Raut wajah Prabu tampak sangat masam. Dia meletakkan cangkir tehnya, lalu menyibakkan tirai kamp dan berjalan ke luar.Banyak prajurit yang telah memasang postur pertahanan dengan ekspresi serius. Begitu Ishan melancarkan serangan, mereka bisa melawan kapan saja. Ini yang diharapkan dari pasukan elite yang dibina oleh Prabu!Sorot mata Prabu tampak serius saat menginstruksi, "Beri tahu semua prajurit untuk nggak bertindak gegabah. Dengarkan perintah dariku!""Baik, Jenderal!" Wakil jenderal yang berdiri di samping bergegas berlari ke luar dan memberi tahu semua orang pesan dari Prabu.Sementara itu, Prabu mengempaskan mantel bulunya dan segera berjalan ke depan. Kemudian, dia menatap ke kejauhan dengan angkuh.Tampak Ishan yang membawa 1.000 prajurit. Mereka semua mengepung pintu masuk kamp Kerajaan Nuala.Ishan menatap Prabu dengan ekspresi sombong sembari memicingkan mata. Terlihat pula senyuman bangganya, seolah-olah tidak takut pada Prabu."Jenderal Prabu, kita bertemu lagi," sapa
Ishan bertanya dengan dingin, "Bagaimana kalau aku bilang, aku akan membunuhmu dengan satu serangan?"Tatapan Prabu tampak mengejek. Dia menunjuk 1.000 pasukan di belakang Ishan, lalu bertanya balik, "Jadi, kamu menyiapkan 1.000 pasukan itu untuk melawanku?""Pasukan kami akan tiba sebentar lagi, takutnya kalian nggak akan sanggup melawan nanti. Jadi, apa kamu berani menerima tantanganku?" timpal Ishan sambil memicingkan mata.Ishan hanya berpura-pura mengerahkan pasukan untuk melawan Prabu. Dia telah mengatur pasukan untuk membakar bahan pangan lawan.Sayangnya, Ishan tidak tahu bahwa Prabu telah membuat persiapan sejak awal. Lagi pula, hal seperti membakar bahan pangan sudah sering terjadi di masa perang. Itu sebabnya, Prabu sudah membuat tindakan pencegahan. Dia tidak takut pada tantangan Ishan, bahkan merasa cukup menarik.Ishan menatapnya dengan tatapan meremehkan. Dia sudah mengutus ahli bela diri paling hebat, jadi tidak takut apa pun.Prabu juga menatapnya dengan senyuman mengh
Klang! Dalam sekejap, terdengar benturan keras. Saat ini, kedua belah pihak masing-masing menggenggam golok dan pedang. Senjata tajam berbenturan, menimbulkan suara yang nyaring. Mereka tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun terhadap satu sama lain!"Nggak kusangka, ternyata kamu hebat juga!" seru pria yang memegang golok dengan sorot mata dingin. Sekujur tubuhnya dipenuhi aura suram, tatapannya dipenuhi amarah. Dia meneruskan, "Tapi, aku nggak mungkin menyerah!""Hehe, aku nggak menyuruhmu menyerah kok. Sebaiknya kamu kerahkan seluruh kekuatan untuk melawanku. Kalau nggak, aku nggak akan melepaskanmu begitu saja!" sahut pria yang memegang pedang.Mereka berdua mengerahkan segenap tenaga untuk bertarung. Napas keduanya memburu. Seiring pertarungan, cedera pada tubuh keduanya pun menjadi makin banyak.Pria bergolok memperlihatkan ekspresi ganas. Kedua matanya tampak suram saat berucap, "Kamu sudah salah besar karena memilih bermusuhan denganku di kehidupan ini!"Saat ini, wajah pria y
Saat ini, di Dusun Darmadi. Wira duduk di bawah pohon besar halamannya sambil menyeduh teh dengan santai. Dia tampak tenang, tidak terlihat sedikit pun kepanikan.Biantara menatap Wira dengan tatapan tidak berdaya, lalu bertanya dengan bingung, "Kak, kenapa kamu bisa setenang ini? Kamu nggak takut orang itu dibunuh?"Wira tidak menanggapi, melainkan menuangkan teh dan menyodorkannya kepada Biantara. "Ayo, minum teh bersamaku." Biantara memanggil dengan ragu-ragu, "Kak Wira ....""Lapor!" Tiba-tiba, seorang prajurit yang menunggang kuda berseru sambil menghampiri. Wajahnya tampak panik. Begitu tiba di hadapan Biantara, dia langsung menyerahkan gulungan di tangannya."Kak, ada laporan terbaru!" ujar Biantara dengan gugup. Sorot matanya tampak cemas saat melapor, "Katanya, kekuatan kedua orang itu seimbang, sulit untuk dipastikan siapa yang akan menang!"Setelah mendengarnya, ekspresi Wira masih tenang seperti biasa. Dia tersenyum, lalu menyesap teh dan menyahut dengan santai, "Nggak per
Saat ini, Yudha memimpin 30.000 pasukan elitenya, menempuh perjalanan tanpa beristirahat sedikit pun dengan kecepatan tinggi.Sementara itu, di kamp Prabu, Ishan menatapnya sambil tersenyum dingin. Dia berucap dengan tatapan menghina, "Jenderal Prabu yang terhormat, harus kuakui, kamu sangat pintar membual. Apa kamu bisa memberitahuku, bagaimana caranya supaya menjadi tak kenal takut sepertimu?""Hahaha!" Sesudah mendengar perkataan ini, Prabu tidak marah, melainkan tergelak. Ekspresinya tampak tenang, tetapi tatapannya tampak mengejek, seolah-olah tidak peduli pada provokasi Ishan.Sebenarnya, kedua orang ini sama-sama sedang menunggu. Yang satu menunggu informasi bahwa bahan pangan sudah dibakar, supaya mereka bisa melawan tanpa rasa takut. Yang satu menunggu pasukan bantuan tiba.Namun, Ishan sama sekali tidak tahu tentang ini. Dia terus menantang Prabu untuk mengulur waktu, berharap pihaknya bisa menang."Prabu, sebenarnya kamu nggak pantas dipanggil jenderal. Ini hanya menjadi pen
Tatapan Prabu tampak suram. Dia berkata, "Ya sudah. Kalau kamu nggak ngerti, anggap saja aku nggak bilang apa-apa."Prabu menatap Ishan dengan dingin, seolah-olah mengisyaratkan bahwa dirinya tidak peduli pada tingkahnya. Kemudian, dia meneruskan, "Oh, bukannya kamu ingin menyerangku? Silakan saja."Ishan tertegun mendengarnya. Dia memicingkan matanya, mengamati Prabu dengan waspada sambil bertanya balik, "Kenapa? Kamu sudah nggak sabar, ya?""Benar sekali." Prabu sontak mendongak dan tergelak. Kemudian, dia melanjutkan, "Aku ingin lihat, bagaimana pasukanmu ini bisa mengalahkan pasukanku."Ketika mengatakan ini, Prabu sengaja mengamati sekeliling dengan nakal. Sesudahnya, dia berucap dengan serius, "Sebenarnya, masih ada yang ingin kutanyakan padamu.""Oh?" Ishan tersenyum tipis mendengarnya. Dia menimpali, "Tanyakan saja, aku justru penasaran dengan pertanyaan yang akan kamu lontarkan ini."Prabu terkekeh-kekeh sinis, lalu menunjuk pasukan di belakang Ishan dan berucap, "Bukannya kam
"Rencana jahat?" Ishan tertawa dingin dan memicingkan matanya, menatap Prabu dengan raut beringas. Kemudian, dia berujar dengan sinis, "Jenderal Prabu, lebih baik kamu menjaga nada bicaramu. Kalau nggak, aku nggak bisa menjamin bagaimana nasibmu."Ucapan Ishan membuat ekspresi Prabu tiba-tiba berubah dingin. Dia terkekeh-kekeh, lalu membalas dengan binar mengejek di matanya, "Ishan, kamu kira kamu layak mengancamku seperti itu? Untuk menghadapi pengkhianat sepertimu, aku tentu sudah menyiapkan segala macam solusi."Prabu berhenti bicara sejenak, lalu tiba-tiba tersenyum dingin dan melanjutkan, "Kalau nggak, mungkin saja kamu akan menggunakan cara biadab dan licik untuk melawanku, 'kan?"Mendengar itu, raut wajah Ishan pun berubah dingin. Napasnya mulai memburu dan matanya perlahan memancarkan binar muram.Dengan ekspresi dingin dan sorot mata menghina, Ishan berujar dengan nada sinis, "Prabu, kalau kamu memang sudah membuat persiapan sejak awal, kamu nggak mungkin bersilat lidah begitu
"Apa?" sahut Ishan. Entah kenapa, dia terkejut saat mendengar ucapan Prabu. Kenapa Prabu bisa tahu pemikirannya? Kali ini, mereka memang tidak ingin bertarung dengan Prabu. Mereka hanya ingin mengalihkan perhatian untuk prajurit di bagian belakang. Namun, sepertinya Prabu sama sekali tidak terjebak.Prabu tetap bersikap tenang. Tidak peduli apa pun yang diucapkan Ishan, Prabu juga tidak berniat untuk beraksi! Bagaimanapun, pasukan Prabu lebih sedikit dari pasukan Ishan. Jadi, belum tentu Prabu bisa menang.Ishan memandang Prabu dengan ekspresi dingin. Awalnya, Ishan berniat menunggu kabar dari prajurit di bagian belakang yang berhasil membakar persediaan makanan pasukan Prabu. Begitu mendapatkan kabar ini, Ishan akan langsung memusnahkan pasukan Prabu.Namun, sekarang Prabu yang licik ini sepertinya sudah mengetahui trik Ishan. Kala ini, Ishan mulai ragu. Jika Prabu telah mengetahui rencana Ishan, masalahnya akan menjadi rumit. Prabu pasti akan menggunakan berbagai cara untuk melawan p
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m