Jika bukan karena ini masih siang hari, Wira benar-benar ingin menikmati kecantikan Julian."Memang nggak ada yang bisa disembunyikan dari Sayang ...." Julian menggelengkan kepala dan menghela napas."Ada beberapa orang di sekitarmu yang tiba-tiba menemuiku. Mereka berharap aku bisa membujukmu untuk menjadi raja dan menjadikan Provinsi Lowala sebagai pusat pemerintahan. Tapi, aku nggak tahu apa pendapatmu?"Menjadi raja? Wira tiba-tiba tertegun sejenak, ekspresinya perlahan-lahan membeku, dan tatapannya terlihat gelisah. Julian tidak memahami pikiran Wira, tetapi dia merasa Wira agak marah dan tidak berani melanjutkan ucapannya."Siapa yang menemuimu?" tanya Wira dengan tenang."Aku!" Pada saat itu, terdengar suara serak dari belakang mereka.Wira menoleh dan melihat seorang pria berusia 40-an yang berpakaian lusuh dan tangannya memegang sebotol arak. Saat berjalan, pria itu terhuyung-huyung seperti seorang pemabuk. Namun, orang ini kelihatannya tidak sederhana.Pria itu bernama Fransc
"Ini adalah keputusan yang besar. Aku harus memikirkannya dulu untuk membuat keputusan akhir." Wira tidak langsung memberikan jawaban. Dia tidak memedulikan masalah gelar. Meskipun ingin menyatukan sembilan provinsi, Wira ingin melakukannya agar dunia ini damai dan rakyat tidak menderita lagi. Dia tidak melakukan semua ini demi ambisi pribadi untuk menguasai seluruh dunia."Aku harap Jenderal bisa memikirkannya dengan baik," kata Fransco lagi, lalu meneguk araknya lagi dan berjalan menjauh dengan terhuyung-huyung."Tuan Fransco, arak adalah racun bagi tubuh. Sebaiknya kurangi minum arak, aku nggak ingin kehilangan seorang genius sepertimu!" teriak Wira pada Fransco.Fransco hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh. Dalam sekejap, dia sudah menghilang dari pandangan Wira.....Tiga hari kemudian. Proyek yang dipantau Osmaro dan yang lainnya sudah dimulai. Bahan sudah disiapkan dan sketsa gambarnya juga sudah diperbaiki, tetapi muncul masalah."Jenderal, menurutmu apa yang harus kita la
Tanah terbengkalai itu memang mudah untuk dikembangkan, tetapi Wira ingin mengubahnya menjadi lahan pertanian. Dengan begitu, produksi pangan mereka baru bisa cukup. Inti untuk kelangsungan hidup adalah makanan. Asalkan penduduk Provinsi Lowala sejahtera, wilayah ini akan menjadi tempat yang paling diinginkan seluruh penduduk di sembilan wilayah ini."Begitu saja, kita bangun rumah di tanah terbengkalai itu dan mendorong orang-orang untuk membuka bisnis di sana agar tempat itu juga ramai. Sementara itu, para pengungsi yang baru datang ke Provinsi Lowala tinggal di rumah penduduk untuk sementara waktu. Setelah rumah selesai dibangun, mereka boleh pindah ke sana.""Kemudian, rumah yang tersisa bisa dijual, sebisa mungkin buat pinggiran kota itu menjadi ramai juga. Dengan begitu, akan ada banyak orang pindah ke pinggiran kota, sehingga perumahan di pusat kota bisa direnovasi dengan lancar. Setelah orang-orang melihat keuntungan dari perumahan yang kita renovasi, aku yakin mereka akan sena
Beberapa hari berikutnya, Osmaro sudah menerapkan kebijakan terkait yang akhirnya berhasil menenangkan hati rakyat.Sementara itu, Wira juga tidak tinggal diam. Dia sedang meneliti tentang sebuah barang yang aneh di halaman belakang rumahnya. Setidaknya, itu menurut pandangan beberapa wanita itu. Wulan dan yang lainnya berdiri di sekelilingnya dan memperhatikan benda hitam di tangannya."Benda ini memang terlihat seperti telur ayam, tapi aku nggak pernah melihat telur yang hitam seperti ini. Lagi pula, ini bau sekali, apa benda ini bisa dimakan?" tanya Wulan sambil menatap Wira dengan curiga.Para wanita di sampingnya juga ikut berkomentar. "Apa Wira berencana untuk meracuni kita? Kita nggak melakukan kesalahan apa pun, jadi dia nggak perlu melakukan hal ini. Lagi pula, aku nggak akan memakannya ...."Wira tetap tersenyum, tetapi dia tidak memedulikan beberapa wanita itu dan juga tidak menjelaskan apa pun kepada mereka. Dia mengambil telur hitam itu ke samping dan segera sibuk di dapur
"Meskipun penampilannya nggak menarik, rasanya enak. Aku berencana untuk mempromosikannya secara luas agar semua orang bisa menikmati kelezatan ini."Wira berpikir jika ingin membuat para rakyat di Provinsi Lowala hidup makmur, bukan hanya membuat kehidupan mereka lebih baik. Dia juga harus memuaskan kebutuhan mental mereka, makanan dan minuman adalah kebutuhan hidup mereka. Bagaimanapun juga, di zaman ini tidak ada hiburan seperti pada zamannya. Biasanya, para rakyat hanya bisa menulis puisi, minum arak, dan bersenang-senang untuk menghibur diri."Telur bitan ini pasti akan laris. Aku akan segera mempromosikan telur bitan ini kepada semua orang. Si Dewina itu pasti akan menyesal karena nggak mencicipi makanan yang lezat ini," kata Wulan sambil tersenyum.Wira mengambil selembar kertas dan pena. Setelah menulis resepnya, dia menyerahkannya kepada Wulan. "Tolong kamu berikan resep ini kepada para pemilik restoran besar.""Baik," jawab Wulan sambil menganggukkan kepala, lalu pergi menin
"Kita hanya perlu membangun sebuah rak yang tinggi dan memasang katrol di atasnya, lalu melemparkan talinya ke bawah. Dengan cara ini, kita bisa mengangkut batu dengan tenaga paling sedikit. Selama prosesnya, kita hanya perlu mengoperasikannya," kata Wira sambil tersenyum. Inilah kegunaan otak. Dengan alat ini, dia bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi Osmaro."Apa benda ini benar-benar sehebat itu?" tanya Osmaro dengan agak ragu.Wira berkata sambil tersenyum, "Tentu saja. Nanti saat kamu mengoperasikan katrol ini, kamu akan tahu manfaatnya. Kamu pasti akan terkejut nanti."Osmaro menganggukkan kepala, lalu pergi sambil membawa gambar itu dengan gembira.....Beberapa hari kemudian, telur bitan menjadi sangat populer dan segera tersebar ke seluruh kota.Osmaro juga berhasil membuat katrol dan semua orang menggunakannya untuk mengangkut batu. Masih ada beberapa masalah, tetapi penggunaan tenaga kerja manusia sudah berkurang dan juga menghemat banyak tenaga. Rencana membangun rumah j
Dalam sekejap, keduanya sudah tiba di restoran terbesar di Provinsi Lowala, Restoran Salju. Begitu Wira masuk, para pelanggan langsung berdiri dan menatapnya dengan hormat."Tuan Wira akhirnya datang, silakan masuk!" kata pemilik restoran yang segera keluar dan menyambut Wira. Bisa dibilang, Wira bisa datang ke Restoran Salju adalah sebuah kehormatan besar baginya."Aku ada janji dengan seseorang di lantai atas. Kalian sibuk dengan urusan kalian saja, nggak perlu sungkan," kata Wira kepada semua orang sambil melambaikan tangannya. Dalam sekejap, keduanya sudah tiba di lantai dua.Di sebuah ruangan pribadi di lantai dua, seorang pria berjubah sutra sedang duduk di samping dengan dua pengikut di belakangnya. Namun, kedua pengikut itu terlihat sangat angkuh dan ekspresi mereka penuh dengan aura membunuh, jelas mereka adalah ahli bela diri. Saat Wira dan Danu masuk, pria berjubah sutra itu segera bangkit dan berkata sambil tersenyum, "Kamu pasti Tuan Wira, 'kan? Aku benar-benar kagum denga
"Oh ya?" Wira mengernyitkan alisnya mendengar hal itu. Ramath adalah orang pertama yang berani berbual di hadapannya. Perlu diketahui, Wira bukan berasal dari zaman sekarang, tentu saja wawasannya lebih luas. Tidak ada satu pun benda yang bisa membuatnya takjub di dunia ini.Karena itu jugalah, Wira bisa mengembangkan wilayahnya dengan lancar hanya dengan mengandalkan Dusun Darmadi dan melangkah sedikit demi sedikit hingga mencapai posisinya sekarang.Sembari berbicara, Ramath mengeluarkan sebuah besi dingin dan meletakkannya di hadapan Wira. "Apakah Tuan Wira tahu benda ini?""Ini ...." Bukan hanya Wira yang merasa terkejut, bahkan Danu juga membelalakkan matanya. Mereka adalah orang yang sering menggunakan senjata, tentu saja mereka tahu besi dingin ini adalah benda bagus. Hanya saja, besi dingin ini sangat langka. Kenapa Ramath bisa memilikinya?"Terus terang saja, aku punya banyak besi seperti ini. Cukup untuk membuat perlengkapan senjata dan zirah," pungkas Ramath dengan tegas. Di
Sambil berbicara, Agha tiba-tiba mengeluarkan seekor merpati dari pelukannya. Di kakinya, terikat sepotong bambu kecil berisi pesan tertulis.Wira merasa lebih tenang dan memerintahkan dengan suara rendah, "Bacakan!"Sama seperti mereka, Wira juga diliputi kekhawatiran. Namun, sebagai pemimpin tertinggi, semua orang boleh panik, kecuali dirinya. Jika dia kehilangan ketenangannya, seluruh pasukan akan jatuh dalam kekacauan.Agha mengangguk, segera menarik kertas dari bambu itu dan mulai membacanya."Salam kepada Tuan Wira, Hayam akan melapor. Aku telah berhasil meminta bala bantuan dari Kerajaan Nuala sebanyak 200.000 pasukan. Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan bersama Jenderal Trenggi menuju perbatasan. Diperkirakan akan tiba dalam 2 hari!"Dua ratus ribu pasukan, dua hari perjalanan. Kecepatan ini tidak bisa dianggap lambat.Wira tersenyum dan segera berdiri. "Bawa peta ke sini!"Mendengar ini, Nafis terlihat bersemangat dan segera mengambil peta, lalu membentangkannya di tanah.
Melihat Hayam berbicara dengan nada serius, Trenggi segera mengambil keputusan dan menoleh ke arah Osman. "Kalau memang seperti yang dikatakan Jenderal Hayam, sebaiknya aku langsung membawa 200.000 pasukan menuju suku utara!"Osman tampak ragu. Sementara itu, Hayam yang berdiri di sampingnya merasa sangat cemas. Situasinya sudah sangat mendesak, tetapi Osman masih terlihat bimbang. Namun, karena mereka meminta bantuan, Hayam tidak bisa terlalu memaksa.Melihat situasi itu, Trenggi ikut berbicara, "Yang Mulia, saat ini nama Tuan Wira telah mengguncang seluruh sembilan provinsi. Kita dan mereka punya hubungan yang saling bergantung. Kalau mereka jatuh, kita yang akan menjadi target berikutnya."Perkataan itu tampaknya berhasil meyakinkan Osman. Dia segera berkata, "Baiklah! Trenggi, dengarkan perintahku!"Trenggi langsung menangkupkan tangannya sebagai tanda hormat. Di sisi lain, Hayam tampak sangat bersemangat. Dari nada bicara Osman, tampaknya dia telah setuju untuk mengirim pasukan!"
"Dua ratus ribu pasukan? Kalau aku membawa pasukan sebanyak itu untuk berperang, di dalam sini hanya akan tersisa 200.000 pasukan lainnya.""Pasukan tersebar di berbagai kota. Kalau Senia menyerang di saat itu, bagaimana cara Yang Mulia menghadapinya?”Trenggi mengerutkan kening saat berbicara. Mengalahkan Baris dan menyelamatkan Wira memang penting, tetapi ada hal yang lebih mendesak, yaitu bersiap menghadapi kemungkinan serangan dari Senia."Perkataan Jenderal Trenggi memang masuk akal. Hanya saja, kalau hanya membawa beberapa puluh ribu pasukan ke wilayah suku utara, itu jelas nggak cukup."Hayam menambahkan, "Menurut informasi yang dapat dipercaya, Baris memiliki 30.000 pasukan di tangannya. Dia juga telah merekrut Komeng, Bimala, serta Chaman.""Pasukan gabungan dari ketiga orang itu berjumlah lebih dari seratus ribu! Dengan demikian, total pasukan yang bisa digerakkan oleh Baris sudah mencapai sekitar 150.000!""Kita harus menempuh perjalanan jauh untuk bertempur. Kalau kita ngga
"Dari sini bisa kita lihat, sejak awal Pangeran Baris memang sudah punya ambisi besar. Semua yang terjadi dulu kemungkinan besar berkaitan erat dengannya. Aku khawatir, situasi ini jauh lebih rumit daripada yang terlihat di permukaan."Trenggi berkata dengan alis berkerut. Dahulu, meskipun dia memilih untuk tetap netral dan tidak campur tangan, dia tetap mengamati situasi dengan saksama. Dia baru bertindak setelah Wira dan Osman bersatu, tetapi tetap merasa ada sesuatu yang aneh.Semua jenderal utama tiba-tiba berpihak kepada Baris, bahkan bersedia mendukung seorang raja boneka. Itu terdengar konyol.Kalaupun Baris berhasil naik takhta, siapa sebenarnya yang akan menjadi penguasa di balik pemerintahan boneka itu?Kemungkinan besar, para jenderal itu pun tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikannya.Namun, kini semuanya menjadi jelas. Jika Baris memang dalang dari semua ini, segala sesuatu yang terjadi bisa dijelaskan. Semua hal yang mencurigakan pasti berkaitan dengannya. Dialah dal
"Kamu ini benar-benar nggak tahu diri! Semuanya, kita hajar dia dan usir dia dari sini!"Prajurit penjaga kota yang tadi langsung berteriak, takut Hayam akan menyinggung Trenggi dan membuat dirinya ikut terkena imbasnya.Saat ini, Trenggi memiliki kekuasaan besar. Dia menjabat sebagai Jenderal Besar Kerajaan Nuala. Pengaruhnya tidak kalah dari Osman.Terutama dengan kendali penuh atas kemiliteran Kerajaan Nuala, ini cukup untuk menunjukkan betapa besar kekuasaannya.Namun, Hayam tidak menghiraukan prajurit itu. Setelah menendang prajurit itu ke samping, dia langsung berlari ke depan Trenggi.Trenggi menatap Hayam cukup lama sebelum akhirnya mengernyit sambil bertanya, "Kamu mengenalku?""Benar!" Hayam segera mengangguk dan menyahut, "Aku tahu siapa kamu. Kamu Jenderal Trenggi yang terkenal itu, 'kan?""Mungkin Jenderal belum pernah melihatku, tapi aku pernah melihatmu dari kejauhan. Apa kamu mengenal Lucy?"Hayam tidak langsung menyebut nama Wira. Bagaimanapun, nama Wira terlalu besar.
