"Sepertinya, ada sesuatu di balik semua ini. Ishan nggak mungkin menerima kekalahan semudah itu. Apalagi, dia tidak membawa pasukannya kembali. Ini artinya, dia masih berniat untuk melawan! Kita harus terus berwaspada," ucap Prabu sambil melemparkan gelas di tangannya ke samping dan mengernyit.Prabu bukan orang yang suka minum-minum, semua ini hanya bagian dari rencananya. Sayangnya, Ishan malah tidak terjebak, membuatnya tidak tahu harus bagaimana untuk sesaat."Bagaimana kalau kita langsung memimpin pasukan ke tempat Ishan? Sekarang dia bersembunyi di gunung, ada banyak pasukannya di sekitar sana. Tapi, jumlah kita lebih banyak, pasti bisa menang!" usul wakil jenderal.Mendengar ini, jenderal lainnya sontak mengangguk setuju. Pemikiran mereka sama, yaitu segera membunuh Ishan atau mengusir pasukan Kerajaan Nuala secepat mungkin agar tidak terjadi hal-hal tak diinginkan. Selain itu, mereka juga bisa membalas penghinaan sebelumnya!Bagaimanapun, Ishan terlalu sombong saat posisinya un
Ishan tidak berbasa-basi dengan pria itu. Lagi pula, mereka tidak saling mengenal, untuk apa berpura-pura akrab?Jika Ciputra memang berniat untuk melengserkannya, Ishan akan pergi secepat mungkin dan pulang untuk bersantai."Jenderal pasti sudah salah paham, makanya memusuhiku seperti ini. Tenang saja, Raja nggak marah karena kamu kalah. Dia justru mengutusku untuk menghiburmu. Tentunya, aku datang kemari untuk membantumu mengalahkan Prabu!" jelas pria itu.Ishan awalnya tertegun, lalu segera bertanya, "Kamu serius?"Ketika jenderal memimpin pasukan untuk berperang, mereka tentu ingin menang dan mendapatkan wilayah baru untuk negaranya. Dengan demikian, mereka baru memiliki prestasi! Meskipun gugur dalam peperangan, hal ini lebih bermartabat daripada dilengserkan dari jabatan."Tentu saja serius! Semua ini pesan dari Raja. Seperti yang kukatakan, aku bisa membantumu meraih kemenangan. Jadi, apa kamu bersedia mengobrol denganku sekarang?" Ketika berbicara, pria itu pun melirik beberapa
"Mudah saja, aku akan membantumu membunuh Prabu dulu. Dengan demikian, pasukan mereka akan goyah. Ketika saat itu tiba, kamu hanya perlu membawa pasukanmu menyerang dan meraih kemenangan!""Tanpa pimpinan dari jenderal, mereka nggak akan bisa apa-apa, meskipun menang jumlah. Kamu seharusnya sudah mengerti maksudku, 'kan?" tanya Antares sembari memicingkan mata. Ekspresi seperti itu tampak sangat licik, juga tidak seperti orang yang bercanda.Hanya saja, Ishan seketika merasa agak kecewa. Dia semula mengira Antares adalah ahli perang dan bisa membantunya mengalahkan Prabu, tetapi ternyata malah mengusulkan strategi tercela begini?Selain itu, ada banyak celah dari ide ini! Bagaimana mungkin pasti bisa menang? Di medan tempur, yang berhasil membunuh jenderal pihak lawan tentu akan unggul. Bukan hanya Ishan, tetapi Prabu juga memahami hal ini. Jika tidak, mereka tidak mungkin memimpin puluhan ribu pasukan untuk bertarung waktu itu."Sepertinya Jenderal kurang menyukai usulku ini? Apa yang
Ishan sungguh tidak menduga bahwa ada ahli bela diri seperti itu di dunia ini. Dia pun berkata, "Setelah melihat kemampuan Tuan ini, aku sudah percaya sekarang. Maafkan ketidaktahuanku yang sebelumnya.""Tuan tenang saja. Asalkan Prabu mati, aku akan langsung membawa pasukan menyerang kota dan menghabisi seluruh pasukan Kerajaan Nuala! Selain itu, wilayah Kerajaan Nuala akan menjadi milik kita! Aku akan melaporkan semua jasa Tuan agar Raja memberimu hadiah!"Ishan berkata demikian untuk mengungkapkan rasa hormatnya. Kali ini, dia tidak berani bersikap lalai lagi. Bagaimanapun, kesenjangan kedua belah pihak sangat besar. Jika dia melakukan sesuatu yang berlebihan, mungkin nyawanya akan melayang kapan saja. Selain itu, Ishan ingin membuat prestasi baru sehingga tidak boleh mati."Baik, aku sudah mengerti. Aku nggak akan membuang-buang waktu lagi. Bagaimanapun, sebelum kemari, aku sudah berjanji pada Raja, nggak akan membuatnya kecewa. Aku akan pergi ke markas Kerajaan Nuala dan membunuh
"Benar sekali!"Biantara bergegas melaporkan semua yang dilihatnya."Orang itu berjalan dengan langkah yang ringan, jelas orang yang pernah kultivasi kekuatan internal. Selain itu, sebelumnya nggak pernah melihat orang ini di tenda Kerajaan Beluana. Lagi pula, kalau benar-benar ada ahli seperti ini, bagaimana mungkin Kerajaan Beluana akan kalah seperti ini sebelumnya?" Perkataan Biantara memang masuk akal.Jari Wira mengetuk keningnya sendiri dengan lembut dan pikirannya mencoba menghubungkan petunjuk dari semua kejadian itu."Pantas saja Ciputra bisa begitu cepat menyatukan seluruh Kerajaan Beluana dan berhasil naik pangkat. Ternyata, dia memang dibantu oleh Sekte Gunung. Hanya saja, orang-orang dari dunia persilatan ini biasanya nggak peduli dengan urusan kerajaan, kenapa kali ini mereka bisa tiba-tiba ikut campur?"Hal ini juga yang membuat Wira merasa agak bingung. Namun, dia selalu yakin orang-orang dari Sekte Gunung ini adalah orang yang cerdas, mereka tidak akan melakukan hal ya
Saat ini sudah malam dan memang ada orang yang berjaga. Namun, gerakan beberapa orang ini sangat cepat sehingga dalam sekejap saja mereka sudah tiba di depan tenda besar. Antares membuat sebuah lubang di tenda besar itu menggunakan pisau. Setelah memastikan Prabu memang ada di dalam tenda besar itu, dia melambaikan tangannya kepada beberapa orang di belakangnya dan berbisik, "Ayo mulai!"Tanpa ragu-ragu, semuanya langsung memasuki tenda besar itu.Sementara itu, Prabu yang sedang duduk di dalam tenda besar tiba-tiba membuka matanya, lalu secara refleks mengeluarkan sebuah pedang dari belakangnya dan bangkit berdiri sambil menatap beberapa orang yang masuk itu. "Siapa kalian? Berani-beraninya menyelinap masuk ke dalam tendaku! Kalian cari mati ya?"Semua orang saling memandang sebentar dan tidak memedulikan perkataan Prabu. Setelah itu, mereka langsung menyerang ke arahnya dengan cepat, jelas siap untuk merenggut nyawanya."Pengawal!"Setelah berteriak, Prabu segera bersiap untuk melawa
Antares sudah pernah mendengar kabar tentang Wira. Bagaimanapun juga, saat itu Wira sudah membuat kegemparan di Sekte Langit. Wira bahkan memenangkan sayembara mencari jodoh dan membawa pulang seorang wanita cantik. Kejadian itu cukup menggegerkan pada saat itu. Sekte Langit dan Sekte Gunung adalah dua sekte yang saling berlawanan, tetapi mereka saling memata-matai. Oleh karena itu, semua tindakan Wira tentu saja tidak bisa lolos dari mata mereka."Kenapa kamu ikut campur dalam urusan dua kerajaan ini?" kata Antares sambil mengernyitkan alisnya.Dengan adanya Wira yang tiba-tiba bertindak, berarti upaya pembunuhan Antares dan yang lainnya hari ini mungkin harus dibatalkan, karena mereka tidak memiliki peluang untuk berhasil. Bagaimanapun juga, kekuatan Wira ini sangat luar biasa."Malah aku yang harus bertanya kepadamu. Kenapa orang-orang dari Sekte Gunung ikut campur dalam urusan dua kerajaan ini? Sepertinya hal ini nggak sesuai dengan peraturan, 'kan? Lagi pula, kamu jelas-jelas adal
"Wira, kejadian hari ini nggak berakhir di sini saja! Aku akan memberi tahu semua orang di Sekte Gunung tentang semua tindakanmu, mereka pasti nggak akan membiarkanmu begitu saja. Kamu sudah memilih untuk bertindak seperti ini, jadi bersiaplah untuk mati!"Melihat orang-orang di sekitar satu per satu sudah mulai terjatuh, Antares juga tidak berani berlama-lama di sana. Setelah mengatakan perkataan itu, dia segera menerobos ke arah kerumunan. Kemampuannya jelas jauh lebih unggul dibandingkan beberapa orang di belakangnya. Dia berhasil langsung keluar dari kepungan kerumunan dengan menggunakan gerakannya yang aneh. Namun, meskipun begitu, dia tetap dipenuhi dengan luka."Tuan Wira, kenapa kamu nggak turun tangan untuk menahannya? Kalau orang itu berhasil kembali, dia pasti akan melaporkan hal-hal ini kepada atasannya. Pada saat itu, kamu akan menjadi musuh mereka, 'kan?"Prabu buru-buru berbicara dengan Wira. Dia tentu saja ingin memanfaatkan bantuan Wira untuk memusnahkan para ahli bela
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai