Wajah Ishan terlihat sangat masam. Sekujur tubuhnya bergetar dan kebencian yang terpancar dari wajahnya perlahan makin kentara. Provokasi yang dilakukan Prabu terus-menerus akhirnya menyulut emosinya. Dia segera mengangkat pedang di tangannya dan menebas dengan kuat ke arah Ishan."Prabu, kamu cuma tua bangka yang banyak omong! Aku akan mencabut nyawamu hari ini!" seru Ishan.Saat ini, kebencian dan amarah di dada Ishan sudah tidak mampu dibendung. Binar matanya yang memancarkan kebengisan segera dirasakan oleh orang di sekelilingnya. Sejumlah besar prajurit di sana menyadari sesuatu yang tidak beres. Mereka tanpa sadar memandang ke arah Ishan berada dengan ekspresi panik.Namun, Ishan bukan orang yang mudah diintimidasi. Penghinaan dan provokasi Prabu telah menginjak habis batas kesabarannya. Dengan hati dikuasai amarah, dia mengangkat pedang dan menebaskannya dengan kuat."Ugh!""Serang!"Suara raungan marah bercampur ratapan kesakitan terus terdengar dari sekeliling. Tak lama, area
Mata wakil jenderal itu memancarkan kebingungan. Namun, segera setelahnya, matanya menyipit curiga. Dia berujar pada Ishan, "Jenderal Ishan, aku mendengar suara langkah kaki dan derap kuda datang ke arah kita ...."Saat berkata sampai sini, si wakil jenderal terlihat sangat panik. Matanya mendadak membelalak takut, napasnya terengah-engah, dan ekspresi terguncang terlihat di wajahnya. Dia berujar dengan ekspresi terkejut, "Ga ... gawat! Jenderal Ishan, sepertinya bala bantuan Prabu sudah tiba!"Mendengar itu, Ishan juga terlihat sangat terguncang. Dia benar-benar tidak berdaya sekarang. Napasnya mulai memburu, wajahnya diliputi kepanikan, dan tubuhnya bergetar hebat. "Bahaya! Cepat mundur, cepat perintahkan pasukan untuk mundur!" seru Ishan.Seruan panik banyak orang seketika memenuhi udara. Para wakil jenderal Ishan yang kalang kabut mundur dengan gila-gilaan.Prabu melihat semua itu dengan binar bengis di matanya. Dia berseru pada para prajurit di belakangnya, "Prajurit sekalian, lih
"Jenderal Ishan sudah kalah, beliau sudah kembali ke Provinsi Jawali! Situasi cukup buruk!" lapor prajurit itu dengan suara rendah."Apa?" Ciputra sontak membelalakkan matanya. Tangannya gemetaran sehingga cangkir teh seketika terjatuh ke lantai dan hancur berkeping-keping."Nggak mungkin! Kamu pasti menipuku!" seru Ciputra yang tidak bisa menerima pukulan sebesar ini. Meskipun telah menjadi penguasa, dia masih tidak bisa mengendalikan suasana hatinya dengan baik.Ciputra berjalan ke hadapan prajurit itu, lalu meraih kerah bajunya sambil memelotot. Napasnya pun terasa berat, amarah berkecamuk dalam hatinya."Ishan punya 100.000 prajurit elite! Aku mengerahkan seluruh kekuatan tempur untuk melenyapkan Kerajaan Nuala! Sebelum pergi, Ishan sudah berjanji padaku akan berhasil dan nggak akan membuat kesalahan apa pun!""Kamu pasti mata-mata lawan yang sengaja menghasutku! Kamu ingin membuatku goyah, 'kan? Ini dosa besar!" pekik Ciputra.Prajurit itu ketakutan hingga kakinya melemas. Dia lan
Semua orang mengatakan bekerja di istana sangat berbahaya. Faktanya memang seperti itu. Jika salah berbicara, meskipun itu adalah kebenaran, nyawamu mungkin saja melayang ....Sesudah semuanya pergi, pintu ruangan tertutup rapat. Ciputra berjalan ke belakang, lalu menatap pria bungkuk itu. Pria itu memegang tongkat. Meskipun tidak terlihat terlalu banyak kerutan di wajahnya, seluruh rambutnya sudah putih. Dia berucap dengan dingin, "Kamu terlalu gegabah kali ini. Tadi kamu ingin menjatuhkan hukuman untuk Ishan, 'kan?"Nada bicaranya tidak seperti orang yang berbicara dengan raja, bahkan terdengar ejekan. Belum lagi, sepasang matanya tampak meremehkan Ciputra.Namun, Ciputra hanya bisa berlutut di depannya. Dia memang merasa tidak nyaman, tetapi terpaksa menahan amarah dalam hatinya. Setelah ragu-ragu sejenak, dia menyahut dengan suara rendah, "Ishan sudah berjanji padaku sebelum pergi.""Dia bilang, kalau gagal menghancurkan Kerajaan Nuala, dia akan memenggal kepalanya sendiri. Dia ba
Saat ini, di wilayah Provinsi Jawali, markas Kerajaan Nuala. Terdengar tawa dari dalam kamp, para prajurit bernyanyi dan menari dengan gembira, aroma anggur dan daging memenuhi seluruh kamp!Prabu dan Yudha sedang duduk di dalam kamp sambil mengobrol. "Jenderal Yudha, jika kamu nggak tiba tepat waktu, kami pasti sudah kalah telak dan wilayah Kerajaan Nuala direbut lawan. Jadi, kali ini jasamu sangat besar. Aku akan melaporkannya kepada Raja nanti supaya kamu diberi hadiah besar. Aku nggak akan membiarkan perjuanganmu ini sia-sia!"Prabu memegang gelas anggur sambil berkata demikian. Dia tidak pernah merasa selega ini. Mereka menang kali ini, bukan hanya Ishan yang harus mundur, tetapi banyak prajurit Kerajaan Beluana yang terbunuh!Dengan begitu, mereka tidak akan merasa begitu tertekan lagi di pertempuran selanjutnya. Bahkan, mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang kamp lawan dan melenyapkan seluruh pasukan Ishan.Bagaimanapun, situasi Kerajaan Beluana sedang kacau kar
Ketika melihat ke kejauhan, seluruh tempat dikelilingi oleh gunung. Ishan dan lainnya berada di puncak gunung sehingga bisa melihat situasi di sekitar dengan baik. Tempat ini sangat cocok untuk bertahan!"Sudah tahu berapa banyak prajurit yang tewas kali ini?" Ketika mendengar suara langkah kaki di belakang, Ishan bertanya tanpa menoleh.Bagaimanapun, kekalahan ini bukan hanya berdampak pada semangat juang pasukannya, tetapi juga reputasinya. Ishan disebut sebagai jenderal tak terkalahkan di Kerajaan Beluana dan memang tidak pernah kalah selama bertahun-tahun ini. Oleh karena itu, dia masih diberikan kepercayaan besar ini meskipun sudah berusia 40 tahun.Sayangnya ... Ishan yang mengira semuanya sudah sempurna tidak menduga Yudha akan membawa bala bantuan. Hal ini yang menyebabkan Prabu bisa menang. Jika tidak, mana mungkin dirinya kalah hanya karena Prabu?"Jenderal, masing-masing pasukan sudah menghitung tadi. Total kerugian sekitar 50.000 prajurit. Selain itu, masih ada prajurit yan
"Semuanya, kalian pasti sudah tahu situasi sekarang, 'kan? Kita nggak punya jalan mundur lagi. Kalau membawa prajurit kembali, Raja pasti sangat kecewa. Karena kita yang menyebabkan situasi menjadi seperti ini, kita harus merebut kembali kehormatan yang hilang itu! Apa kalian yakin bisa melakukannya?" ucap Ishan yang berdiri di hadapan semua orang.Ishan mencoba untuk menyemangati mereka karena semangat juang adalah yang terpenting, tidak peduli kapan pun itu! Mereka boleh saja kalah, tetapi harus bangkit kembali dan mendapatkan kemenangan!"Ya, kami yakin!" seru para jenderal dengan serempak. Sementara itu, para prajurit yang berada di samping juga turut berseru, membuat suasana menjadi berkobar-kobar.Ishan tersenyum puas. Dia berjalan ke hadapan orang-orang, lalu berucap, "Aku tahu kalian semua merasa kesal. Tapi, situasi ini telah terjadi, kita juga nggak ingin berakhir seperti ini.""Karena sudah kalah sekali, kita harus lebih berhati-hati lagi. Jangan sampai musuh punya peluang u
Setelah kembali dari Sekte Gunung dan Sekte Langit, Wira akhirnya memahami sesuatu, yaitu dirinya harus memiliki kekuatan yang mutlak jika ingin berdiri di puncak! Ketika saat itu tiba, dia baru bisa mencapai kesuksesan dan menjadi penguasa!"Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Kini pemenangnya sudah diketahui, apa kita masih akan menonton seperti ini?" tanya Biantara sambil menatap Wira."Nggak usah terburu-buru ...." Wira mengetuk meja dengan perlahan. Senyuman di wajahnya sontak melebar. Kemudian, dia menyesap teh sebelum meneruskan, "Ishan memang sudah kalah, tapi Prabu belum tentu sudah menang.""Ishan bukan orang yang mudah menyerah. Selain itu, aku memahami latar belakang Keluarga Barus. Mereka kehilangan banyak pasukan, jadi sudah waktunya mendesak orang yang berada di belakang mereka untuk keluar. Ini baru tujuan kita."Kerajaan Beluana dan Kerajaan Nuala sudah memulai pertarungan. Apalagi, Kerajaan Beluana baru berganti penguasa. Hal ini kelihatannya tidak
Hayam menganggukkan kepala saat menerima perintah itu, lalu segera berbalik dan keluar.Melihat situasi itu, Adjie terlihat sangat bersemangat. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Setelah berpikir sejenak, Wira perlahan-lahan berkata, "Kalau kita menyerang musuh sekarang, ini bukan pilihan yang tepat. Sekarang kita hanya perlu menunggu kabar dari Hayam. Kalau mereka berhasil mengalahkan Zaki, kita akan segera bergerak dari jalur lain. Kita akan menyerang mereka dari depan dan belakang sekaligus."Mendengar perkataan itu, semua orang langsung menganggukkan kepala dengan semangat. Menurut mereka, rencana Wira kali ini pasti akan berhasil. Lagi pula, jika rencana ini berjalan dengan baik, langkah selanjutnya tidak akan begitu sulit lagi.Melihat situasinya sudah jelas, Adjie tiba-tiba teringat sesuatu. Dia menatap Wira dan berkata dengan pelan, "Tuan, bagaimana kalau aku memerintahkan para saudara kita untuk beristirahat
Sebaliknya, Arhan malah merasa agak ragu. Dia menatap Wira dan Adjie serta yang lainnya dengan aneh, lalu berkata dengan pelan, "Tuan, apa yang sebenarnya telah terjadi?"Mendengar Arhan bertanya seperti itu, Wira menjelaskan, "Sebelumnya kami sudah memperkirakan sebentar lagi musuh pasti akan mengetahui rencana kita, jadi aku dan Adjie merasa sangat khawatir. Tapi, kami nggak menyangka musuh akan menyadarinya begitu cepat, sehingga mereka menahan kalian agar pasukan di belakangnya bisa punya cukup waktu untuk bersiap-siap."Arhan langsung tertegun sejenak karena dia tidak menyangka masalah ini akan menjadi seperti ini. Namun, dia seolah-olah teringat sesuatu dan berkata dengan nada muram, "Saat sedang memimpin pasukan ke sana, aku dan Hayam menyadari mereka sudah bersiap-siap dan sedang menunggu kami. Jadi, kami merasa rencana kita kali ini benar-benar sudah ketahuan."Mendengar perkataan itu, Wira dan Adjie langsung tertegun.Pada saat itu, Adjie seolah-olah teringat sesuatu dan bert
Begitu Adjie selesai berbicara, Hayam dan yang lainnya segera masuk dari luar. Saat melihat Wira dan yang lainnya, mereka langsung memberi hormat. Arhan juga mengikutinya masuk ke dalam tenda dari belakang.Melihat ekspresi kedua orang itu terlihat aneh, Adjie langsung tertegun. Sebelum Wira sempat berbicara, dia langsung bertanya, "Kenapa? Apa terjadi sesuatu?"Setelah saling memandang dengan Arhan, Hayam menatap Wira dan berkata, "Tuan, kami berdua hampir saja nggak bisa kembali lagi. Entah apa yang terjadi, kali ini pasukan musuh malah berniat untuk bertempur sengit dengan kami. Kalau bukan karena kami segera menyadari situasinya, mungkin kali ini kami nggak akan bisa kembali lagi."Mendengar kejadian itu, Wira langsung tertegun. Saat ini, pasukan musuh seharusnya sudah kelelahan, tetapi mereka malah memilih melawan pasukannya dengan sengit. Merasa perubahan yang mendadak ini memiliki maksud tersembunyi, dia pun secara refleks menatap Adjie yang berdiri di sampingnya.Adjie juga lan
Pasukan kavaleri dari kedua belah pihak langsung terlibat dalam pengejaran sengit di dataran selatan Pulau Hulu.Arhan langsung menatap Hayam, lalu mengernyitkan alis dan berteriak, "Ada yang nggak beres. Kali ini musuh malah berani mengejar kita sampai keluar dari Pulau Hulu, ini jelas mencurigakan."Hayam juga merasa bingung dan penasaran mengapa pasukan utara tiba-tiba bertindak seperti menggila. Dia dan Arhan sudah bersiap dan mengatur pasukan terlebih dahulu, sehingga mereka tidak mengetahui rencana musuh. Melihat pasukan utara menyerbu, dia langsung berteriak, "Lebih baik kita kembali dulu baru mencari tahu. Aku merasa ada yang nggak beres dengan pasukan utara ini."Joko yang mengejar pasukan Wira dari arah belakang dengan cepat tiba-tiba mengernyitkan alis. Dia tidak menyangka pengejaran ini malah membuat mereka hampir saja masuk terlalu dalam ke wilayah musuh. Dia pun segera memerintah, "Semua pasukan hentikan pengejaran dan mundur."Para pasukan yang berada di belakang Joko la
Setelah Joko pergi, Darsa yang berdiri di dalam tenda menghela napas karena saat ini dia benar-benar tidak tahu apa rencana Wira dan yang lainnya. Namun, sekarang dia hanya bisa menebak karena dia tidak mungkin bisa selalu mengetahui semua pergerakan musuh di garis depan.....Di luar tenda, Joko memimpin pasukan kavaleri dan segera bergerak maju karena sudah menerima perintah dari Wira. Tidak peduli apa pun yang terjadi, mereka harus menahan pergerakan musuh.Di dataran terbuka di garis depan, Arhan dan Hayam juga sedang memimpin pasukan kavaleri mereka perlahan-lahan maju. Mereka juga sudah menerima perintah dari Wira sebelumnya, sehingga mereka tahu saat ini mereka harus selalu waspada. Bagaimanapun juga, Wira sudah memperingatkan mereka bahwa pasukan utara memiliki rencana licik, sehingga posisi mereka pasti sangat tidak menguntungkan.Saat pasukan mereka terus bergerak maju, Hayam menatap Arhan dan berkata dengan nada muram, "Sebelumnya, Tuan bilang sekarang kita harus membuat mus
Adjie tertegun dan berpikir sejenak, lalu perlahan-lahan berkata, "Kalau mereka ingin menggagalkan rencana kita, mereka hanya bisa menahan kita atau melancarkan serangan langsung pada kita. Jadi, kemungkinan besar mereka akan menjalankan kedua pilihan ini sekaligus."Wira langsung tertawa terbahak-bahak, lalu menatap Adjie dan berkata, "Bagus, analisismu ini memang benar. Musuh mungkin akan benar-benar melakukannya. Aku tanya sekali lagi, apa rencanamu kalau mereka benar-benar melakukannya?"Adjie langsung berpikir sejenak. Hal pertama yang harus dilakukannya adalah memastikan bagaimana musuh akan menyerang agar dia bisa menentukan langkah balasan yang tepat. Memikirkan hal ini, dia pun mengernyitkan alis.Sementara itu, Agha dan Nafis saling memandang karena mereka benar-benar bingung harus bagaimana menyelesaikan masalah ini.Adjie maju dan mengamati peta itu dengan saksama, lalu perlahan-lahan berkata, "Tunggu, aku mulai mengerti sekarang. Musuh pasti akan reorganisasi pasukannya. K
Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Setelah merespons, Hayam berbalik dan pergi.Setelah Hayam pergi, Adjie yang berdiri di samping mengernyitkan alis dan berkata sambil tersenyum, "Tuan, kenapa kita harus lebih mendekat?"Menurut Adjie dan yang lainnya, menjaga jarak yang lebih jauh lebih menguntungkan jika mereka tidak berniat untuk bertarung langsung dengan musuh. Namun, melihat strategi yang direncanakan sekarang, mereka merasa agak merepotkan. Bagaimanapun juga, mereka juga tahu menangani masalah ini dengan cara seperti ini bukan hal yang mudah.Salah seorang mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya kita juga nggak menyangka, tapi sekarang kelihatannya situasi ini benar-benar merepotkan. Selain itu, apa kalian menyadari sesuatu? Kalau kita berhasil menyelesaikan masalah ini, musuh pasti akan kesulitan."Semua orang pun menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Wira tersenyum dan berkata, "Hehe. Kalau kita tetap menjaga jarak, musuh akan mencurigai kita. Tapi, ka
Adjie berbicara sambil menunjuk pada lokasi di peta.Melihat titik yang ditunjuk, Wira tertegun sejenak karena dia benar-benar tidak terpikirkan tempat ini sebelumnya. Dia bertanya dengan sangat penasaran, "Kalau dilihat dari peta ini, tempat ini sepertinya adalah Gunung Sembilan Naga. Kalau musuh menyerang kita dari tempat ini, mereka harus menguasainya lebih dulu. Tapi, seharusnya nggak mudah melewati gunung ini, 'kan?"Tepat pada saat itu, Hayam tiba-tiba masuk dari luar. Sebelumnya, dia dan Arhan sedang sibuk menyiapkan pasukan sesuai dengan rencana Wira agar bisa langsung dikerahkan. Mereka akan menjadi gelombang ketiga yang melancarkan serangan.Begitu melihat Hayam, Wira tersenyum dan berkata, "Hayam, kamu sudah menempatkan pasukan di daerah ini?"Setelah maju dengan ekspresi bingung dan melihat tempat yang ditunjuk Wira di peta, Hayam baru perlahan-lahan berkata, "Gunung Sembilan Naga? Aku memang sudah menempatkan seluruh anggota yang aku bawa dari Paviliun Langit di sana. Ngga
Darsa langsung menganggukkan kepala, lalu berkata, "Kalau rencana ini sudah berjalan, langkah selanjutnya akan jadi lebih mudah. Untuk saat ini, kita selesaikan urusan sebelumnya dulu."Joko juga menganggukkan kepala, lalu menatap lokasi Gunung Sembilan Naga di peta dan berkata dengan pelan, "Aku nggak tahu apa semuanya bisa berjalan sesuai dengan rencana. Tapi, bagi kita, tugas ini tetap merepotkan. Bagaimana menurut kalian?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum dan menganggukkan kepala karena mereka juga merasa strategi ini bisa dijalankan. Beberapa saat kemudian, seseorang tersenyum dan berkata, "Sebelumnya kita juga nggak menyangka hal ini akan terjadi, tapi sekarang sepertinya pasukan besar Wira akan sangat kesulitan."Setelah semuanya sudah disiapkan, Darsa berkata dengan pelan, "Ah, ini memang sangat merepotkan. Sekarang aku malah makin tertarik dengan Wira."Mendengar perkataan itu, Joko tersenyum.Seolah-olah teringat sesuatu, Darsa kembali berkata, "Kalau dugaanku n