Dengan adanya ucapan Wira ini, Hasto akhirnya merasa tenang. Setelah itu, keduanya pulang bersama-sama. Keesokan harinya, murid yang bernama Abbas itu akhirnya langsung mencari Wira di kediaman Keluarga Triaji."Kak Wira, aku datang mencarimu. Hari ini nggak ada masalah di halaman strata dalam dan aku ada beberapa pertanyaan tentang ilmu bela diri yang nggak kumengerti. Jadi, aku sengaja datang untuk meminta bimbinganmu."Saat mendengar suara Abbas, Wira mengira dirinya sudah salah dengar. Tak disangka, beberapa saat kemudian pelayan sudah membawa Abbas masuk. Awalnya Wira tidak ingin memedulikan Abbas, tetapi dia sudah berjanji sebelumnya."Kalau ada yang ingin ditanya, tanyakan saja. Tapi sebaiknya kamu segera kembali, karena di sini bukan halaman strata dalam. Kalau ketahuan kamu keluar terlalu lama, kamu akan dimarahi."Wira adalah murid Hasto, sehingga dia bebas untuk masuk ke halaman strata dalam dan murid luar.Namun, Abbas berbeda. Dia adalah murid dalam dan harus tinggal di h
Abbas segera berpikir dan akhirnya mengubah cara pendekatannya."Mungkin karena aku cepat belajar, jadi aku sudah menguasai hal-hal itu. Kak Wira, jangan memikirkan hal ini lagi. Bagaimana dengan rencana yang kukatakan kepada Kakak beberapa hari yang lalu? Kita hanya beberapa orang saja, beberapa murid dalam dan Kak Wira. Kita berkumpul dan minum bersama!"Setelah berputar-putar, Abbas akhirnya membahas topik tentang makan dan minum bersama itu lagi. Setelah merenungkannya sejenak dan demi menghentikan niat Abbas, Wira pun menyetujui rencananya dan membuat Abbas merasa sangat gembira."Bagus sekali. Kak Wira akhirnya setuju juga! Aku akan segera kembali dan mempersiapkannya. Kita atur rencananya di besok malam.""Baiklah."Setelah Wira menjawab, Abbas pulang dengan perasaan sangat gembira.Wira merasakan ada firasat buruk, sepertinya Abbas ini juga bukan orang yang berniat baik dan mungkin kelak akan membuatnya dalam masalah. Namun, Wira tidak terlalu khawatir karena dia yakin bisa men
"Apa minuman ini nggak terlalu banyak? Kendi ini begitu besar dan kita hanya berempat di sini, mana mungkin kita bisa menghabiskan semuanya?"Berat sebuah kendi yang begitu besar ini setidaknya ada 5 atau 6 kilogram, bahkan mungkin mencapai 10 kilogram. Mereka hanya berempat, apakah mereka masih bisa sadar besok jika menghabiskan semua minuman ini?"Sebenarnya ini nggak terlalu banyak. Jangan lihat kendi ini besar, isinya nggak begitu banyak. Lagi pula, hari ini adalah hari yang bahagia, 'kan? Aku sangat senang Kak Wira akhirnya setuju untuk minum bersama kita, jadi aku mengambil lebih banyak. Nggak apa-apa. Kalau nggak habis, kita bisa menyimpannya," jawab Abbas dengan santai.Setelah itu, Abbas meletakkan kendi besar itu di atas meja, lalu mengambil empat gelas dan meletakkannya di depan mereka masing-masing.Wira melihat hidangan pendamping arak yang disediakan tampak sangat lezat, sehingga dia mengambil sumpit untuk mencicipinya. Benar saja, ternyata rasanya sangat enak. Melihat Wi
Abbas meletakkan gelasnya, lalu mulai memapah Wira. Wira pun mengikuti rencana Abbas. Dia tiba-tiba terjatuh di atas meja dan mengayunkan tangannya dengan sembarangan hingga menjatuhkan semua hidangan dan gelas di meja."Aduh! Meskipun pria bodoh ini sudah mabuk, dia juga harusnya nggak merusak barang-barang seperti ini. Aku sudah bersusah payah mempersiapkan minuman dan hidangan ini!"Abbas akhirnya menunjukkan sifat aslinya. Dia memang memiliki wajah yang licik, sehingga dia merasa kesulitan saat harus berpura-pura sebelumnya."Kak Abbas, kita harus bagaimana sekarang?""Kak Abbas, kalau kamu sudah kaya nanti, jangan lupakan kami ya!""Tenang saja. Kalau aku sudah kaya, aku nggak akan melupakan kalian. Sudahlah, cepat bantu aku seret orang ini ke luar."Karena sudah menerima uang dari orang lain, Abbas tentunya harus menyelesaikan tugas ini dengan baik. Hanya dengan cara ini, dia baru benar-benar bisa masuk ke delapan keluarga besar dan bisa sukses kelak.Setelah mendapat perintah da
Gawat, bukankah seharusnya orang yang berada di kamar adalah Wira? Kenapa menjadi Abbas? Hal ini tidak boleh terekspos. Kalau tidak, Abbas pasti akan mati. Sebelum pergi, Abbas sengaja melempar sebuah barang yang berhubungan dengan Wira ke dalam kamar. Dengan demikian, wanita itu tahu siapa yang menidurinya setelah bangun nanti.Sesudah Abbas pergi, wanita itu pun bangun. Melihat kondisinya, wanita itu tahu apa yang terjadi semalam. Sebelumnya dia masih perawan, kenapa pagi ini dia menjadi wanita yang telah dinodai? Wanita itu berteriak, "Ahh! Siapa yang melakukan hal bejat ini kepadaku? Jangan sampai aku menangkapmu! Kalau nggak, aku pasti akan menghabisimu!"Suara teriakan wanita ini menarik perhatian banyak orang. Kejadian yang menimpa wanita ini tidak bisa ditutupi lagi. Setelah selesai mengenakan bajunya dan bersiap membawa pisau untuk menghabisi pelakunya, tiba-tiba dia menginjak selembar kertas di lantai. Wanita itu membaca tulisan di kertas, ternyata Wira menulis kata-kata yang
Semua orang tidak berhenti mengomentari hal ini."Sepertinya, Wira bukan orang seperti itu. Apa mungkin ada salah paham?""Kalaupun ada salah paham, itu juga nggak ada hubungannya dengan kita. Sebaiknya kita lihat saja nanti, sebenarnya siapa yang benar dan salah."Suara Zarina yang keras pun menarik perhatian Julian. Setelah mendengar perkataan Zarina, Julian kaget. Jangan-jangan, semalam Wira melakukan sesuatu kepada Zarina? Julian memang melihat Wira baru pulang saat tengah malam dan dia mencium bau alkohol yang menyengat di tubuh Wira.Julian segera menggeleng, dia harus memercayai Wira! Julian dan Wira sudah mengalami banyak masalah, jadi Julian tidak boleh mencurigai Wira hanya karena sedikit masalah. Sebaiknya, Julian baru membuat keputusan setelah Wira datang.Julian mengernyit, lalu menyuruh pelayannya untuk memanggil Wira keluar agar bisa menyelesaikan masalah Zarina.Semalam, Wira mabuk berat sehingga dia baru bangun sekarang. Wira bahkan tidak mendengar suara teriakan Zarin
Wira sungguh tidak berdaya. Tidak peduli bagaimana dia menjelaskan, Zarina ini tetap tidak mau mendengar. Bagaimana caranya memastikan bahwa dia bukan pria yang meniduri Zarina? Apakah Abbas meninggalkan sesuatu sebelum pergi?"Aku juga nggak tahu kapan kamu pergi, tapi aku punya surat yang ditulis olehmu di sini!" ujar Zarina sambil mengeluarkan secarik kertas dari kantongnya.Wira menerimanya, lalu mengamati dengan cermat. Tulisan ini jelas berbeda dari tulisannya, tetapi memang mengatasnamakan dirinya."Kak Zarina, kamu sudah salah paham. Ini bukan tulisanku. Jika kamu nggak percaya, aku bisa menulis untukmu. Aku serius!" Ketika Wira masih berusaha membujuk Zarina, Abbas sudah membawa orang-orang kemari."Kak Wira, kamu di sini. Maaf sekali, aku nggak nyangka masalah semalam akan menjadi begini," ujar Abbas.Mengapa Abbas dan kedua murid dalam itu ada di sini? Wira menatap mereka sembari mengernyit. Sepertinya, mereka ingin memfitnahnya.Keributan ini sudah terlalu besar sehingga Ha
Ketiga orang itu terus menghibur Wira, seolah-olah dia memang pelakunya. Wira menghentikan langkah kakinya, lalu menatap mereka dengan suram. Tatapan ini sontak membuat Abbas terkesiap hingga kakinya melemas."Kalian tahu betul apa yang terjadi semalam. Kalian memaksaku minum semalam demi memfitnahku seperti ini, 'kan?" tanya Wira.Abbas bergegas menyahut, "Kak Wira, kenapa bicara begitu? Kami benar-benar menyambutmu, jadi mengajakmu minum-minum. Kamu sendiri yang bergabung dengan kami, kenapa menyalahkan kami atas tindakan kotormu itu?"Abbas memasang ekspresi tidak bersalah, bahkan matanya berkaca-kaca. Wira tidak ingin meladeni mereka lagi. Dengan bantuan Hasto, dia pasti bisa membuktikan dirinya tidak bersalah.Tidak berselang lama, mereka tiba di sebuah aula besar. Karena Juan tidak berada di sini, sudah pasti Hasto yang memegang kuasa terbesar. Jadi, dia berhak untuk duduk di kursi utama."Julian, duduk di sampingku, kita analisis masalah ini bersama. Kalau menemukan sesuatu, lan
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan