"Ternyata ada juga serigala bodoh begini, padahal serigala sangat cerdas dan licik," gumam Wira. Kemudian, dia menarik benang tersebut lagi sehingga serigala itu makin mendekat.Tepat ketika Wira sudah hampir bisa menyentuh serigala itu, ibu serigala malah bangun. Dia sontak membuka mata dan merasa aneh melihat daging yang tiba-tiba muncul. Dia pun melompat ke depan, menggigit anaknya dan melemparkannya kembali.Ini gawat, ibu serigala tidak mungkin membiarkan masalah ini berlalu. Dengan demikian, ibu serigala mendekati daging tersebut dan menemukan benang di belakangnya!"Auw ...!" Ibu serigala melolong, ini adalah peringatan untuk Wira agar dia tidak mendekat ataupun mencoba mengambil anaknya.Ibu serigala sedang dalam kondisi lemah. Dia bisa merasakan basis kultivasi Wira dan kehebatannya sehingga tidak ingin mengambil risiko.Ketika Wira berniat untuk mundur, tiba-tiba terdengar suara keras dari luar gua, seolah-olah ada yang menyerang. Seketika, gua pun mulai runtuh.Tanpa memedul
Hanya saja, kekuatan pemuda ini hebat juga. Dia berhasil menghancurkan batu di depan hanya dengan sekali serangan."Huh! Jangan seperti tikus yang terus bersembunyi. Aku akan merasa bosan kalau begini. Bukannya kamu berhasil mengalahkan Tuan Muda Keluarga Ranggau? Kenapa malah begitu lemah sekarang?" tanya pemuda itu sambil mendarat dengan perlahan.Pemuda itu pun menatap Wira dengan sinis, berharap Wira bisa mengerahkan seluruh kekuatannya untuk bertarung dengannya. Jika tidak, dia akan merasa Wira menghinanya.Wira tidak ingin bertarung dengannya dan ingin menjelaskan alasan di balik semua ini. Siapa sangka, pemuda itu menerjang ke arahnya lagi, bahkan semua serangan yang dilancarkannya sangat fatal. Kurang ajar, dia ingin membunuh Wira!"Apa semua yang berasal dari 8 keluarga terbesar nggak ngerti bahasa manusia? Atau kalian nggak punya telinga dan otak? Kalian memang nggak sanggup bertahan di Hutan Kematian selama 3 hari jika sendirian, tapi mudah saja bagiku!" seru Wira.Wira mula
Meskipun tidak tahu siapa pria itu, mereka bisa lolos karena bantuannya. Ibu serigala bertekad untuk membalas budi jika bertemu lagi di kemudian hari.Namun, pengawal di samping menyadari hal ini. Mereka segera mengadang di hadapan ibu serigala yang telah menggigit anak-anaknya.Serigala memang kuat, tetapi mereka hanyalah serigala. Apalagi, anak-anaknya masih kecil sehingga sulit baginya untuk bertarung melawan begitu banyak orang."Auw! Auw!" Serigala kutub itu melolong, memperingatkan musuh untuk tidak mendekat ataupun menyakiti anak-anaknya. Jika tidak, dia akan melawan mereka mati-matian."Hahaha! Serigala kutub ini cantik sekali. Kita hanya perlu mempersembahkan seekor kepada wanita suci, berarti sisanya bisa kita ambil? Atau kita beri tahu Tuan Muda, hanya 1 yang berhasil bertahan hidup!"Timbul keserakahan dalam hati kepala pengawal. Dia ingin membunuh ibu serigala dan mengambil kedua anaknya, lalu hanya mempersembahkan seekor kepada tuan mudanya.Meskipun hanya pengawal, kemam
Wira menatap sekelompok orang yang tidak takut mati itu. Kemudian, tenaga pada tangannya menjadi makin besar.Pemuda itu tampak memutar bola matanya, juga merasa sesak napas, seakan-akan sudah mau mati."Jangan sakiti tuan muda kami. Kami akan mengabulkan permintaanmu dan nggak akan melaporkan apa pun. Asalkan kamu melepaskannya, kami nggak akan mencari masalah denganmu!"Tuan muda mereka tidak akan kuat menghadapi hal seperti ini. Tadi mereka hanya sibuk mengurus serigala sehingga mengabaikannya. Kalau tuan besar mereka tahu, mereka pasti akan mati. Jadi, yang bisa dilakukan untuk sekarang adalah menenangkan Wira demi mempertahankan nyawa tuan muda mereka."Aku bisa saja melepaskannya, tapi kalian nggak boleh menyerang serigala itu lagi. Segera tinggalkan Hutan Kematian. Kalau sampai aku melihat kalian lagi, aku akan membunuh kalian semua!" ancam Wira.Wira tidak ingin membuat repot diri sendiri dan Keluarga Triaji, jadi tidak akan bertindak keterlaluan terhadap pemuda ini. Dia hanya
Wira perlahan-lahan mendekati serigala kutub itu. Mungkin karena telah diselamatkan oleh Wira sampai 2 kali, ibu serigala itu tidak begitu berwaspada terhadapnya lagi."Auw ...." Lolongan ini tidak terdengar seperti ancaman, melainkan meminta pertolongan. Wira pun menatapnya. Lukanya terlalu parah, mungkin tidak bisa bertahan lagi. Namun, masih ada 3 ekor anak serigala yang menunggunya memberi makan.Wira ingin sekali menolongnya, tetapi dia masih dalam tahap pengujian sehingga tidak punya bahan obat. Dia hanya memiliki 3 peralatan yang tidak bisa menyelamatkan nyawa ataupun membalut luka serigala itu."Maaf, aku nggak bisa menolongmu," ucap Wira. Serigala memiliki kecerdasan sehingga memahami maksud Wira.Serigala itu pun menatap anak-anaknya dengan sedih. Bagaimanapun, anak-anaknya masih kecil dan butuh perlindungan. Bagaimana nasib anak-anaknya setelah dia pergi?Wira memahami maksudnya. Dia juga tidak ingin melihat ketiga anak serigala yang cerdas dan lincah itu mati."Kalau kamu p
Wira menggendong anak serigala dengan satu tangan, lalu menggunakan tangan yang satu lagi untuk menepuk kepala Julian. Dia berkata, "Ya, ayo pergi."Dengan begitu, mereka bertiga kembali ke kediaman Keluarga Triaji. Juan dan 8 kepala keluarga itu telah menunggu cukup lama di ruang rapat.Wira menyerahkan anak serigala kepada Julian, lalu menepuk-nepuk tangannya sebagai isyarat agar tenang. Kemudian, dia baru pergi bersama Hasto."Tenang saja, kamu sudah lolos 3 tes, yang berarti kamu sah menjadi muridku. Kalau ada orang luar, kamu panggil aku guru. Kalau nggak ada siapa-siapa, panggil saja aku Kak Hasto seperti biasa," ucap Hasto sambil mengedipkan mata.Wira mengangguk dan mendorong pintu. Keduanya sama-sama memasuki ruang rapat. Tampak 8 kepala keluarga duduk mengelilingi sebuah meja besar, sedangkan Juan duduk di area paling depan.Begitu melihat Wira, Juan berdiri dan berkata, "Wira, selamat untukmu. Kamu berhasil membuktikan kemampuanmu. Mulai sekarang, kamu adalah murid Biksu Has
Meskipun kurang menyukai Wira, mereka tidak akan melakukan hal serendah itu. Kini, Kepala Keluarga Mukesh tidak bisa berdalih lagi. Ekspresi Juan juga menjadi makin suram. Dia langsung menggebrak meja."Cukup! Masalah ini nggak perlu dibahas lagi! Tolong didik putramu dengan baik! Kalau nggak, aku terpaksa menyuruh orang lain yang turun tangan!" bentak Juan. Dia tidak bisa bermusuhan dengan 8 keluarga terbesar sehingga hanya bisa memberi peringatan."Baik." Kepala Keluarga Mukesh menundukkan kepalanya sedikit, lalu duduk kembali dengan kesal. Ketika menatap Wira, kebencian pada tatapannya pun terpampang jelas. Sementara itu, Wira hanya terkekeh-kekeh dingin melihatnya.Hasil tes hari ini diumumkan kepada seluruh dunia. Seluruh Sekte Langit sudah tahu bahwa Wira berhasil lolos dari tes yang diberikan Juan dan 8 kepala keluarga. Dia akhirnya menjadi orang pertama dari dunia fana yang bergabung dengan Sekte Langit."Aku nggak nyangka Wira akan berhasil! Tapi, dia memang hebat. Ketika mend
Hanya satu kalimat sederhana dari Julian saja, hati Wira sudah merasa hangat. Dia lalu membalas Julian dengan senyuman. Keduanya saling tersenyum di bawah cahaya matahari, membuat Hasto yang berada di samping tidak sanggup melihat sikap mereka lagi."Aku masih berdiri di samping kalian. Bisakah kalian melakukan hal ini saat nanti kalian sedang berduaan?"Mendengar perkataan Hasto, wajah Julian kembali memerah. Belakangan ini, sepertinya wajahnya semakin sering memerah."Guru, apa yang kamu katakan? Aku nggak ...." Julian berbicara dengan nada yang semakin kecil hingga akhirnya tidak terdengar suaranya lagi.Saat ketiganya sedang berbicara, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang agak kasar sedang mendekat. "Adik, kenapa kamu ada di sini?"Orang yang datang itu adalah kakak Julian. Dia sangat fokus dengan ilmu bela diri dan jarang pulang ke rumah. Kepulangannya hari ini karena mendengar kabar Hasto sudah membawa kembali orang yang bisa menyelamatkan Julian. Karena itulah dia datang unt
Kali ini, Dahlan datang memang demi Wira.Tampaknya eksistensi Wira bukan hanya memengaruhi Ciputra dan Kerajaan Beluana, tetapi juga memengaruhi Senia serta Kerajaan Agrel.Namun, jika dipikirkan lebih jauh, hal ini masuk akal. Meskipun fondasi kekuasaan Senia berada di Kerajaan Agrel, siapa yang tidak tahu ambisinya begitu besar?Senia tentu saja ingin merebut wilayah Wira, lalu mengerahkan pasukan ke selatan dan langsung menyerbu Dataran Tengah. Dengan demikian, Senia dapat mengamankan posisinya sebagai penguasa.Ketika saat itu tiba, persaingan antara Ciputra dan Senia tidak akan terhindarkan. Melawan Senia sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan menghadapi Wira.Apalagi, Senia berasal dari suku lain. Dalam perbandingan di antara keduanya, rakyat di sembilan provinsi ini tentu lebih berpihak kepada Ciputra. Ciputra sangat yakin tentang ini.Namun, saat mendengar Dahlan mengatakan hal itu, dia tidak bisa menunjukkan kegelisahan yang berlebihan agar rencananya tidak terbaca oleh ora
"Lebih baik kita masuk ke kota dulu. Perang itu memang nggak terhindarkan. Tapi, bagaimana kita melawannya, kita masih perlu membahasnya dengan yang lainnya dulu," kata Wira sambil tersenyum dan menepuk bahu Agha.Meskipun Agha agak ceroboh dan gegabah, Wira tetap menganggapnya sebagai adik sendiri. Lagi pula, Agha melakukan semua itu juga demi kebaikannya. Memiliki ambisi untuk maju di medan perang juga termasuk hal yang baik.Dalam sekejap, semua orang sudah bergerak menuju Provinsi Yonggu.....Saat ini, di Kerajaan Beluana.Setelah mengetahui kedatangan Dahlan, Ciputra yang langsung menemuinya dan saat ini keduanya sedang berada di ruang kerja istana. Selain pengawal dan pelayan istana, tidak ada orang lain lagi di sana. Para pejabat pemerintahan juga tidak dipanggil untuk hadir di sana.Ciputra merasa statusnya sangat jauh berbeda dengan Dahlan yang hanya seorang pangeran saja, sehingga dia tidak perlu sungkan. Dia sendiri yang langsung menyelesaikan masalah ini pun sudah termasuk
Ararya memang sangat berhati-hati. Jika tidak, dia tidak akan bisa sampai ke posisinya saat ini.Kresna menganggukkan kepala. "Baik."Setelah membahas semuanya, ketiganya punya berpisah dan pergi ke wilayah mereka masing-masing.Pada malam harinya, Kresna segera mengirimkan pesan pada Wira untuk memberi tahu situasi mereka di sana. Langkahnya ini memang sangat berisiko karena mereka tidak memiliki cara berkomunikasi lain dengan Wira, hanya bisa mengandalkan cara mengirim pesan dengan burung merpati ini. Jika tidak dalam keadaan darurat, mereka pasti tidak akan berani mengambil risiko ini.Untuk mengirim pesan dengan burung merpati bisa sampai ke tangan Wira, perjalanannya harus melewati ribuan gunung dan sungai. Tempat pertama yang harus dilalui adalah wilayah tandus di utara ini. Apalagi tanah yang sudah mereka huni selama puluhan tahun ini merupakan tempat yang sering berubah secara mendadak. Namun, demi rencana besar kelak, Kresna hanya bisa mengambil risiko ini.Untungnya, Wira tet
Dwipangga tetap tidak berbicara. Sekarang dia sudah tahu apa yang dilakukannya tadi adalah salah."Sudahlah. Bukankah sekarang juga nggak terjadi kejadian besar? Kalau begitu, jangan mempersulit Dwipangga lagi. Dia juga karena memikirkan kita, jadi bertindak gegabah. Anak muda memang harus bersemangat. Anak-anakku malah nggak punya semangat sedikit pun. Kalau aku bisa punya putra seperti Dwipangga, aku akan merasa sangat bersyukur," kata Kresna.Kresna bukannya sengaja memuji Dwipangga, tetapi anak-anaknya memang tidak bisa dibandingkan dengan Dwipangga. Jika tidak, dia tidak perlu memikul semua beban ini sendirian. Selama bertahun-tahun ini, dia juga sudah merasa kelelahan dan ingin menikmati masa tuanya dengan tenang seperti orang lain. Namun, urusan di pemerintahan memang selalu memerlukan banyak tenaga dan pikiran.Ararya hanya menghela napas. Melihat Kresna yang membela Dwipangga, dia pun tidak banyak berbicara lagi."Kalau kelak kamu gegabah lagi, kamu akan tetap tinggal di rumah
"Selain itu, pemikiran Raja Ararya dan Raja Kresna juga nggak sama denganmu. Kenapa Ratu masih membiarkan mereka pergi? Sekarang hanya ada mereka bertiga saja, kita bisa langsung menyingkirkan mereka," kata kepala kasim itu.Berhubung karena tidak ada asisten yang bisa diandalkan Senia lagi, kepala kasim pun naik jabatan. Sekarang, dia selalu berada di sisi Senia kapan pun. Namun, ide-ide yang diberikannya semuanya adalah ide buruk karena dia hanya seorang kasim biasa yang tidak memiliki pandangan jauh ke depan. Untungnya, dia pandai berbicara, sehingga dia lebih disukai dan bisa tetap berada di sisi Senia.Senia berkata, "Kamu pikir aku nggak ingin menyingkirkan mereka? Sejak aku naik takhta, mereka selalu menjadi masalah besar bagiku. Aku sudah lama ingin menyingkirkan mereka. Tapi, mereka punya kekuasaan militer dan sekarang juga adalah saat yang penting untuk merekrut orang. Kalau terjadi pemberontakan internal, situasinya akan makin nggak terkendali dan itu nggak menguntungkanku."
Senia berkata dengan nada yang tetap tegas, "Sudahlah, aku ini juga nggak makan manusia. Aku hanya ingin melihat, apa aku bisa memberikan jabatan yang bagus untuk putramu ini. Perang akan terjadi sebentar lagi. Setelah Dahlan kembali nanti, dia akan membawa kabar dari Kerajaan Beluana. Kalau Kerajaan Beluana bersedia kerja sama dengan kita, kita bisa langsung berperang dengan Wira.""Pada saat itu, nggak peduli seberapa hebat pun Wira, dia nggak akan bisa menghadapi kerja sama kedua kerajaan ini."Setelah mengatakan itu, Senia kembali duduk di takhta dan menuangkan teh untuk dirinya sendiri dengan tatapan yang sangat tajam.Ararya dan Kresna saling memandang dengan ekspresi terkejut. Pantas saja mereka tidak melihat Dahlan setelah mereka kembali ke istana, ternyata dia sudah menuju ke Kerajaan Beluana. Senia jelas berencana untuk bekerja sama dengan Kerajaan Beluana dalam melawan Wira.Sayangnya, Wira memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Nuala juga, bahkan bersahabat dengan berb
"Sebelum kalian berangkat, aku sudah bisa menebak hasilnya akan seperti ini. Kalau Wira bisa disingkirkan dengan begitu mudah, saat itu aku juga nggak perlu begitu repot-repot dan akhirnya sia-sia begitu saja. Mungkin langit nggak ingin Wira mati di tangan orang lain," gumam Senia.Senia tiba-tiba berdiri setelah mengatakan itu dan mendekati Kresna, Ararya, dan Dwipangga. Dia menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin, bahkan Ararya dan Kresna pun merinding.Sementara itu, Dwipangga yang selalu berdiri di samping juga terus menatap Senia dengan tatapan yang penuh dengan niat membunuh. Semua hal ini dimulai dari wanita di depannya ini. Jika tidak, mereka juga tidak akan berakhir begitu menyedihkan. Selama dia bisa membunuh wanita di depannya ini, semua masalah akan selesai.Ararya secara refleks menoleh dan menatap Dwipangga. Ayah dan anak ini memiliki ikatan yang sangat kuat dan saling memahami pemikiran masing-masing. Hanya dengan melihat tatapan Dwipangga, dia sudah tahu apa ya
"Selain itu, ini sudah termasuk hasil yang cukup bagus. Wira bukan orang biasa, mana mungkin kita bisa membunuhnya dengan mudah. Saat itu Ratu juga sudah berkali-kali mencoba membunuh Wira, tapi pada akhirnya Wira tetap berhasil melarikan diri. Dia bahkan rugi sendiri. Dia sendiri juga nggak bisa menyelesaikan tugas ini, mana mungkin kita bisa menyelesaikannya," kata Kresna.Kresna sudah berhubungan dengan Senia jauh lebih lama daripada Ararya. Selain itu, Ararya juga biasanya tidak peduli dengan urusan pemerintahan. Dibandingkan dengan Ararya, dia tentu saja jauh lebih memahami Senia.Ararya perlahan-lahan berkata, "Benar. Kalau memang itu sudah takdirnya, kita juga nggak bisa menghindar. Selama kita bisa menghindari masalah hari ini, kelak nggak akan ada begitu banyak masalah lagi.""Kita hanya perlu menunggu saatnya bertemu dengan Tuan Wira dengan sabar saja, lalu merencanakan strategi yang sempurna dan mengatasi semua ini. Setelah itu, kita bisa meninggalkan wilayah tandus di utara
Semua orang itu memahami kepribadian Wira, makanya mereka bersedia berada di sisi Wira dan melayaninya. Meskipun Wira adalah pemimpin yang menyerahkan semua tanggung jawab pada mereka, mereka juga tidak pernah mengeluh. Mereka hanya ingin melakukan tugas mereka dengan baik untuk membantu meringankan beban Wira dan menjaga kestabilan sembilan provinsi.Kresna berkata dengan tegas, "Nggak perlu. Kalau kamu adalah Senia, aku tentu saja akan curiga dia ingin menggunakan Gina untuk mengancamku. Senia memang bisa melakukan hal seperti itu. Tapi, sekarang orang yang ada di depanku adalah kamu, aku tahu sikap dan juga kepribadianmu. Lagi pula, Gina nggak aman di sisiku karena semua orang mengira dia sudah mati.""Kalau dia muncul di hadapan mereka lagi, mungkin itu akan membawa masalah yang nggak perlu bagi Gina. Aku takut bukan hanya nggak membantunya kalau sudah seperti itu, malahan akan membahayakannya ...."Selama tahu Gina masih hidup, itu saja sudah cukup bagi Kresna. Soal kapan mereka a