"Semuanya, kalian pasti sudah tahu situasi sekarang, 'kan? Kita nggak punya jalan mundur lagi. Kalau membawa prajurit kembali, Raja pasti sangat kecewa. Karena kita yang menyebabkan situasi menjadi seperti ini, kita harus merebut kembali kehormatan yang hilang itu! Apa kalian yakin bisa melakukannya?" ucap Ishan yang berdiri di hadapan semua orang.Ishan mencoba untuk menyemangati mereka karena semangat juang adalah yang terpenting, tidak peduli kapan pun itu! Mereka boleh saja kalah, tetapi harus bangkit kembali dan mendapatkan kemenangan!"Ya, kami yakin!" seru para jenderal dengan serempak. Sementara itu, para prajurit yang berada di samping juga turut berseru, membuat suasana menjadi berkobar-kobar.Ishan tersenyum puas. Dia berjalan ke hadapan orang-orang, lalu berucap, "Aku tahu kalian semua merasa kesal. Tapi, situasi ini telah terjadi, kita juga nggak ingin berakhir seperti ini.""Karena sudah kalah sekali, kita harus lebih berhati-hati lagi. Jangan sampai musuh punya peluang u
Setelah kembali dari Sekte Gunung dan Sekte Langit, Wira akhirnya memahami sesuatu, yaitu dirinya harus memiliki kekuatan yang mutlak jika ingin berdiri di puncak! Ketika saat itu tiba, dia baru bisa mencapai kesuksesan dan menjadi penguasa!"Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Kini pemenangnya sudah diketahui, apa kita masih akan menonton seperti ini?" tanya Biantara sambil menatap Wira."Nggak usah terburu-buru ...." Wira mengetuk meja dengan perlahan. Senyuman di wajahnya sontak melebar. Kemudian, dia menyesap teh sebelum meneruskan, "Ishan memang sudah kalah, tapi Prabu belum tentu sudah menang.""Ishan bukan orang yang mudah menyerah. Selain itu, aku memahami latar belakang Keluarga Barus. Mereka kehilangan banyak pasukan, jadi sudah waktunya mendesak orang yang berada di belakang mereka untuk keluar. Ini baru tujuan kita."Kerajaan Beluana dan Kerajaan Nuala sudah memulai pertarungan. Apalagi, Kerajaan Beluana baru berganti penguasa. Hal ini kelihatannya tidak
"Sepertinya, ada sesuatu di balik semua ini. Ishan nggak mungkin menerima kekalahan semudah itu. Apalagi, dia tidak membawa pasukannya kembali. Ini artinya, dia masih berniat untuk melawan! Kita harus terus berwaspada," ucap Prabu sambil melemparkan gelas di tangannya ke samping dan mengernyit.Prabu bukan orang yang suka minum-minum, semua ini hanya bagian dari rencananya. Sayangnya, Ishan malah tidak terjebak, membuatnya tidak tahu harus bagaimana untuk sesaat."Bagaimana kalau kita langsung memimpin pasukan ke tempat Ishan? Sekarang dia bersembunyi di gunung, ada banyak pasukannya di sekitar sana. Tapi, jumlah kita lebih banyak, pasti bisa menang!" usul wakil jenderal.Mendengar ini, jenderal lainnya sontak mengangguk setuju. Pemikiran mereka sama, yaitu segera membunuh Ishan atau mengusir pasukan Kerajaan Nuala secepat mungkin agar tidak terjadi hal-hal tak diinginkan. Selain itu, mereka juga bisa membalas penghinaan sebelumnya!Bagaimanapun, Ishan terlalu sombong saat posisinya un
Ishan tidak berbasa-basi dengan pria itu. Lagi pula, mereka tidak saling mengenal, untuk apa berpura-pura akrab?Jika Ciputra memang berniat untuk melengserkannya, Ishan akan pergi secepat mungkin dan pulang untuk bersantai."Jenderal pasti sudah salah paham, makanya memusuhiku seperti ini. Tenang saja, Raja nggak marah karena kamu kalah. Dia justru mengutusku untuk menghiburmu. Tentunya, aku datang kemari untuk membantumu mengalahkan Prabu!" jelas pria itu.Ishan awalnya tertegun, lalu segera bertanya, "Kamu serius?"Ketika jenderal memimpin pasukan untuk berperang, mereka tentu ingin menang dan mendapatkan wilayah baru untuk negaranya. Dengan demikian, mereka baru memiliki prestasi! Meskipun gugur dalam peperangan, hal ini lebih bermartabat daripada dilengserkan dari jabatan."Tentu saja serius! Semua ini pesan dari Raja. Seperti yang kukatakan, aku bisa membantumu meraih kemenangan. Jadi, apa kamu bersedia mengobrol denganku sekarang?" Ketika berbicara, pria itu pun melirik beberapa
"Mudah saja, aku akan membantumu membunuh Prabu dulu. Dengan demikian, pasukan mereka akan goyah. Ketika saat itu tiba, kamu hanya perlu membawa pasukanmu menyerang dan meraih kemenangan!""Tanpa pimpinan dari jenderal, mereka nggak akan bisa apa-apa, meskipun menang jumlah. Kamu seharusnya sudah mengerti maksudku, 'kan?" tanya Antares sembari memicingkan mata. Ekspresi seperti itu tampak sangat licik, juga tidak seperti orang yang bercanda.Hanya saja, Ishan seketika merasa agak kecewa. Dia semula mengira Antares adalah ahli perang dan bisa membantunya mengalahkan Prabu, tetapi ternyata malah mengusulkan strategi tercela begini?Selain itu, ada banyak celah dari ide ini! Bagaimana mungkin pasti bisa menang? Di medan tempur, yang berhasil membunuh jenderal pihak lawan tentu akan unggul. Bukan hanya Ishan, tetapi Prabu juga memahami hal ini. Jika tidak, mereka tidak mungkin memimpin puluhan ribu pasukan untuk bertarung waktu itu."Sepertinya Jenderal kurang menyukai usulku ini? Apa yang
Ishan sungguh tidak menduga bahwa ada ahli bela diri seperti itu di dunia ini. Dia pun berkata, "Setelah melihat kemampuan Tuan ini, aku sudah percaya sekarang. Maafkan ketidaktahuanku yang sebelumnya.""Tuan tenang saja. Asalkan Prabu mati, aku akan langsung membawa pasukan menyerang kota dan menghabisi seluruh pasukan Kerajaan Nuala! Selain itu, wilayah Kerajaan Nuala akan menjadi milik kita! Aku akan melaporkan semua jasa Tuan agar Raja memberimu hadiah!"Ishan berkata demikian untuk mengungkapkan rasa hormatnya. Kali ini, dia tidak berani bersikap lalai lagi. Bagaimanapun, kesenjangan kedua belah pihak sangat besar. Jika dia melakukan sesuatu yang berlebihan, mungkin nyawanya akan melayang kapan saja. Selain itu, Ishan ingin membuat prestasi baru sehingga tidak boleh mati."Baik, aku sudah mengerti. Aku nggak akan membuang-buang waktu lagi. Bagaimanapun, sebelum kemari, aku sudah berjanji pada Raja, nggak akan membuatnya kecewa. Aku akan pergi ke markas Kerajaan Nuala dan membunuh
"Benar sekali!"Biantara bergegas melaporkan semua yang dilihatnya."Orang itu berjalan dengan langkah yang ringan, jelas orang yang pernah kultivasi kekuatan internal. Selain itu, sebelumnya nggak pernah melihat orang ini di tenda Kerajaan Beluana. Lagi pula, kalau benar-benar ada ahli seperti ini, bagaimana mungkin Kerajaan Beluana akan kalah seperti ini sebelumnya?" Perkataan Biantara memang masuk akal.Jari Wira mengetuk keningnya sendiri dengan lembut dan pikirannya mencoba menghubungkan petunjuk dari semua kejadian itu."Pantas saja Ciputra bisa begitu cepat menyatukan seluruh Kerajaan Beluana dan berhasil naik pangkat. Ternyata, dia memang dibantu oleh Sekte Gunung. Hanya saja, orang-orang dari dunia persilatan ini biasanya nggak peduli dengan urusan kerajaan, kenapa kali ini mereka bisa tiba-tiba ikut campur?"Hal ini juga yang membuat Wira merasa agak bingung. Namun, dia selalu yakin orang-orang dari Sekte Gunung ini adalah orang yang cerdas, mereka tidak akan melakukan hal ya
Saat ini sudah malam dan memang ada orang yang berjaga. Namun, gerakan beberapa orang ini sangat cepat sehingga dalam sekejap saja mereka sudah tiba di depan tenda besar. Antares membuat sebuah lubang di tenda besar itu menggunakan pisau. Setelah memastikan Prabu memang ada di dalam tenda besar itu, dia melambaikan tangannya kepada beberapa orang di belakangnya dan berbisik, "Ayo mulai!"Tanpa ragu-ragu, semuanya langsung memasuki tenda besar itu.Sementara itu, Prabu yang sedang duduk di dalam tenda besar tiba-tiba membuka matanya, lalu secara refleks mengeluarkan sebuah pedang dari belakangnya dan bangkit berdiri sambil menatap beberapa orang yang masuk itu. "Siapa kalian? Berani-beraninya menyelinap masuk ke dalam tendaku! Kalian cari mati ya?"Semua orang saling memandang sebentar dan tidak memedulikan perkataan Prabu. Setelah itu, mereka langsung menyerang ke arahnya dengan cepat, jelas siap untuk merenggut nyawanya."Pengawal!"Setelah berteriak, Prabu segera bersiap untuk melawa
Wira langsung tertegun karena dia tidak menyangka sekarang hanya tersisa dua ribu pasukan kavaleri saja. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan nada muram, "Kenapa hanya tersisa begitu sedikit pasukan?"Pengawal yang berdiri di depan pun menghela napas dan berkata dengan pelan, "Tuan, bukannya kami menyia-nyiakan pasukan, tapi medan perangnya terlalu luas. Jenderal Hayam membawa sedikit pasukan, tapi Jenderal Adjie dan Jenderal Agha membawa banyak pasukan karena harus menahan pasukan Joko. Lagi pula, kalau ingin menyelesaikan pertempuran ini, kita juga butuh banyak tentara."Wira menganggukkan kepala karena dia juga merasa jumlah pasukan yang disiapkan kali memang terlalu sedikit dan membuat medan perangnya menjadi terlalu luas. Saat memikirkan hal ini, dia mengernyitkan alisnya dan berkata dengan pelan, "Jadi, sampai sekarang pun masih nggak kabar dari yang lainnya?"Melihat mata-mata itu menggelengkan kepala, Wira pun kembali berkata sambil mengernyitkan alisnya, "Kalau begitu,
Saat ini, pasukan Wira dan pasukan Joko sedang berada dalam dilema. Mereka sebenarnya tidak ingin terus bertempur karena pasukan utama mereka di belakang pasti akan menghadapi masalah. Oleh karena itu, situasi mereka saat ini sangat sulit.Melihat serangan dari Adjie dan pasukannya mulai melemah, Joko langsung berkata dengan pelan, "Ayo kita mundur sekarang. Kita harus segera meninggalkan tempat ini, nggak boleh terus bertempur dengan musuh."Namun, saat Joko dan pasukannya bersiap untuk mundur, Adjie dan pasukannya malah kembali mengejar. Kedua belah pihak terpaksa kembali bertempur dengan sengit.Di dalam tenda, Wira sedang mengamati peta pertempuran antara kedua belah pihak. Sekarang garis pertempuran sudah meluas dan bahkan sudah membuka medan perang ketiga yang dipimpin oleh Arhan dan Nafis. Namun, sampai sekarang pun, dia masih belum menerima kabar dari Arhan.Di hadapan Wira, banyak mata-mata yang sudah siap menyampaikan laporan kapan pun, hanya tinggal menunggu perintah dari Wi
