Ishan memang hebat, tetapi kenapa bukan Ciputra sendiri yang memimpin pasukan? Berdasarkan sifat Ciputra, dia pasti akan turun tangan sendiri jika sudah memutuskan untuk berperang dengan Kerajaan Nuala. Dengan demikian, Ciputra baru bisa tenang. Namun, sepertinya sekarang Ciputra menyembunyikan sesuatu."Apa Kerajaan Nuala punya cara untuk menghadapi situasi ini?" tanya Wira. Dia mengetuk meja sambil memandang Biantara."Tentu saja ada. Mereka mengutus seorang jenderal yang hebat, namanya Prabu," jawab Biantara.Wira tentu pernah mendengar tentang Prabu. Dia memang orang yang hebat dan sangat kejam di medan perang. Setelah berhasil merebut sebuah kota, terkadang Prabu akan membantai semua penduduknya agar tidak ada kesalahan apa pun.Tidak disangka, Ishan bertarung dengan Prabu. Sepertinya, peperangan ini akan memakan banyak korban. Kemudian, Wira berpesan kepada Biantara, "Cepat utus orang untuk mengawasi situasinya. Kalau ada sesuatu yang terjadi, ingat beri tahu aku. Kamu harus mela
Setelah mendengar ucapan Jalil, pasukan Kerajaan Nuala langsung tertawa terbahak-bahak. Bashar tidak menyangka Jalil melawannya dengan cara seperti ini.Bashar berkata, "Pemikiranmu benar-benar berbeda dengan orang lain. Aku bisa maju ke medan perang di usia semuda ini karena aku punya kemampuan bertarung yang hebat dan pintar. Nggak seperti kamu yang sudah tua, tapi pangkatmu masih begitu rendah."Bashar juga tidak mau kalah. Mereka berdua saling bertatapan dengan niat membunuh yang intens. Kemudian, keduanya mulai bertarung dengan pedang mereka. Bashar dan Jalil terus melancarkan jurus andalan mereka.Jalil memang lebih tua dari Bashar, tetapi Jalil sama sekali tidak mengalah kepada Bashar. Bagaimanapun, kemampuan bertarung adalah yang terpenting di medan perang, bukan usia seseorang.Jalil yang menunggangi kuda terus menyerang Bashar. Dia melancarkan serangan mendadak, tetapi Bashar berhasil menghindarinya.Bashar juga serius bertarung. Dia melompat dari kudanya, lalu menginjak tomb
Sesudah memahami situasinya, Biantara menyampaikan laporan ini kepada Wira. Saat ini, Wira sudah siap rapat dan sedang bersama Farrel. Dia awalnya ingin memahami beberapa hal tentang Keluarga Barus, tetapi Farrel seperti orang yang hilang ingatan. Wanita ini tidak bisa mengingat apa-apa."Kak Wira, ada yang ingin kulaporkan." Begitu mendengar suara lantang Biantara, Wira pelan-pelan menoleh dan mengisyaratkannya untuk menunggu di ruangan samping. Dia akan segera ke sana.Sesudah Biantara pergi, Wira mengobrol lagi dengan Farrel. Dia merasa sangat enggan, ingin sekali mencari tahu apa yang terjadi sebelumnya."Tuan, aku benar-benar ingin memberitahumu semuanya, tapi nggak bisa ingat. Mungkin karena dikurung terlalu lama, makanya otakku ini jadi bermasalah," ucap Farrel.Wira mengernyit melihat Farrel yang tampak tidak berdaya. Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi? Meskipun seseorang dikurung lama, mereka hanya akan merasa tertekan dan frustrasi, tidak akan linglung seperti ini, apalag
"Kak Wira, bawahanku bilang ada beberapa orang di kamp mereka yang memakai topeng, pakaian mereka juga terlihat aneh," jelas Biantara.Wira seketika memahaminya. Orang-orang ini seharusnya diutus oleh Sekte Gunung. Hanya saja, apa mereka tahu bahwa mereka berdiri di pihak yang berbeda? Mereka berasal dari tempat yang sama, tetapi malah harus saling membunuh. Jika benar seperti itu, bukankah Sekte Gunung terlalu kejam? Mereka bahkan tega membunuh orang sendiri."Awasi orang-orang itu dengan baik. Kalau ada situasi aneh, segera laporkan kepadaku. Kamu sudah boleh pergi kalau nggak ada hal lain lagi." Setelah mendengar ucapan Wira ini, Biantara pun pergi.Di sisi lain, perubahan benar-benar mulai terjadi di medan tempur. Di kamp Kerajaan Beluana, Ishan sedang mengobrol dengan sesosok yang misterius."Terima kasih sudah membantu hari ini. Tanpa kalian, kita akan sulit mengalahkan jenderal lawan," ucap Ishan. Bawahan Biantara melewati tempat ini, diam-diam menguping pembicaraan mereka."Sam
Raut wajah Prabu tampak sangat masam. Dia meletakkan cangkir tehnya, lalu menyibakkan tirai kamp dan berjalan ke luar.Banyak prajurit yang telah memasang postur pertahanan dengan ekspresi serius. Begitu Ishan melancarkan serangan, mereka bisa melawan kapan saja. Ini yang diharapkan dari pasukan elite yang dibina oleh Prabu!Sorot mata Prabu tampak serius saat menginstruksi, "Beri tahu semua prajurit untuk nggak bertindak gegabah. Dengarkan perintah dariku!""Baik, Jenderal!" Wakil jenderal yang berdiri di samping bergegas berlari ke luar dan memberi tahu semua orang pesan dari Prabu.Sementara itu, Prabu mengempaskan mantel bulunya dan segera berjalan ke depan. Kemudian, dia menatap ke kejauhan dengan angkuh.Tampak Ishan yang membawa 1.000 prajurit. Mereka semua mengepung pintu masuk kamp Kerajaan Nuala.Ishan menatap Prabu dengan ekspresi sombong sembari memicingkan mata. Terlihat pula senyuman bangganya, seolah-olah tidak takut pada Prabu."Jenderal Prabu, kita bertemu lagi," sapa
Ishan bertanya dengan dingin, "Bagaimana kalau aku bilang, aku akan membunuhmu dengan satu serangan?"Tatapan Prabu tampak mengejek. Dia menunjuk 1.000 pasukan di belakang Ishan, lalu bertanya balik, "Jadi, kamu menyiapkan 1.000 pasukan itu untuk melawanku?""Pasukan kami akan tiba sebentar lagi, takutnya kalian nggak akan sanggup melawan nanti. Jadi, apa kamu berani menerima tantanganku?" timpal Ishan sambil memicingkan mata.Ishan hanya berpura-pura mengerahkan pasukan untuk melawan Prabu. Dia telah mengatur pasukan untuk membakar bahan pangan lawan.Sayangnya, Ishan tidak tahu bahwa Prabu telah membuat persiapan sejak awal. Lagi pula, hal seperti membakar bahan pangan sudah sering terjadi di masa perang. Itu sebabnya, Prabu sudah membuat tindakan pencegahan. Dia tidak takut pada tantangan Ishan, bahkan merasa cukup menarik.Ishan menatapnya dengan tatapan meremehkan. Dia sudah mengutus ahli bela diri paling hebat, jadi tidak takut apa pun.Prabu juga menatapnya dengan senyuman mengh
Klang! Dalam sekejap, terdengar benturan keras. Saat ini, kedua belah pihak masing-masing menggenggam golok dan pedang. Senjata tajam berbenturan, menimbulkan suara yang nyaring. Mereka tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun terhadap satu sama lain!"Nggak kusangka, ternyata kamu hebat juga!" seru pria yang memegang golok dengan sorot mata dingin. Sekujur tubuhnya dipenuhi aura suram, tatapannya dipenuhi amarah. Dia meneruskan, "Tapi, aku nggak mungkin menyerah!""Hehe, aku nggak menyuruhmu menyerah kok. Sebaiknya kamu kerahkan seluruh kekuatan untuk melawanku. Kalau nggak, aku nggak akan melepaskanmu begitu saja!" sahut pria yang memegang pedang.Mereka berdua mengerahkan segenap tenaga untuk bertarung. Napas keduanya memburu. Seiring pertarungan, cedera pada tubuh keduanya pun menjadi makin banyak.Pria bergolok memperlihatkan ekspresi ganas. Kedua matanya tampak suram saat berucap, "Kamu sudah salah besar karena memilih bermusuhan denganku di kehidupan ini!"Saat ini, wajah pria y
Saat ini, di Dusun Darmadi. Wira duduk di bawah pohon besar halamannya sambil menyeduh teh dengan santai. Dia tampak tenang, tidak terlihat sedikit pun kepanikan.Biantara menatap Wira dengan tatapan tidak berdaya, lalu bertanya dengan bingung, "Kak, kenapa kamu bisa setenang ini? Kamu nggak takut orang itu dibunuh?"Wira tidak menanggapi, melainkan menuangkan teh dan menyodorkannya kepada Biantara. "Ayo, minum teh bersamaku." Biantara memanggil dengan ragu-ragu, "Kak Wira ....""Lapor!" Tiba-tiba, seorang prajurit yang menunggang kuda berseru sambil menghampiri. Wajahnya tampak panik. Begitu tiba di hadapan Biantara, dia langsung menyerahkan gulungan di tangannya."Kak, ada laporan terbaru!" ujar Biantara dengan gugup. Sorot matanya tampak cemas saat melapor, "Katanya, kekuatan kedua orang itu seimbang, sulit untuk dipastikan siapa yang akan menang!"Setelah mendengarnya, ekspresi Wira masih tenang seperti biasa. Dia tersenyum, lalu menyesap teh dan menyahut dengan santai, "Nggak per
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m