"Wilayah suku utara luas, tapi nggak banyak tempat yang bisa dijadikan tempat persembunyian. Selain itu, kalian juga tahu ke arah mana Wira dan yang lainnya pergi. Gimana bisa sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Wira?""Jangan-jangan anak buahmu melakukan kesalahan?" Suara Baris sedingin es. Jika mereka masih belum menemukan Wira, saat waktunya tiba, dia mungkin harus mengerahkan pasukan secara langsung."Pangeran, harap tenang. Meskipun kami belum menemukan Wira, ada satu hal yang pasti, yaitu Wira dan orang-orangnya nggak bisa meninggalkan wilayah suku utara. Dengan begitu, kabar juga nggak akan bocor dan kita masih bisa memberi Osman kejutan." Komeng menyeringai licik.Semua ini sudah sesuai dengan rencananya. Membunuh atau tidak membunuh Wira, kini bukan lagi hal yang terpenting.Bagaimanapun, panah sudah berada di busurnya dan tidak bisa ditarik kembali. Selama Wira tidak bisa menggagalkan rencana mereka, itu sudah cukup menjadi keberuntungan mereka."Itu yang terbaik. J
Jadi, dia lebih memilih untuk membunuh orang yang mungkin tak bersalah daripada membiarkan satu musuh lolos. Kalaupun mereka hanyalah pengungsi, dia tetap tidak akan melepaskan mereka!"Jenderal, ada sedikit masalah ...." Seorang wakil jenderal maju dan membisikkan beberapa patah kata kepada jenderal muda itu."Apa yang harus ditangani?" Jenderal muda itu mengernyit, sontak merasakan firasat buruk dalam hatinya."Kita masih memiliki 2.000 orang di dalam hutan dan mereka semua tersebar untuk mengamati sekitar, mencegah Wira dan yang lainnya menyelinap masuk ke dalam hutan.""Tapi baru saja, kami menemukan belasan saudara kita mati di sini. Akibatnya, muncul celah di pertahanan kita. Aku khawatir ...."Sebelum wakil jenderal itu menyelesaikan kata-katanya, wajah jenderal muda itu sontak berubah suram, bahkan tangannya mengepal dengan erat. "Diam!"Wakil jenderal itu segera menutup mulutnya, tidak berani melanjutkan pembicaraan."Berapa banyak orang yang tahu soal ini?" tanya jenderal mud
"Kak Hayam, ini adalah kesempatan yang sangat baik. Orang-orang ini sudah mulai bertarung, kita bisa memanfaatkan kekacauan ini untuk melarikan diri," saran seseorang dengan segera.Hayam menganggukkan kepala dan berkata, "Baiklah. Kerusuhan dari para pengungsi ini harusnya nggak akan menarik perhatian para pasukan di sekitar sini, jadi kita bisa memanfaatkan ini untuk pergi. Mungkin kita bisa mendapat keuntungan dari situasi ini. Semuanya hati-hati dan segera bergerak."Seiring perintah Hayam, semua orang segera masuk ke dalam kerumunan. Dalam sekejap, mereka sudah berada di tengah kerumunan itu.Jenderal yang tadi berbicara dengan para pengungsi itu pun mendengus dan berkata, "Sekelompok sampah sialan. Berani-beraninya kalian sewenang-wenang di depanku, kalian ini benar-benar nggak tahu diri. Bunuh mereka semua, jangan ada yang tersisa. Saat pasukan kita memasuki wilayah sembilan provinsi, kita nggak membutuhkan sampah seperti mereka lagi. Nyawa mereka nggak berguna lagi."Setelah Ha
Terlihat seorang jenderal muda keluar dan menatap para pengungsi itu dengan dingin, lalu berkata dengan dingin, "Kenapa kalian ke sini?""Jenderal, tolong beri kami kesempatan untuk hidup.""Kami hanya ingin pergi ke Kerajaan Nuala dan mencari sesuap nasi.""Terjadi perang di sini setiap harinya, kami hanya akan mati kalau tetap tinggal di sini.""Kita semua ini punya keluarga, jadi tolong berbaik hati dan biarkan kami tetap hidup."Semua pengungsi itu mulai memohon karena mereka tidak ingin terjebak di sini dan mati dengan sia-sia. Bagi mereka, asalkan bisa meninggalkan wilayah suku-suku utara ini masa depan mereka akan lebih baik.Namun, jenderal itu hanya mendengus dan berkata, "Saat ini situasinya sedang kacau. Selama penyebab keadaan suku-suku utara menjadi begini belum ditemukan, nggak ada orang yang boleh meninggalkan tempat ini. Kalau kalian bersikeras ingin pergi, jangan salahkan aku nggak berbelas kasihan."Setelah mengatakan itu, jenderal itu langsung mencabut pedangnya dan