Saat ini, Joko melihat Arhan dan Nafis sudah memimpin pasukan kavaleri menyerbu maju. Dia tahu mereka pasti sedang menuju ke arah Zaki, sehingga dia merasa sangat cemas. Namun, pasukan kavalerinya sedang ditahan pasukan Adjie, sehingga dia juga tidak sempat untuk mundur lagi.Melihat situasi itu, wakil jenderal yang berada di samping Joko mengernyitkan alis dan berkata dengan pelan, "Jenderal, apa yang harus kita lakukan sekarang? Orang-orang ini sepertinya sudah bertekad menghalangi kita. Jangankan melarikan diri, kita sepertinya nggak mungkin bisa mundur lagi."Joko pun mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya aku nggak menyangka ini akan terjadi. Tapi, melihat musuh sudah mengerahkan dua tim pasukan kavalerinya dan ada tim yang sedang menahan kita di depan juga, sekarang pasukan utama musuh mereka pasti sudah sangat kosong."Mendengar perkataan Joko, wakil jenderal itu menganggukkan kepala. Setelah berpikir sejenak, dia tiba-tiba menyadari situasi ini sebenarnya sangat menguntung
Melihat pasukan musuh malah menyerang balik seperti ini, Zaki yang memimpin pasukannya untuk segera menyerang ke depan pun langsung terkejut. Setelah terdiam sejenak, dia mengernyitkan alis dan berkata dengan nada muram, "Kita harus segera bertindak agar nggak terjadi hal tak terduga. Yang paling penting sekarang adalah menghabisi semua musuh kita."Semua orang langsung menganggukkan kepala karena mereka juga merasa kekuatan musuh memang cukup tangguh.Namun, melihat pasukannya kesulitan untuk menembus pertahanan musuh, Zaki langsung terkejut.Melihat pemandangan itu, wakil jenderal berkata, "Jenderal, pasukan musuh sepertinya sudah gila, mereka malah berusaha mati-matian menghalangi kita maju."Zaki mengernyitkan alis. Meskipun tidak ada perkataan wakil jenderal itu, dia juga sudah menyadari ada yang tidak beres dengan situasinya. Dia langsung berkata dengan nada muram, "Sepertinya ada yang nggak beres, pasti ada jebakan. Aku rasa mereka sudah mengetahui rencana kita dan bala bantuan
Setelah menganggukkan kepala, Arhan dan Nafis langsung mulai membagi pasukan dan berlari ke dua arah.Melihat adegan itu, Joko langsung tercengang. Dia sudah sangat waspada untuk mencegah tipu muslihat dari musuh, tetapi dia tetap tidak menyangka musuh akan membagi pasukan pada saat seperti ini.Joko pun mengernyitkan alis dan berteriak, "Cepat kirim orang keluar. Kali ini kita harus benar-benar menumpas habis mereka. Selain itu, kirim mata-mata untuk menghubungi Jenderal Zaki, bilang sekarang pasukan musuh sudah lewat dan kita gagal menghentikan mereka."Wakil jenderal yang berdiri di samping menganggukkan kepala setelah mendengar perintah itu, lalu segera memimpin pasukan ke depan.Setelah membagi pasukan, Arhan dan Nafis langsung menjalankan rencana yang sudah disusun sebelumnya dan mengejar pasukan kavaleri Zaki.Beberapa saat kemudian, Zaki yang saat ini berada di barisan depan pun terus bersiap menghadapi serangan musuh.Pada saat itu, mata-mata yang mengikuti Zaki dari belakang
Di dalam tenda sementara, Joko mendengar suara riuh dari luar. Ekspresinya langsung berubah serius. Dengan suara lantang, dia berteriak, "Gawat, ada masalah! Segera susun pertahanan!"Pasukannya segera bergerak dan mengatur pertahanan. Begitu semuanya siap, Joko langsung keluar bersama anak buahnya. Hampir bersamaan dengan itu, anak panah berdesingan di udara menuju ke arah mereka. Namun, ketika dia melihat ke depan, tidak ada tanda-tanda keberadaan musuh.Joko merasakan firasat buruk. Jantungnya berdegup kencang. Dia kembali memerintahkan, "Semua bersiap untuk melawan! Jangan sampai kita kalah dari musuh! Serang balik!"Mendengar perintah itu, pasukannya segera mengangguk, meskipun merasa merepotkan. Namun, beberapa orang mulai panik dan berseru, "Ada yang nggak beres! Ini jebakan!"Sambil mengatur pertahanan, Joko segera mencari wakilnya. Dengan ekspresi serius, dia berkata, "Ada yang aneh. Kamu segera atur pasukan dan tuntaskan masalah ini secepatnya! Kalau kita nggak bisa mengatasi
