Share

Bab 1562

Penulis: Arif
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Kak Wira, bawahanku bilang ada beberapa orang di kamp mereka yang memakai topeng, pakaian mereka juga terlihat aneh," jelas Biantara.

Wira seketika memahaminya. Orang-orang ini seharusnya diutus oleh Sekte Gunung. Hanya saja, apa mereka tahu bahwa mereka berdiri di pihak yang berbeda? Mereka berasal dari tempat yang sama, tetapi malah harus saling membunuh. Jika benar seperti itu, bukankah Sekte Gunung terlalu kejam? Mereka bahkan tega membunuh orang sendiri.

"Awasi orang-orang itu dengan baik. Kalau ada situasi aneh, segera laporkan kepadaku. Kamu sudah boleh pergi kalau nggak ada hal lain lagi." Setelah mendengar ucapan Wira ini, Biantara pun pergi.

Di sisi lain, perubahan benar-benar mulai terjadi di medan tempur. Di kamp Kerajaan Beluana, Ishan sedang mengobrol dengan sesosok yang misterius.

"Terima kasih sudah membantu hari ini. Tanpa kalian, kita akan sulit mengalahkan jenderal lawan," ucap Ishan. Bawahan Biantara melewati tempat ini, diam-diam menguping pembicaraan mereka.

"Sam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1563

    Raut wajah Prabu tampak sangat masam. Dia meletakkan cangkir tehnya, lalu menyibakkan tirai kamp dan berjalan ke luar.Banyak prajurit yang telah memasang postur pertahanan dengan ekspresi serius. Begitu Ishan melancarkan serangan, mereka bisa melawan kapan saja. Ini yang diharapkan dari pasukan elite yang dibina oleh Prabu!Sorot mata Prabu tampak serius saat menginstruksi, "Beri tahu semua prajurit untuk nggak bertindak gegabah. Dengarkan perintah dariku!""Baik, Jenderal!" Wakil jenderal yang berdiri di samping bergegas berlari ke luar dan memberi tahu semua orang pesan dari Prabu.Sementara itu, Prabu mengempaskan mantel bulunya dan segera berjalan ke depan. Kemudian, dia menatap ke kejauhan dengan angkuh.Tampak Ishan yang membawa 1.000 prajurit. Mereka semua mengepung pintu masuk kamp Kerajaan Nuala.Ishan menatap Prabu dengan ekspresi sombong sembari memicingkan mata. Terlihat pula senyuman bangganya, seolah-olah tidak takut pada Prabu."Jenderal Prabu, kita bertemu lagi," sapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1564

    Ishan bertanya dengan dingin, "Bagaimana kalau aku bilang, aku akan membunuhmu dengan satu serangan?"Tatapan Prabu tampak mengejek. Dia menunjuk 1.000 pasukan di belakang Ishan, lalu bertanya balik, "Jadi, kamu menyiapkan 1.000 pasukan itu untuk melawanku?""Pasukan kami akan tiba sebentar lagi, takutnya kalian nggak akan sanggup melawan nanti. Jadi, apa kamu berani menerima tantanganku?" timpal Ishan sambil memicingkan mata.Ishan hanya berpura-pura mengerahkan pasukan untuk melawan Prabu. Dia telah mengatur pasukan untuk membakar bahan pangan lawan.Sayangnya, Ishan tidak tahu bahwa Prabu telah membuat persiapan sejak awal. Lagi pula, hal seperti membakar bahan pangan sudah sering terjadi di masa perang. Itu sebabnya, Prabu sudah membuat tindakan pencegahan. Dia tidak takut pada tantangan Ishan, bahkan merasa cukup menarik.Ishan menatapnya dengan tatapan meremehkan. Dia sudah mengutus ahli bela diri paling hebat, jadi tidak takut apa pun.Prabu juga menatapnya dengan senyuman mengh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1565

    Klang! Dalam sekejap, terdengar benturan keras. Saat ini, kedua belah pihak masing-masing menggenggam golok dan pedang. Senjata tajam berbenturan, menimbulkan suara yang nyaring. Mereka tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun terhadap satu sama lain!"Nggak kusangka, ternyata kamu hebat juga!" seru pria yang memegang golok dengan sorot mata dingin. Sekujur tubuhnya dipenuhi aura suram, tatapannya dipenuhi amarah. Dia meneruskan, "Tapi, aku nggak mungkin menyerah!""Hehe, aku nggak menyuruhmu menyerah kok. Sebaiknya kamu kerahkan seluruh kekuatan untuk melawanku. Kalau nggak, aku nggak akan melepaskanmu begitu saja!" sahut pria yang memegang pedang.Mereka berdua mengerahkan segenap tenaga untuk bertarung. Napas keduanya memburu. Seiring pertarungan, cedera pada tubuh keduanya pun menjadi makin banyak.Pria bergolok memperlihatkan ekspresi ganas. Kedua matanya tampak suram saat berucap, "Kamu sudah salah besar karena memilih bermusuhan denganku di kehidupan ini!"Saat ini, wajah pria y

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1566

    Saat ini, di Dusun Darmadi. Wira duduk di bawah pohon besar halamannya sambil menyeduh teh dengan santai. Dia tampak tenang, tidak terlihat sedikit pun kepanikan.Biantara menatap Wira dengan tatapan tidak berdaya, lalu bertanya dengan bingung, "Kak, kenapa kamu bisa setenang ini? Kamu nggak takut orang itu dibunuh?"Wira tidak menanggapi, melainkan menuangkan teh dan menyodorkannya kepada Biantara. "Ayo, minum teh bersamaku." Biantara memanggil dengan ragu-ragu, "Kak Wira ....""Lapor!" Tiba-tiba, seorang prajurit yang menunggang kuda berseru sambil menghampiri. Wajahnya tampak panik. Begitu tiba di hadapan Biantara, dia langsung menyerahkan gulungan di tangannya."Kak, ada laporan terbaru!" ujar Biantara dengan gugup. Sorot matanya tampak cemas saat melapor, "Katanya, kekuatan kedua orang itu seimbang, sulit untuk dipastikan siapa yang akan menang!"Setelah mendengarnya, ekspresi Wira masih tenang seperti biasa. Dia tersenyum, lalu menyesap teh dan menyahut dengan santai, "Nggak per

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1567

    Saat ini, Yudha memimpin 30.000 pasukan elitenya, menempuh perjalanan tanpa beristirahat sedikit pun dengan kecepatan tinggi.Sementara itu, di kamp Prabu, Ishan menatapnya sambil tersenyum dingin. Dia berucap dengan tatapan menghina, "Jenderal Prabu yang terhormat, harus kuakui, kamu sangat pintar membual. Apa kamu bisa memberitahuku, bagaimana caranya supaya menjadi tak kenal takut sepertimu?""Hahaha!" Sesudah mendengar perkataan ini, Prabu tidak marah, melainkan tergelak. Ekspresinya tampak tenang, tetapi tatapannya tampak mengejek, seolah-olah tidak peduli pada provokasi Ishan.Sebenarnya, kedua orang ini sama-sama sedang menunggu. Yang satu menunggu informasi bahwa bahan pangan sudah dibakar, supaya mereka bisa melawan tanpa rasa takut. Yang satu menunggu pasukan bantuan tiba.Namun, Ishan sama sekali tidak tahu tentang ini. Dia terus menantang Prabu untuk mengulur waktu, berharap pihaknya bisa menang."Prabu, sebenarnya kamu nggak pantas dipanggil jenderal. Ini hanya menjadi pen

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1568

    Tatapan Prabu tampak suram. Dia berkata, "Ya sudah. Kalau kamu nggak ngerti, anggap saja aku nggak bilang apa-apa."Prabu menatap Ishan dengan dingin, seolah-olah mengisyaratkan bahwa dirinya tidak peduli pada tingkahnya. Kemudian, dia meneruskan, "Oh, bukannya kamu ingin menyerangku? Silakan saja."Ishan tertegun mendengarnya. Dia memicingkan matanya, mengamati Prabu dengan waspada sambil bertanya balik, "Kenapa? Kamu sudah nggak sabar, ya?""Benar sekali." Prabu sontak mendongak dan tergelak. Kemudian, dia melanjutkan, "Aku ingin lihat, bagaimana pasukanmu ini bisa mengalahkan pasukanku."Ketika mengatakan ini, Prabu sengaja mengamati sekeliling dengan nakal. Sesudahnya, dia berucap dengan serius, "Sebenarnya, masih ada yang ingin kutanyakan padamu.""Oh?" Ishan tersenyum tipis mendengarnya. Dia menimpali, "Tanyakan saja, aku justru penasaran dengan pertanyaan yang akan kamu lontarkan ini."Prabu terkekeh-kekeh sinis, lalu menunjuk pasukan di belakang Ishan dan berucap, "Bukannya kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1569

    "Rencana jahat?" Ishan tertawa dingin dan memicingkan matanya, menatap Prabu dengan raut beringas. Kemudian, dia berujar dengan sinis, "Jenderal Prabu, lebih baik kamu menjaga nada bicaramu. Kalau nggak, aku nggak bisa menjamin bagaimana nasibmu."Ucapan Ishan membuat ekspresi Prabu tiba-tiba berubah dingin. Dia terkekeh-kekeh, lalu membalas dengan binar mengejek di matanya, "Ishan, kamu kira kamu layak mengancamku seperti itu? Untuk menghadapi pengkhianat sepertimu, aku tentu sudah menyiapkan segala macam solusi."Prabu berhenti bicara sejenak, lalu tiba-tiba tersenyum dingin dan melanjutkan, "Kalau nggak, mungkin saja kamu akan menggunakan cara biadab dan licik untuk melawanku, 'kan?"Mendengar itu, raut wajah Ishan pun berubah dingin. Napasnya mulai memburu dan matanya perlahan memancarkan binar muram.Dengan ekspresi dingin dan sorot mata menghina, Ishan berujar dengan nada sinis, "Prabu, kalau kamu memang sudah membuat persiapan sejak awal, kamu nggak mungkin bersilat lidah begitu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1570

    "Apa?" sahut Ishan. Entah kenapa, dia terkejut saat mendengar ucapan Prabu. Kenapa Prabu bisa tahu pemikirannya? Kali ini, mereka memang tidak ingin bertarung dengan Prabu. Mereka hanya ingin mengalihkan perhatian untuk prajurit di bagian belakang. Namun, sepertinya Prabu sama sekali tidak terjebak.Prabu tetap bersikap tenang. Tidak peduli apa pun yang diucapkan Ishan, Prabu juga tidak berniat untuk beraksi! Bagaimanapun, pasukan Prabu lebih sedikit dari pasukan Ishan. Jadi, belum tentu Prabu bisa menang.Ishan memandang Prabu dengan ekspresi dingin. Awalnya, Ishan berniat menunggu kabar dari prajurit di bagian belakang yang berhasil membakar persediaan makanan pasukan Prabu. Begitu mendapatkan kabar ini, Ishan akan langsung memusnahkan pasukan Prabu.Namun, sekarang Prabu yang licik ini sepertinya sudah mengetahui trik Ishan. Kala ini, Ishan mulai ragu. Jika Prabu telah mengetahui rencana Ishan, masalahnya akan menjadi rumit. Prabu pasti akan menggunakan berbagai cara untuk melawan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2722

    Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2721

    "Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2720

    "Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2719

    Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2718

    Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2717

    Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2716

    Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2715

    "Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2714

    Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan

DMCA.com Protection Status