Semua orang tidak berhenti mengomentari hal ini."Sepertinya, Wira bukan orang seperti itu. Apa mungkin ada salah paham?""Kalaupun ada salah paham, itu juga nggak ada hubungannya dengan kita. Sebaiknya kita lihat saja nanti, sebenarnya siapa yang benar dan salah."Suara Zarina yang keras pun menarik perhatian Julian. Setelah mendengar perkataan Zarina, Julian kaget. Jangan-jangan, semalam Wira melakukan sesuatu kepada Zarina? Julian memang melihat Wira baru pulang saat tengah malam dan dia mencium bau alkohol yang menyengat di tubuh Wira.Julian segera menggeleng, dia harus memercayai Wira! Julian dan Wira sudah mengalami banyak masalah, jadi Julian tidak boleh mencurigai Wira hanya karena sedikit masalah. Sebaiknya, Julian baru membuat keputusan setelah Wira datang.Julian mengernyit, lalu menyuruh pelayannya untuk memanggil Wira keluar agar bisa menyelesaikan masalah Zarina.Semalam, Wira mabuk berat sehingga dia baru bangun sekarang. Wira bahkan tidak mendengar suara teriakan Zarin
Wira sungguh tidak berdaya. Tidak peduli bagaimana dia menjelaskan, Zarina ini tetap tidak mau mendengar. Bagaimana caranya memastikan bahwa dia bukan pria yang meniduri Zarina? Apakah Abbas meninggalkan sesuatu sebelum pergi?"Aku juga nggak tahu kapan kamu pergi, tapi aku punya surat yang ditulis olehmu di sini!" ujar Zarina sambil mengeluarkan secarik kertas dari kantongnya.Wira menerimanya, lalu mengamati dengan cermat. Tulisan ini jelas berbeda dari tulisannya, tetapi memang mengatasnamakan dirinya."Kak Zarina, kamu sudah salah paham. Ini bukan tulisanku. Jika kamu nggak percaya, aku bisa menulis untukmu. Aku serius!" Ketika Wira masih berusaha membujuk Zarina, Abbas sudah membawa orang-orang kemari."Kak Wira, kamu di sini. Maaf sekali, aku nggak nyangka masalah semalam akan menjadi begini," ujar Abbas.Mengapa Abbas dan kedua murid dalam itu ada di sini? Wira menatap mereka sembari mengernyit. Sepertinya, mereka ingin memfitnahnya.Keributan ini sudah terlalu besar sehingga Ha
Ketiga orang itu terus menghibur Wira, seolah-olah dia memang pelakunya. Wira menghentikan langkah kakinya, lalu menatap mereka dengan suram. Tatapan ini sontak membuat Abbas terkesiap hingga kakinya melemas."Kalian tahu betul apa yang terjadi semalam. Kalian memaksaku minum semalam demi memfitnahku seperti ini, 'kan?" tanya Wira.Abbas bergegas menyahut, "Kak Wira, kenapa bicara begitu? Kami benar-benar menyambutmu, jadi mengajakmu minum-minum. Kamu sendiri yang bergabung dengan kami, kenapa menyalahkan kami atas tindakan kotormu itu?"Abbas memasang ekspresi tidak bersalah, bahkan matanya berkaca-kaca. Wira tidak ingin meladeni mereka lagi. Dengan bantuan Hasto, dia pasti bisa membuktikan dirinya tidak bersalah.Tidak berselang lama, mereka tiba di sebuah aula besar. Karena Juan tidak berada di sini, sudah pasti Hasto yang memegang kuasa terbesar. Jadi, dia berhak untuk duduk di kursi utama."Julian, duduk di sampingku, kita analisis masalah ini bersama. Kalau menemukan sesuatu, lan
"Kenapa kalian bertiga diam saja? Cepat ceritakan semuanya! Kalian masih mau menunggu Biksu Hasto bertanya?" tegur Zarina.Abbas baru bereaksi sekarang. Aura yang dipancarkan Hasto terlalu kuat barusan, jadi membuatnya terperangah untuk sesaat."Biksu Hasto, semalam kami bertiga minum-minum bersama Kak Wira karena merasa senang bisa berteman dengannya. Kami nggak tahu toleransi alkohol Kak Wira serendah itu. Setelah mabuk, dia memaksa kami membawanya ke kamar Kak Zarina. Kami melihat dengan mata kepala sendiri, dia masuk ke kamar Kak Zarina!" ucap Abbas yang sudah menyiapkan kebohongan ini sejak awal.Wira pun mendengus dingin mendengarnya. Lancar sekali pria ini berbohong. Sementara itu, Hasto langsung menatap kedua teman Abbas dan bertanya, "Kalian benar-benar melihatnya?"Tanpa berani mengangkat kepala, kedua murid dalam itu segera mengangguk dengan kuat. Setelah melihat ini, Wira bertanya, "Kapan kalian melihatku masuk ke kamar Kak Zarina?""Kak Wira, masalah sudah seperti ini, men
"Aku ingat! Pria itu punya tahi lalat merah di bahu kirinya! Tolong tunjukkan bahu kiri kalian kepadaku!" seru Zarina. Kemudian, dia menatap Wira, Abbas, dan kedua murid dalam itu. Keempat pria ini adalah tersangka utama sekarang.Abbas pun termangu sesaat. Dia tidak menyangka Zarina akan mengingat hal sedetail itu, ini gawat! Dahi Abbas mulai berkeringat, sekujur tubuhnya juga gemetaran.Wira pun menyadari kepanikan Abbas ini. Ternyata, yang berhubungan badan dengan Zarina memang Abbas."Baik, akan kutunjukkan kepada Kak Zarina." Selesai mengatakan itu, Wira menyobek bajunya untuk memperlihatkan bahunya yang mulus tanpa tahi lalat apa pun.Kedua murid dalam itu juga melepaskan pakaian mereka. Sama seperti Wira, tidak terlihat tahi lalat apa pun. Itu artinya, hanya tersisa Abbas sekarang."Abbas, kenapa kamu nggak melepaskan bajumu?" tanya Hasto sembari menatapnya dengan tajam. Dia tentu menyadari kejanggalan ini.Abbas ketakutan hingga sekujur tubuhnya gemetaran. "Aku ...." Dia terbat
"Apanya? Wira, kenapa diam saja? Cepat lepaskan bajunya! Aku mau lihat!" perintah Hasto. Dia tidak akan menoleransi hal memalukan seperti ini terjadi di Sekte Langit.Mendengar itu, Wira perlahan-lahan maju. Abbas pun mundur ketakutan. Tampak jelas kepanikan pada sorot matanya."Jangan mendekat! Cepat mundur!" seru Abbas. Jika ketahuan dirinya yang melakukan semua itu, Zarina pasti akan mencabik-cabik dirinya. Juan dan Hasto juga tidak mungkin mengampuninya."Apa kamu pernah dengar, manusia harus bertanggung jawab atas perbuatan sendiri?" tanya Wira yang langsung berkelebat ke hadapan Abbas. Dia meraih kerah baju Abbas dan merobeknya hingga terlihat tahi lalat merah di bahu kiri."Ternyata memang kamu pelakunya! Sebagai murid dalam, kamu berani mencelakai kakak seniormu dan meracuni orang? Luar biasa! Aku akan melaporkan masalah ini kepada Tuan Juan. Kamu bukan murid Sekte Langit lagi!" hardik Hasto. Dia mengempaskan tangannya, lalu pergi. Jelas, maksud Hasto adalah membiarkan Zarina m
"Tadi aku benar-benar mengira kamu punya hubungan dengan Zarina. Semalam, aku melihatmu agak mabuk dan bau alkohol. Pagi ini, Zarina datang untuk membuat keributan. Makanya ...." Julian tidak menyelesaikan perkataannya, tetapi maksudnya sudah sangat jelas. Dia cemburu."Semalam aku tahu niat jahat mereka, jadi bertindak sesuai situasi. Kalaupun terjadi sesuatu padaku, aku nggak mungkin melakukan itu dengan Zarina. Lagian, aku nggak pernah bertemu Zarina," sahut Wira sambil mengelus kepala Julian.Julian merasa puas dengan penjelasan ini. Keduanya berdiri di aula, saling bertatapan dengan sorot mata penuh kelembutan.Sementara itu, terdengar teriakan histeris di luar sana sepanjang hari. Keesokan hari, jenazah Abbas dilemparkan begitu saja. Tidak ada yang menghiraukannya karena Hasto sudah memberi peringatan kepada semua orang.Di sisi lain, anggota Keluarga Ghanim sedang berkumpul dan membahas cara untuk menghabisi Wira."Aku nggak nyangka Wira akan tahu rencana kita. Kita sudah menyia
Selanjutnya, makin banyak orang yang tiba di lokasi sayembara."Lihat, itu Ozak yang sudah mencapai asterik puncak, 'kan?""Sepertinya begitu, masih ada Fardad dan Ishrat, mereka juga sudah mencapai asterik puncak!""Sepertinya Kak Ishrat sudah lama menyatakan perasaannya kepada Wanita Suci, tapi nggak pernah melakukan apa-apa karena Wanita Suci nggak menyukainya. Dia pasti membuat persiapan matang demi sayembara ini!""Kak Fardad juga hebat. Pertandingan kali ini pasti akan seru sekali!""Kalau dipikir-pikir, untuk apa kita datang ke sini? Kita sudah pasti kalah telak!"Para pesilat yang basis kultivasinya tidak terlalu tinggi sibuk bergosip. Tidak berselang lama, Juan dan 8 kepala keluarga tiba di arena."Selamat datang, semuanya. Kompetisi kali ini sangat sederhana, yaitu peserta harus tinggal di Pulau Tawang selama 7 hari. Dalam 7 hari ini, akan ada pohon prunus yang berbuah, tapi waktunya nggak tentu.""Kalian boleh menggunakan cara apa pun untuk mendapatkan buah itu. Ada ular pit
Seolah-olah terpikir akan sesuatu, Nafis yang berdiri di samping sedikit mengerutkan kening. Beberapa saat kemudian, dia akhirnya berkata dengan pelan, "Tuan, sekarang apa yang harus kita lakukan? Kita nggak mungkin hanya diam dan membiarkan musuh mengatur segalanya, 'kan?"Wira tersenyum getir. Dia tahu bahwa pasukan musuh sedang memasang jebakan, tetapi bagaimana cara mengatasinya masih belum jelas. Namun, satu hal yang pasti adalah mereka tidak bisa mengambil inisiatif untuk menyerang terlebih dahulu.Hayam tampaknya terpikir akan sesuatu. Dia menatap Wira dan yang lainnya, lalu tertawa sebelum berkata, "Hehe. Tuan, mereka sedang memasang jebakan kawat kuda. Sepertinya taktik kita sebelumnya benar-benar memberi mereka pelajaran."Jebakan kawat kuda? Mendengar hal ini, Nafis dan yang lainnya tidak bisa menahan tawa mereka. Melihat reaksi mereka, Wira juga tersenyum. Setelah berpikir sesaat, dia berujar, "Aku punya cara untuk menghancurkan jebakan mereka."Semua orang terdiam setelah
Nafis terdiam sejenak, lalu menatap mata-mata di samping dengan dahi berkerut dan berkata, "Langsung saja ke intinya. Apa yang sebenarnya terjadi? Karena dari sudut pandang kami, situasinya sepertinya nggak sesederhana itu."Semua orang di dalam tenda tampak kebingungan. Menurut mereka, pasukan musuh baru saja mengalami kekalahan. Jika mereka tiba-tiba mengirim pasukan kavaleri untuk berkeliaran tanpa tujuan, itu terdengar seperti sebuah lelucon.Beberapa saat kemudian, Wira yang merenung tiba-tiba tampak menyadari sesuatu. Pada saat yang sama, orang-orang berkata, "Sebelumnya, kita memang nggak terlalu memikirkan hal ini. Tapi, sekarang ada sesuatu yang terasa nggak beres. Yang jelas, musuh pasti sedang merencanakan sesuatu."Semua orang mengangguk setuju. Mereka juga merasa ada konspirasi di balik ini, tetapi tidak ada yang tahu pasti apa yang sedang direncanakan oleh pasukan musuh kali ini.Pada saat ini, Wira menoleh ke arah Adjie dan berucap, "Aku rasa mereka sudah bisa menebak ka
Wira menatap mereka sambil tersenyum dan berkata, "Hehe, jangan terlalu terburu-buru. Aku menduga ini adalah bagian dari siasat musuh. Hayam, bawa beberapa orang untuk mengawasi pergerakan mereka. Kalau ada kabar, segera laporkan padaku."Mendengar perintah itu, Hayam sempat tertegun sejenak, lalu mengangguk dan segera melangkah keluar.Setelah Hayam pergi, beberapa orang di sekitar yang menyaksikan hal itu pun ikut terdiam sejenak. Dari sudut pandang mereka, sulit untuk memahami maksud Wira.Melihat ekspresi penuh kebingungan di wajah mereka, Wira tersenyum tipis sebelum perlahan berujar, "Hehe, kalau dilihat sekilas, situasi ini tampaknya menguntungkan bagi kita. Tapi, aku ingin memastikan sesuatu dulu. Aku curiga ini adalah bagian dari strategi musuh."Mendengar kata-kata itu, semua orang tetap tidak bisa memahami apa sebenarnya rencana pasukan musuh. Melihat mereka yang masih tampak ragu, Wira kembali tersenyum dan meneruskan, "Ya sudah, akan aku beri tahu sedikit. Sebenarnya, pasu
Jelas semua orang sudah mengetahui rencana Wira sejak awal, tetapi mereka semua juga merasa tidak mudah untuk menyelesaikan masalah kali ini. Selain itu, mereka juga menganggap situasi kali ini cukup rumit untuk ditangani.Adjie yang berdiri di samping berkata, "Kalau Tuan ingin merebut Gunung Linang, kita harus menguasai Pulau Hulu dulu. Setelah berhasil, semuanya akan menjadi lebih mudah."Semua orang menganggukkan kepala karena setuju dengan perkataan itu.Saat semua orang sedang ragu, Arhan tersenyum dan berkata, "Tapi, pasukan musuh nggak akan membiarkan kita merebut Pulau Hulu dengan begitu mudah. Kalau tebakanku nggak salah, mungkin mereka sudah menyiapkan penyergapan di luar sana."Mendengar perkataan Arhan, Wira tersenyum karena dia juga berpikir begitu. Jika memang begitu, mereka harus menyusun rencana mereka dengan lebih matang.Saat semua sedang berdiskusi, Adjie tiba-tiba berkata, "Tapi, saat ini kita masih belum tahu harus bagaimana menyelesaikan masalah ini, benar-benar
Saat ini, semua orang sudah tahu Adjie yang sebelumnya memimpin para perampok dari Desa Riwut untuk mengepung kemah pasukan utara, sehingga mereka mengakui kemampuannya. Justru karena alasan inilah, mereka ingin melihat bagaimana pendapat Adjie tentang masalah ini.Melihat banyak orang yang menatapnya, Adjie tersenyum dan berkata, "Hehe. Sebenarnya pemikiranku tentang masalah ini juga sama, nggak terlalu sulit. Kalau diperhatikan dengan saksama, pasukan utara sangat bergantung pada kavaleri. Jadi, kalau kita berhasil menghancurkan kavaleri ini, hal pertama yang akan dipikirkan mereka adalah bagaimana mencegah kehancurannya lebih lanjut."Semua orang langsung tertegun karena mereka benar-benar tidak terpikirkan hal ini.Beberapa saat kemudian, seseorang berkata dengan terkejut, "Yang kamu katakan sepertinya memang benar. Tapi, kelihatannya strategi ini juga tidak begitu menguntungkan bagi kita."Semua orang menganggukkan kepala karena mereka juga setuju dengan perkataan orang itu.Saat
Di dalam lereng bukit yang jaraknya tidak jauh dari kemah pasukan utara di Pulau Hulu, Wira dan yang lainnya sudah menyiapkan penyergapan dan kini sedang menunggu pasukan musuh mendekat.Saat semua orang sedang menunggu dengan cemas, beberapa orang di barisan depan mengernyitkan alis. Beberapa saat kemudian, salah seorang dari mereka berlari ke arah Wira dan berkata, "Tuan, mereka sepertinya sudah mundur, kini kita sudah bisa bergerak. Tapi, dilihat dari situasinya, mereka memang cukup kuat."Mendengar kabar musuh sudah mundur, Wira pun mengernyitkan alis. Menurutnya, musuhnya ini terlalu lemah, malah tidak berniat untuk menyerang.Beberapa saat kemudian, Adjie yang berdiri di samping tersenyum dan berkata, "Tuan, sepertinya Zaki ini mulai cerdik, nggak langsung menyerang kita. Menurutku, sekarang mereka mulai membuat strategi."Wira tersenyum saat mendengar perkataan itu dan berkata, "Hehe. Ternyata begitu, tapi yang paling penting sekarang adalah kita bisa menangkap mereka. Kalau mer
Melihat Zaki dan Joko begitu tidak sabar, Darsa tersenyum dan berkata, "Hehe. Cara ini memang bisa berjalan, kita hanya perlu memindahkan medan perang ke arah selatan. Dengan begitu, kita bisa langsung menahan pasukan musuh di sana."Mendengar perkataan itu, kedua orang itu tertegun sejenak. Mereka merasa rencana ini mungkin bisa berjalan dengan baik, tetapi mereka harus memastikan rencana ini tidak bermasalah terlebih dahulu.Semua orang menganggukkan kepala.Setelah berpikir sejenak, Darsa yang sepertinya teringat sesuatu pun menoleh dan berkata pada Zaki dan Joko, "Kalian pergi siapkan tali perangkap kuda sebanyak mungkin, kita akan membalas musuh dengan cara yang sama."Zaki dan Joko langsung merasa sangat bersemangat saat mendengar perintah itu. Mereka segera merespons perintah itu dan segera pergi menyiapkan tali perangkap kuda.Saat ini, hanya tersisa Darsa dan para wakil jenderal yang berada di dalam tenda. Setelah mengumpulkan mereka, Darsa berkata, "Sekarang hanya sisa kalian
Mengingat tali jebakan kuda, Zaki langsung mengumpat, "Tuan, aku menderita kerugian besar di tangan Wira sebelumnya juga karena tali perangkap kuda ini. Kali ini aku harus membuat mereka membayar perbuatan mereka."Darsa tersenyum karena dia juga tahu kerugian yang sudah dialami Zaki, lalu berkata, "Hehe. Aku sudah mendengar tentang hal itu. Musuh memang terlalu licik. Bukan hanya memasang tali perangkap kuda, mereka juga menebar paku kuda di jalur mundur. Benar-benar licik dan kejam."Zaki menganggukkan kepala karena situasi kali ini memang cukup sulit untuk dihadapi. Jika bukan karena tali perangkap kuda, dia tidak akan kehilangan ratusan kuda perang begitu saja. Oleh karena itu, saat mendengar Darsa akan menggunakan tali perangkap kuda, dia langsung menganggukkan kepala dengan sangat bersemangat.Joko yang berada di samping berkata, "Kalau hanya mengandalkan tali perangkap kuda, dampaknya nggak terlalu besar. Musuh akan menyerang dari atas bukit dan melewati pintu masuk lembah. Kala
Mendengar kata dari selatan ke utara, Zaki dan Joko langsung tertegun dan kembali melihat peta di depan mereka.Setelah mengamati petanya dari sudut pandang berbeda, Zaki langsung terkejut sampai keringat dinginnya mengalir dan berkata dengan pelan, "Aku mengerti sekarang. Kalau tebakanku benar, mereka akan memblokir kita sepenuhnya di wilayah utara kalau mereka berhasil merebut Gunung Linang ini. Dengan begitu, seluruh wilayah dari Gunung Linang ke selatan akan dikuasai Wira."Mendengar perkataan itu, Darsa tersenyum.Setelah mendengar analisis Zaki, Joko yang berdiri di samping juga akhirnya mengerti situasinya dan berkata, "Ternyata begitu. Kalau begitu, selama pasukan Wira belum berhasil merebut Pulau Hulu dan bergerak ke Gunung Linang, mereka akan terus menyerang kita, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Sementara itu, Darsa menganggukkan kepala dan berkata, "Benar. Sekarang mereka sudah menggunakan rencana saluran air dan kavaleri untuk menyerang kita pun masih