Mendengar itu, Wira tersenyum tipis. Dia tentu memahami maksud Adjie. Dengan suara pelan, dia berkata, "Bagus, kalau semuanya sudah dipastikan, kita bisa langsung bertindak. Mulai saja sekarang. Kebetulan urusan kita sudah beres.""Tapi, jangan sampai terlibat pertempuran panjang, cukup ganggu mereka saja. Pastikan Nafis sudah siap."Adjie tersenyum mendengar perintah itu. Menurutnya, jika mereka ingin menyelesaikan masalah ini dengan tuntas, pertama-tama mereka harus memastikan Adjie bisa bergerak dengan leluasa. Karena itu, menurutnya rencana kali ini telah diatur dengan cukup baik.Setelah semua persiapan selesai, Wira tersenyum sendiri di dalam tenda. Apa gunanya musuh mengawasi pergerakannya? Semua itu sia-sia. Dia hanya perlu memastikan segalanya berjalan dengan baik sekarang.Beberapa saat kemudian, Wira terpikir akan sesuatu dan menatap peta di depannya. Dia berpikir sejenak, lalu menyadari sesuatu dan mengangguk pelan.Sesudah mempertimbangkan semua secara matang, dia bergumam
Setelah beberapa saat, Wira menatap keduanya sebelum berkata, "Aku mengerti maksud kalian berdua, tapi saat ini hanya ini yang bisa kita lakukan.""Seperti yang dikatakan, semakin besar risikonya, semakin besar juga peluang keberhasilannya. Kalau mereka terpaksa mundur karena tekanan kita, pasukan kavaleri Zaki akan menjadi milik kita. Jadi, menurutku ini adalah solusi terbaik."Mendengar itu, Adjie dan Nafis hanya bisa mengangguk pelan. Meskipun rencana Wira terdengar masuk akal, mereka tetap merasa khawatir. Jika ada kesalahan dalam pelaksanaannya, situasi bisa berbalik menjadi bencana.Melihat ekspresi mereka, Wira tersenyum. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan tenang, "Baiklah, kalian berdua segera laksanakan rencana ini. Serahkan sisanya padaku."Mendengar perintah itu, keduanya memberi hormat, lalu segera pergi untuk menjalankan perintah.Sementara itu, Joko masih mengawasi pergerakan pasukan Wira. Namun, sejak tadi, tidak ada pergerakan mencurigakan dari pihak lawan. Hal i
Mendengar pertanyaan Wira, Adjie yang berdiri di samping menyahut, "Tuan, mereka sudah menunggu di luar hampir dua jam. Selain itu, para mata-mata juga melaporkan bahwa yang datang kali ini adalah jenderal lain dari pasukan utara, yaitu Joko. Dia datang bersama Darsa."Datang bersama Darsa? Wira sedikit terkejut mendengar kabar ini. Dari sudut pandangnya, orang ini tampaknya lebih berbahaya dari yang dia bayangkan.Darsa adalah penasihat yang paling dipercaya oleh Bimala. Sebelumnya saat Darsa membawa pasukannya, Wira sudah mendapat laporan sejak awal. Namun, ini pertama kalinya dia mendengar nama Joko.Setelah berpikir sejenak, Wira bertanya, "Apa kalian pernah mendengar nama orang ini sebelumnya?"Adjie dan Nafis saling bertukar pandang, lalu Adjie menjawab, "Tuan, kami nggak tahu. Sepertinya dulu dia bekerja untuk orang lain. Kami memang pernah bertempur dengannya, tapi dalam situasi seperti sekarang, ini pertama kalinya kami melihatnya bergerak."Mendengar ini, Wira mengangguk pela