat katrol dan semua orang menggunakannya untuk mengangkut batu. Masih ada beberapa masalah, tetapi penggunaan tenaga kerja manusia sudah berkurang dan juga menghemat banyak tenaga. Rencana membangun rumah j
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai