Share

Bab 1645

Penulis: Arif
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Sebentar, aku siap-siap dulu. Kamu duluan saja dan tunggu aku bersama mereka," sahut Wira sambil menepuk bahu Doddy. Dia pun berpamitan lagi pada para istrinya.

Sekarang bukan saatnya untuk bersikap melankolis. Berhubung pasukan sudah terbentuk, Wira tidak mungkin mengecewakan tekad pada prajuritnya.

Tak lama, Wira keluar rumah dengan diiringi isakan tangis Wulan dan yang lainnya. Mereka sangat tidak rela berpisah dengan pria itu. Namun, mereka tahu betul bahwa ini memang kewajiban Wira. Sebagai wanita Wira, mereka seharusnya bangga padanya.

Sesampainya di gerbang desa, Wira tiba-tiba mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Dia sontak berdeham canggung ketika melihat Julian menyusulnya dengan langkah cepat.

"Julian, aku ingin mengajakmu bergabung dalam pasukan. Aku pun tahu kamu pasti bisa melindungi diri sendiri. Soal kekuatan, kamu bahkan jauh lebih baik dariku. Tapi, Dusun Darmadi butuh seseorang untuk menjaganya. Kalau kamu dan Dewina tinggal di Dusun Darmadi, aku pasti tenan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1646

    Julian jarang-jarang keras kepala begini. Wira menghela napas dengan tidak berdaya. Dia tidak boleh membuang terlalu banyak waktu karena para prajurit sedang menunggunya. Pada akhirnya, Wira menerima hadiah tersebut.Zirah sutra ini sangat tipis dan terasa sejuk saat dipakai, memang barang bagus. Ketika melihat Wira telah mengenakannya, Julian pun tidak membuang-buang waktu lagi dan berjalan kembali ke rumah, meskipun merasa enggan.Kini, mereka tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Wira baru menyatukan para prajurit. Meskipun dia memiliki prestise yang tak tertandingi, tetap tidak seharusnya menguras semangat para prajurit. Menunda waktu demi hubungan percintaan hanya akan membuat pasukan kehilangan kepercayaan kepada Wira. Julian tentu paham.Tidak berselang lama, Wira tiba di depan formasi perang. Dia menunggang kuda, mengenakan zirah, persis seorang dewa perang.Saat ini, Wira memegang tombak dengan erat sambil berseru kepada para prajurit, "Hari ini kita akan berperang, tapi bukan unt

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1647

    "Ya, nggak mungkin salah," jawab prajurit itu sambil menyeka keringat di dahinya."Wira nggak merahasiakan pergerakan apa pun. Mereka sedang menuju kemari dengan kecepatan paling tinggi. Bahkan mereka sudah meninggalkan Provinsi Lowala, informasi ini nggak mungkin salah. Jenderal, mereka pasti sudah tahu kita mencuri pangan mereka. Sebaiknya kita segera pergi dari sini.""Kudengar, Wira punya 200.000 prajurit elite. Jumlah mereka sangat banyak kali ini. Kalaupun bukan semua pasukan, setidaknya ada ratusan ribu prajurit yang dikerahkannya. Sementara itu, kita hanya tersisa 10.000 prajurit, mana mungkin bisa melawan mereka?" usul jenderal lain.Jelas, orang-orang ini sudah ketakutan. Mungkin sebelum 2 jam berlalu, mereka semua akan mati tragis dan kehilangan kota ini.Qolbu sontak mengempaskan prajurit itu ke samping, lalu bertanya dengan dingin, "Apa yang kalian takutkan? Meski Wira benar-benar memimpin 200.000 prajurit kemari, belum tentu mereka berani melawan kita.""Pasukan kita ngga

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1648

    Para jenderal itu benar-benar gelisah sekarang. Sementara itu, wajah Qolbu juga tampak masam. Dia mengepalkan tangannya dengan erat, lalu berucap, "Jangan fitnah, ya! Memangnya kalian punya bukti aku mencuri pangan kalian? Dasar penipu, jangan bicara omong kosong! Kerajaan Beluana punya pasukan kuat sekarang. Kalau kalian bersikeras melawan, kami juga nggak akan takut."Qolbu masih terlihat sombong. Jelas-jelas dia bersalah, tetapi sekarang seperti Wira dan lainnya yang bersalah.Doddy sungguh naik pitam. Dia melemparkan goloknya kepada wakil jenderal, lalu mengambil busur dan menembak ke arah Qolbu.Qolbu sontak menghindarinya dan bertanya, "Hanya segini kemampuanmu? Sebaiknya kamu cepat pulang dan belajar keterampilan memanah dengan baik."Para jenderal di samping Qolbu pun tertawa terbahak-bahak. Melihat ini, Doddy menggertakkan gigi dengan geram. Memanah memang bukan keahliannya, memalukan sekali ....Saat ini, seorang prajurit tiba-tiba menunggang kuda dan datang ke sisi Wira. Dia

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1649

    Di atas tembok kota, seorang wakil jenderal menatap Qolbu dan berucap, "Jenderal, sebaiknya kamu bersembunyi. Keterampilan memanah prajurit itu sangat hebat! Kamu jenderal utama, kalau terjadi sesuatu, kami yang akan kewalahan!"Sebenarnya, Qolbu sudah takut sejak awal. Bisa dibilang, nyawanya hampir melayang barusan. Mana mungkin dia berani bertingkah sok hebat lagi sekarang?Setelah wakil jenderal ini membukakan jalan untuknya, Qolbu pun berdeham dua kali dan turun dari tembok kota. Hingga sekarang, gerbang kota masih belum dibuka."Sepertinya, mereka nggak berniat untuk membuka gerbang kota. Kalau begitu, kita coba kehebatan meriam itu," ujar Wira kepada prajurit di belakangnya.Kini, orang-orang telah menyingkir. Meriam juga telah disiapkan. Seiring terdengarnya suara ledakan, semua orang di Kota Siluet seketika meratap kesakitan. Bisa dilihat betapa mengerikannya kekuatan ledakan itu!"Meriam ini memang luar biasa! Selama punya meriam, kita bisa melewati gerbang kota mana pun dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1650

    Lantaran sudah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan, Wira melambaikan tangannya. Kedua prajurit pun segera menyeret Qolbu yang sibuk berteriak, "Jenderal! Aku sudah memberi tahu semuanya! Kamu nggak boleh membunuhku!"Wira sama sekali tidak memedulikannya. Ketika Qolbu mencuri pangan pasukannya, dia seharusnya menyadari konsekuensi ini. Apalagi, Qolbu berani mengkhianati atasannya sendiri!Setelah Qolbu dipenggal, Danu menatap Wira dan bertanya, "Kak Wira, kapan kita akan menyerang Benteng Talog?"Pasukan mereka sudah siap sejak tadi. Karena ini saatnya memperlihatkan kemampuan, mereka pun tidak bisa berdiam diri lagi.Semuanya sudah tidak sabar untuk terjun ke medan perang dan memberi kontribusi. Begini baru namanya pria sejati!Wira menoleh melihat peta di belakangnya, lalu menimpali dengan pelan, "Situasi di Benteng Talog sulit untuk diprediksi, apalagi ada Ishan yang berjaga di sana dan sekelilingnya adalah gunung. Nggak mudah untuk menaklukkan tempat itu.""Ledakkan dengan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1651

    Jenderal lainnya mengangguk mendengar usul ini. Ishan menyahut, "Kudengar, Wira sudah punya 200.000 pasukan. Jumlah kita memang lebih banyak. Tapi, kalau bertarung dengan pasukan Wira, gimana kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menguasai Kerajaan Nuala? Begitu Kerajaan Nuala diberi peluang untuk beristirahat, mereka mungkin menjadi bencana besar."Ishan adalah orang yang tegas. Pendapat semua orang sama, tetapi pendapatnya justru berbeda. Kemudian, Ishan sontak menggebrak meja dan berkata, "Lakukan sesuai perintahku. Taklukkan Kerajaan Nuala terlebih dahulu, sisanya baru kita pertimbangkan nanti."Kini, Ishan jelas sudah berbeda. Dia adalah Jenderal Besar Kerajaan Beluana yang memiliki banyak bawahan dan berkuasa atas kekuatan militer.Karena Ishan sudah membuat keputusan, tidak ada yang berani berkutik lagi meskipun merasa tidak puas.Ketika orang-orang hendak keluar, seorang prajurit tiba-tiba berlari masuk dengan tergesa-gesa dan berteriak, "Lapor!"Tatapan para jenderal son

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1652

    "Ishan sudah bergerak? Sepertinya, mereka nggak bisa sabar lagi karena kita menaklukkan Kota Siluet. Siapa suruh mereka mencuri pangan kita?" ucap Wira yang berzirah dan menunggang kuda dengan tidak acuh.Wira awalnya belum berniat bermusuhan dengan Kerajaan Beluana, tetapi mereka benar-benar keterlaluan. Kebetulan sekali, Wira bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendamaikan negara kembali. Target pertamanya pun adalah Kerajaan Beluana."Kita punya meriam, siapa juga yang takut dengan Ishan? Kita bisa meledakkan semua pasukan yang ada!" ujar Danu dengan antusias. Dia ingin sekali bertarung dengan pasukan Ishan sekarang, supaya prestisenya di medan perang makin besar."Meriam itu memang hebat, tapi juga punya kelemahan. Banyak waktu dan energi yang habis saat digunakan, juga tidak bisa digunakan dalam pertarungan jarak dekat. Selain itu, harus ada pasukan elite yang bertugas menjaga meriam. Nggak masalah kalau hanya meledakkan gerbang kota. Tapi, kalau bertarung seperti biasa, kita h

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1653

    "Baiklah. Kalau begitu, kamu akan sangat lelah selanjutnya. Bukan hanya berperang bersamaku, tapi juga melatih pasukan panahan. Kalau mereka berjasa di medan perang, aku pasti akan memberimu gelar nanti," ucap Wira yang menepuk bahu Nafis. Meskipun masih muda, Nafis punya kemampuan. Inilah bakat yang diperlukan Wira."Aku nggak akan mengecewakan Jenderal!" sahut Nafis dengan penuh keyakinan lagi. Wira pun tersenyum puas, lalu membawa pasukannya menuju ke Benteng Talog.Di luar Benteng Talog, setelah Wira tiba, Ishan dan pasukannya juga tiba. Kedua belah pihak sama-sama membangun tenda di sana."Jenderal! Ishan mengutus orang untuk mengantar surat!" seru Danu yang berjalan ke depan meja Wira dengan penuh hormat. Saat ini, Wira dan lainnya baru selesai membangun tenda."Menarik juga, dia mengambil inisiatif untuk mengirimku surat? Entah apa yang direncakan pria ini," gumam Wira sambil tersenyum. Pada saat yang sama, dia membuka surat itu dan membaca sekilas."Rupanya begitu." Ishan menya

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2718

    Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2717

    Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2716

    Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2715

    "Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2714

    Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2713

    "Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2712

    "Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2711

    Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2710

    Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai

DMCA.com Protection Status