"Wira, berhenti mengatakan hal-hal yang membuatmu terkesan bermartabat. Kalau kamu benar-benar memikirkan kedamaian dunia, mana mungkin mencari alasan untuk menyerang kerajaanku waktu itu. Kamu membuat onar hanya karena masalah pangan, membuat para rakyat menderita. Apa ini yang dinamakan demi rakyat?" sindir Ciputra.Senia dan Jihan tidak berbicara. Mereka datang kemari hanya karena menghormati Wira. Meskipun begitu, tidak ada yang ingin bermusuhan dengan Ciputra demi kepentingan kerajaan masing-masing. Itu sama saja dengan cari mati."Ciputra, dulu kita bisa dibilang adalah sahabat, bahkan aku terus mengalah padamu. Kamu sendiri yang nggak mengatur bawahanmu dengan baik, makanya terjadi kekacauan seperti ini. Tapi, karena semua telah berkumpul di sini, sekarang bukan saatnya membahas masalah itu lagi," sahut Wira dengan tidak acuh.Wira tidak memedulikan Ciputra lagi, melainkan menatap Jihan dan Senia sambil berkata, "Aku yakin kalian sudah tahu tujuanku mengumpulkan kalian semua. Ka
"Bagaimana bisa memudahkan pertempuran?" tanya Ciputra lagi. Meskipun dia tidak mengatakan niatnya untuk gencatan senjata, hatinya sangat jelas saat ini anggaran kerajaan sudah defisit. Jika peperangan terus berlanjut, rakyat akan kesulitan dan kestabilan Kerajaan Beluana juga akan goyah. Ini adalah situasi yang tidak ingin dilihatnya. Dia baru menjadi raja di Kerajaan Beluana kurang dari setahun, konsekuensinya tak terbayangkan jika internal kerajaan kacau pada saat seperti ini.Setelah ragu sejenak, Wira baru berkata lagi, "Sebenarnya sangat mudah. Kalau sekarang kita menghentikan peperangan, kita bisa fokus untuk mengatur urusan internal kita dengan tenang. Beberapa tahun kemudian, kita pasti sudah makin berkembang juga. Pada saat itu, kita bisa kembali memulai peperangan lagi, 'kan? Selain itu, kalau sekarang kita tetap berperang, mungkin nggak akan ada pemenangnya juga dan akhirnya kedua belah pihak hanya akan menderita. Aku pikir kalian semua seharusnya mengerti prinsip ini juga.
Kerajaan Agrel milik Senia menguasai wilayah Kerajaan Monoma bagian utara dan Provinsi Ladu. Sementara itu, Jihan menguasai Provinsi Janglin, Provinsi Sutim, dan Provinsi Yangsan. Sembilan Provinsi kembali terbagi, tetapi tidak ada perubahan besar dalam geografisnya.....Tujuh hari kemudian, Wira dan yang lainnya juga sudah kembali ke Provinsi Lowala. Kelihatan jelas, provinsi ini adalah tempat yang paling stabil dan bersatu di antara sembilan provinsi berkat kepemimpinannya yang bijaksana. Jika dia tidak menguasai provinsi itu, mereka tidak akan bisa menciptakan surga dunia seperti ini. Selama tujuh hari ini, semua pihak sudah menarik kembali pasukannya dan dunia menjadi stabil untuk sementara ini, bahkan pengungsi pun perlahan-lahan berkurang.Saat Wira dan para pengikutnya menuju ke balai prefektur, mereka mendengar teriakan di pinggir jalan."Aku mau pergi ke kantor pemerintah. Sekarang tiba-tiba datang pengungsi sebanyak ini, bagaimana kita bisa bertahan hidup? Mereka juga mengam
"Kenapa kalian semua berdebat di sini? Kalian sudah bosan dengan hidup damai?" Saat semua orang sedang berdebat, Wira dan yang lainnya perlahan-lahan mendekat dan Doddy yang berdiri di paling depan pun berteriak.Semua orang di tempat itu terkejut dan tatapan mereka tertuju pada Wira dan yang lainnya. Beberapa di antara mereka yang jeli, langsung mengenali Wira."Bukankah ini adalah Tuan Wira? Ini pertama kalinya aku melihat Tuan Wira. Aku pikir dia adalah pria tua yang kaku, tak disangka dia ternyata begitu muda dan tampan." Beberapa gadis bahkan sudah mulai jatuh cinta pada Wira dan menatapnya dengan tatapan penuh kasih. Terlihat jelas, mereka sudah siap untuk memberikan diri mereka kepada Wira."Uhuk uhuk."Wira juga mendengar pembicaraan semua orang. Setelah batuk beberapa kali dengan canggung, dia berjalan ke depan kerumunan dan bertanya, "Apa yang sebenarnya telah terjadi?""Tuan Wira, Anda mungkin nggak tahu, sekarang jumlah populasi di Provinsi Lowala tiba-tiba bertambah banyak
Namun, rumah di sketsa yang digambar Wira memiliki tiga tingkat. Sebenarnya, jika bukan karena situasinya tidak memungkinkan, Wira ingin membangun gedung pencakar langit. Sayangnya, tidak mungkin membangun gedung tinggi pada zaman sekarang. Bangunan modern membutuhkan baja dan semen. Semen masih mudah untuk ditemukan, tetapi membuat baja bukan hal yang bisa dilakukan sekarang. Meskipun dia sudah menemukan mesin pelebur baja, dia tidak memiliki mesin untuk memproduksi berbagai komponen baja seperti pelat baja. Oleh karena itu, dia hanya bisa menggunakan papan kayu dan batu, lalu membangun rumah dengan tiga tingkat."Kak Wira, idemu memang bagus, tapi aku harus berkata jujur, bukankah orang yang tinggal di lantai kedua dan atasnya akan merasa khawatir setiap harinya? Kalau punya barang-barang yang berat di rumah, rumah ini akan runtuh, 'kan?" kata Doddy.Semua orang juga memikirkan hal yang sama. Bahkan Osmaro juga menyipitkan matanya dan menatap sketsa yang digambar Wira dengan serius.
Kedua wanita itu saling memandang dengan ekspresi bingung, tetapi mereka tetap mengikuti Wira. Tak lama kemudian, ketiganya tiba di kamar Keana.Keana selalu tinggal di dalam desa dan tidak pernah melihat dunia luar, sekarang dia tinggal di Dusun Darmadi. Meskipun di sini adalah sebuah desa juga, interior ruangannya lebih mewah dibandingkan istana kerajaan. Hanya kamarnya saja, luasnya sudah seratus kali lipat daripada rumahnya di desa sebelumnya. Ukuran rumahnya juga jauh lebih besar."Gadis ini ...." Begitu pintu dibuka, pandangan Wulan langsung tertuju pada Keana."Namanya Keana. Dia adalah ...."Perkataan Wira masih belum selesai, Dewina sudah berjalan ke depannya sambil berkacak pinggang dan berkata, "Hebat ya! Ternyata kamu masih punya wanita di desa lain! Yang paling menyebalkan lagi adalah, dia bahkan bisa melahirkan seorang gadis seimut ini untukmu!"Wira dan Keana tertegun sejenak, lalu wajah Keana memerah. Jika dia benar-benar bisa menjadi putri Wira, tentu hal itu adalah ke
Jika bukan karena ini masih siang hari, Wira benar-benar ingin menikmati kecantikan Julian."Memang nggak ada yang bisa disembunyikan dari Sayang ...." Julian menggelengkan kepala dan menghela napas."Ada beberapa orang di sekitarmu yang tiba-tiba menemuiku. Mereka berharap aku bisa membujukmu untuk menjadi raja dan menjadikan Provinsi Lowala sebagai pusat pemerintahan. Tapi, aku nggak tahu apa pendapatmu?"Menjadi raja? Wira tiba-tiba tertegun sejenak, ekspresinya perlahan-lahan membeku, dan tatapannya terlihat gelisah. Julian tidak memahami pikiran Wira, tetapi dia merasa Wira agak marah dan tidak berani melanjutkan ucapannya."Siapa yang menemuimu?" tanya Wira dengan tenang."Aku!" Pada saat itu, terdengar suara serak dari belakang mereka.Wira menoleh dan melihat seorang pria berusia 40-an yang berpakaian lusuh dan tangannya memegang sebotol arak. Saat berjalan, pria itu terhuyung-huyung seperti seorang pemabuk. Namun, orang ini kelihatannya tidak sederhana.Pria itu bernama Fransc
"Ini adalah keputusan yang besar. Aku harus memikirkannya dulu untuk membuat keputusan akhir." Wira tidak langsung memberikan jawaban. Dia tidak memedulikan masalah gelar. Meskipun ingin menyatukan sembilan provinsi, Wira ingin melakukannya agar dunia ini damai dan rakyat tidak menderita lagi. Dia tidak melakukan semua ini demi ambisi pribadi untuk menguasai seluruh dunia."Aku harap Jenderal bisa memikirkannya dengan baik," kata Fransco lagi, lalu meneguk araknya lagi dan berjalan menjauh dengan terhuyung-huyung."Tuan Fransco, arak adalah racun bagi tubuh. Sebaiknya kurangi minum arak, aku nggak ingin kehilangan seorang genius sepertimu!" teriak Wira pada Fransco.Fransco hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh. Dalam sekejap, dia sudah menghilang dari pandangan Wira.....Tiga hari kemudian. Proyek yang dipantau Osmaro dan yang lainnya sudah dimulai. Bahan sudah disiapkan dan sketsa gambarnya juga sudah diperbaiki, tetapi muncul masalah."Jenderal, menurutmu apa yang harus kita la
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai