Mengingat putranya juga akan perlahan-lahan tumbuh dewasa, Wira ingin membuat beberapa produk bayi. Dia ingin kelak semua anak di seluruh dunia bisa tumbuh dengan lebih baik.Produk pertama yang Wira pikirkan tentu saja adalah popok bayi. Produk ini memang mirip perlengkapan menstruasi, tetapi lebih besar. Produk kedua adalah sabun bayi yang harus terbuat dari bahan-bahan alami dan proses produksinya harus diawasi dengan ketat. Setelah memikirkan semua itu, Wira langsung bertindak. Dia menghabiskan waktu seharian di pabrik.Di sisi lain, Prabu juga sedang memikirkan cara untuk memecah belah hubungan antara Wira dengan Keluarga Barus. Setelah merenungkannya, dia akhirnya menemukan caranya. Satu-satunya kekuatan Wira yang bisa dia ganggu sekarang adalah jalur bisnis. Selain itu, kekuatan lain yang dikuasai Wira seperti sekelompok perampok itu, dia sama sekali tidak bisa mengatasinya. Bagaimanapun juga, sumber daya manusianya di Kerajaan Beluana juga terbatas dan semuanya sudah dia perint
Di jalan raya pemerintahan di Provinsi Yolas, ada sekelompok pedagang yang sedang mengantar segerobak kain bergerak maju dengan perlahan-lahan. Wajah pemimpin pedagang itu penuh senyum dan berkata kepada orang di sampingnya sambil tertawa, "Hehe. Sekarang jalan raya pemerintahan di Provinsi Yolas ini sangat bersih ya!""Benar, aku ingat dulu jalan ini sangat bahaya, ada perampok di mana-mana yang akan merampok barang dan membagi jarahan mereka. Sekarang kita sudah sampai di sini dengan lancar tanpa halangan!""Sepertinya sekarang para perampok ini sangat beradab. Sekarang mereka bukan hanya nggak merampok lagi, malah mengawal kita melewati jalan ini!"Namun, ekspresi pria yang pakaiannya dari sutra itu terlihat tidak puas dan berkata dengan nada muram, "Aku sama sekali nggak merasa situasi seperti ini baik. Mereka memang mengawal kita, tapi kita tetap saja harus membayar mereka!"Pria yang mengenakan liontin giok tersenyum dan berkata sambil mengayunkan tangannya, "Hehe. Situasi saat i
Para pedagang itu tadi masih memuji para perampok di jalan ini adalah orang yang beradab dan tidak sembarangan merampok barang mereka, bahkan mengawal mereka dengan selamat. Namun sekarang, sekelompok orang yang tiba-tiba melompat keluar dari semak-semak ini malah berteriak akan merampok barang mereka. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?Pria dengan pakaian sutra itu berusaha menstabilkan suasana hatinya. Tatapannya terlihat cemas, tetapi tetap berusaha tersenyum dan berkata dengan ramah kepada para perampok itu, "Saudara-saudara, aku tahu apa yang kalian inginkan. Silakan, ini adalah tanda penghormatan kami kepada kalian!"Pria dengan pakaian sutra itu langsung mengeluarkan sekantong uang dan menyerahkannya ke depan para perampok itu.Ekspresi para perampok itu langsung menjadi muram dan menjatuhkan kantong uang di tangan pria itu, lalu menunjuk pria itu dan berkata, "Kamu pikir aku pengemis ya? Aku ingin barang kalian!"Mendengar perkataan itu, pria dengan pakaian sutra itu langsung
Tak lama kemudian, pria mengenakan liontin giok dan pria dengan pakaian sutra langsung menuju ke depan kantor pemerintahan. Saat melapor, keduanya langsung dibawa masuk ke dalam kantor untuk menceritakan kejadiannya kepada pejabat."Tuan, mohon Anda bantulah kami. Awalnya, kami mengawal barang-barang di jalan raya dengan baik-baik saja, tapi tiba-tiba muncul sekelompok perampok berpakaian hitam!""Setelah menghajar kami, perampok itu langsung merampas barang kami dan pergi dengan santai!"Pria mengenakan liontin giok dan pria dengan pakaian sutra berlutut di lantai dan mengeluh tentang tindakan kejam para perampok itu.Mendengar perkataan itu, ekspresi pejabat itu tiba-tiba berubah drastis. Barang mereka dirampok oleh para perampok? Bukankah para perampok di jalan raya itu sudah lama tidak melakukan tindakan itu lagi? Tidak ada alasannya melakukan hal itu lagi, karena tidak ada untungnya juga bagi para perampok itu. Setelah merenungkannya, pemimpin kabupaten itu juga tidak tahu apa yan
Pemimpin kabupaten itu melambaikan tangannya dan memerintah pelayan untuk menuangkan teh kepada para pemimpin perampok itu, lalu berkata dengan ekspresi serius, "Hari ini baru saja ada yang melapor padaku. Katanya, barang mereka dirampok saat dalam perjalanan.""Dirampok?"Pemimpin perampok itu hampir saja tersedak minumannya. Dia buru-buru melambaikan tangannya dan menjelaskan dengan nada panik, "Tuan, ini nggak mungkin. Kamu sudah lama bertobat dan nggak melakukan perampokan lagi!""Benar, Tuan. Ini pasti hanya sebuah kesalahpahaman. Anda yakin nggak ada kesalahan?"Tatapan pemimpin kabupaten menjadi sangat serius dan berkata dengan nada muram, "Jadi, siapa yang melakukan ini? Nggak mungkin mereka berbohong karena mereka memang dirampok. Tubuh mereka kotor dan terlihat sangat menyedihkan."Tatapan pemimpin kabupaten perlahan-lahan mengarah ke salah satu pemimpin dan berkata dengan nada serius dan tegas, "Apa mungkin ini terjadi karena kalian nggak mengurus bawahan kalian dengan baik,
"Mungkin mereka hanya kelihatannya saja tunduk, tapi diam-diam merencanakan orang-orangnya untuk melakukan sesuatu. Atau mungkin juga, memang bawahan mereka yang nggak jujur dan bersih, jadi diam-diam melakukan sesuatu. Sebagai pemimpin mereka, kalau ingin menyelidiki hal ini juga bukan hal yang mudah.""Tuan, aku rasa lebih baik kita sekarang jangan hanya mendengar dari satu pihak saja. Kita harus menyelidikinya dengan baik dan mencari tahu kebenarannya."Ekspresi pemimpin kabupaten itu menjadi sangat serius. Dia mengernyitkan alisnya dan berkata dengan nada muram, "Ya, yang kamu katakan masuk akal juga. Kalau begitu, kamu memerintahkan beberapa orang lagi untuk diam-diam mengawasi orang-orang ini dengan ketat. Begitu ada tanda-tanda yang mencurigakan, pastikan untuk menghentikan mereka dulu, lalu beri tahu aku. Kita harus segera menyelesaikan masalah ini, mengerti, nggak?""Ya, Tuan. Aku sekarang segera pergi mengatur beberapa orang untuk menangani masalah ini!" Penasihat itu mengang
Lantaran tak berdaya menangani masalah ini, hal ini terpaksa dilaporkan ke istana.Keesokan harinya, di rapat pagi di istana. Sigra mengenakan pakaian sidangnya dan duduk di singgasananya. Melihat para menteri utama memberi hormat kepadanya, Sigra melambaikan tangannya dan berkata, "Semuanya berdirilah. Apa ada yang perlu dilaporkan hari ini?"Salah seorang menteri utama dengan ekspresi yang sangat serius, segera maju dan melaporkan, "Raja, belakangan ini tiba-tiba muncul banyak perampok di seluruh negeri yang merampok para pedagang! Saat mengetahui kabar ini, kantor pemerintahan langsung menyelidikinya, tapi nggak ada hasilnya. Yang anehnya adalah kejadian ini terjadi di seluruh wilayah Kerajaan Beluana!""Apa? Ternyata ada hal seperti ini ya?" Ekspresi Sigra menjadi sangat serius dan berkata sambil mengernyitkan alisnya, "Dampak hal ini benar-benar terlalu buruk.""Ciputra.""Ya!"Sigra perlahan-lahan berkata dengan nada muram, "Aku serahkan hal ini padamu, segera selidiki kebenarann
"Kak, kenapa kamu menghentikanku? Sekarang adalah saat terbaik untuk menangkap mereka!" Farrel mengernyitkan alisnya dan menatap ke arah Ciputra. Dia tidak mengerti apa yang sebenarnya ingin dilakukan Ciputra.Ekspresi Ciputra menjadi sangat serius dan berkata dengan nada muram, "Kamu jangan bicara dulu, lihat dulu."Farrel berjongkok dengan ragu dan melihat kejadian di bawah pegunungan dengan curiga. Dia melihat setelah merampok gerobak kayu itu, sekelompok perampok itu bahkan tidak melihat konvoi milik Wira sama sekali dan langsung pergi dengan santai sambil membawa barang jarahannya tadi. Saat melihat kejadian itu, ekspresinya langsung terlihat bingung. Dia bertanya dengan ekspresi tidak percaya, "Apa ... yang terjadi? Kenapa mereka nggak merampok konvoi milik Wira?""Ini juga hal yang membuatku bingung."Ciputra mengernyitkan alisnya dan berkata dengan nada muram, "Kita tangkap sekelompok perampok itu dulu!"Setelah berdiri, keduanya mengikuti jalur di mana para perampok itu melari
Melihat Dahlan yang berjalan mendekat, Senia bertanya dengan nada datar, "Kenapa mencariku malam-malam begini?""Apa Kresna dan Ararya berencana untuk membangkang perintah kita dan memulai perang melawan kita?"Dahlan segera menjawab, "Ibu nggak perlu khawatir tentang hal itu. Mereka berdua sudah mengikuti perintahmu dan telah membawa pasukan untuk mengejar Wira.""Selain itu, aku diam-diam menyelidiki orang-orang yang mereka bawa. Semuanya adalah prajurit terbaik dari yang terbaik. Tampaknya, kali ini mereka benar-benar bertekad untuk membantu kita membunuh Wira."Wira adalah ancaman besar. Keberadaannya bukan hanya membawa masalah besar bagi Dahlan, tetapi juga bagi Senia.Sebelumnya, mereka kehilangan 5 miliar gabak secara cuma-cuma dan Wira menggunakan uang itu untuk memperkuat dukungannya di kalangan rakyat. Kini, status Wira terus meningkat.Di seluruh sembilan provinsi, pengaruhnya tak tergoyahkan. Bahkan di Kerajaan Nuala dan Kerajaan Beluana, pengaruh Wira juga sangat besar. I
"Rencanamu sebenarnya cukup bagus, setidaknya memberi kita jalan untuk menyelamatkan diri. Hanya saja ....""Dahlan sudah mulai memberi tekanan kepada kita. Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Kita nggak mungkin membawa keluarga besar ikut berperang, 'kan?" tanya Kresna dengan alis berkerut.Karena Dahlan sudah mencari mereka, kemungkinan besar dia juga telah menugaskan orang-orang untuk diam-diam mengawasi mereka. Setiap gerakan kecil pasti akan segera sampai ke telinganya.Jika mereka benar-benar membawa keluarga mereka pergi, hal itu pasti akan segera terungkap dan mereka mungkin tidak akan bisa melarikan diri terlalu jauh. Hasil akhirnya dapat ditebak dengan mudah. Inilah situasi yang paling tidak ingin dilihat oleh Kresna."Siapa yang bilang kita harus membawa keluarga besar?" balas Ararya. "Yang perlu kita lakukan sekarang cuma mengikuti instruksinya, membawa beberapa orang, dan pergi ke lokasi yang telah diberikan untuk mengejar Wira.""Begitu bertemu dengan Wira, kita bisa
"Kalaupun Wira menolak kita, dengan begitu banyak kekayaan yang kita miliki, kita bisa pergi ke mana saja dan tetap akan hidup dalam kemewahan, 'kan?"Uang bisa menggerakkan segalanya. Tidak peduli di mana pun, itu adalah aturan yang berlaku!Semua ini terdengar masuk akal. Namun, Kresna tetap menghela napas dan berkata, "Membawa keluarga besar meninggalkan Kerajaan Agrel ya? Menurutmu ini realistis?""Jangan lupa, Ratu punya puluhan ribu pasukan, sementara kita cuma punya 10.000 tentara kalau digabungkan. Kalau benar-benar terjadi perang, siapa yang akan rugi kalau bukan kita?""Lagi pula, kalau orang sebanyak itu mencoba meninggalkan Kerajaan Agrel, informasi itu pasti akan sampai ke telinga Kaisar. Begitu dia tahu, mungkin kita akan mati di perjalanan sebelum sempat kabur."Kresna tampaknya semakin pengecut. Ini karena dia telah mengalami terlalu banyak hal menyakitkan dalam hidupnya.Bertahun-tahun lalu, anaknya mati di tangan Senia. Terakhir kali, dia hampir kehilangan keluarganya
"Baik." Kresna segera menyetujui dengan tegas, lalu mengantar Dahlan keluar. Jika Dahlan terus berada di sini, takutnya umurnya akan menjadi pendek.Namun, setelah Dahlan pergi, kondisi Kresna tetap terlihat buruk. Wajahnya masih suram. Saat ini, dia duduk di aula besar dan terus menghela napas. Dia benar-benar berada dalam dilema. Lantas, apa yang harus dilakukan selanjutnya?Dari luar, terdengar suara langkah kaki mendekat. Tidak lama kemudian, Ararya muncul, diikuti oleh Dwipangga di belakangnya.Kini, Dwipangga telah memegang kekuasaan penuh atas pasukan Kerajaan Agrel dan memiliki posisi yang sangat tinggi. Selain itu, di wilayah timur, dia memiliki status absolut. Semua orang telah menganggapnya sebagai pewaris. Kelak, posisi Ararya akan diwariskan kepada Dwipangga.Melihat orang yang dikenalnya datang, Kresna segera berdiri dan berjalan mendekat sambil berkata, "Akhirnya kamu tiba! Aku baru saja mengantar Dahlan pergi. Tujuan kedatangannya ke sini benar-benar buat aku bingung da
Kresna telah mendengar tentang tindakan Senia sebelumnya. Senia telah berulang kali mencoba membunuh Wira secara diam-diam, tetapi setiap kali hasilnya selalu nihil. Bahkan, semua usahanya berakhir dengan kegagalan total.Senia bahkan hampir mengorbankan putranya sendiri dalam proses itu. Jika Senia sendiri tidak mampu melakukannya, bagaimana mungkin dia mengharapkan dirinya dan Ararya untuk membunuh Wira?Atau mungkin ... Senia sebenarnya berniat membunuh dirinya dan Ararya? Hanya saja, dia berencana menggunakan tangan Wira untuk melakukannya?Kresna tak kuasa merinding. Di satu sisi ada serigala, di sisi lain ada harimau. Dia merasa seperti orang yang berdiri di jembatan rapuh, tidak tahu harus melangkah ke mana dan tidak berani bergerak sembarangan.Apa pun keputusan yang diambilnya, itu bisa membawa kehancuran pada dirinya sendiri dan tidak ada jalan kembali. Menyesal pun tidak akan ada gunanya!Setelah hal ini disampaikan kepada Ararya, Ararya pasti juga akan secemas dirinya."Dar
"Pergilah," ujar Senia sambil memijat pelipisnya dengan lembut. "Aku tunggu kabar darimu."Pada sore harinya, Dahlan tiba di kediaman Kresna. Saat ini, dia sedang duduk di aula utama kediaman Kresna.Meskipun Dahlan selalu terlihat tunduk dan penuh hormat karena takut pada ibunya, di sini dia justru menunjukkan sikap yang sangat berbeda, penuh wibawa dan angkuh.Dahlan duduk di kursi utama sambil meminum teh dengan tenang, menunggu Kresna yang tak kunjung datang."Raja Kresna, kamu membuatku menunggu begitu lama. Sepertinya kamu nggak menghormatiku," sindir Dahlan.Kresna buru-buru mengangkat tangannya sebagai tanda memohon maaf. "Pangeran, kenapa bicara begitu? Aku baru saja dapat kabar tentang kedatanganmu dan langsung datang secepat mungkin. Kalau kamu tersinggung, mohon maafkan aku."Dahlan mendengus dingin, lalu meletakkan cangkir tehnya. Tatapannya langsung beralih ke orang-orang yang berada di aula.Kresna segera mengerti maksudnya dan memerintahkan semua orang untuk pergi. Tida
Menangkap pemimpin untuk menghancurkan pasukan! Ini adalah cara terbaik!Sebenarnya mereka sudah mencoba membunuh Wira beberapa kali sebelumnya, tetapi hasilnya selalu mengecewakan. Namun, kali ini berbeda.Senia telah memutuskan untuk tidak menyembunyikan niatnya lagi. Dengan demikian, dia bisa bertindak lebih bebas tanpa ragu.Ini adalah kesempatan sempurna untuk menyerang Wira secara langsung dan terbuka. Jika berhasil menyingkirkan Wira, itu akan menjadi hasil terbaik. Namun, jika tidak, paling-paling mereka akan memutuskan hubungan mereka. Hasil ini tidak akan berdampak pada apa pun.Dahlan tiba-tiba berkata, "Tapi, saat ini kita nggak punya orang yang cukup kuat untuk melakukannya. Bahkan, kita hampir kehabisan ahli di pihak kita. Setahuku, Wira membawa beberapa ahli di sisinya.""Kalau kita mengirim orang sekarang, bukankah hanya akan mengorbankan mereka tanpa hasil?"Bahkan, Panji tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dan akhirnya kehilangan nyawanya. Dahlan tidak kepikiran si
"Benar!"Di hadapan ibunya, Dahlan tidak perlu menyembunyikan apa pun. Dia langsung mengangguk dengan tegas. Kekhawatirannya memang terletak pada Kresna dan Ararya.Kedua orang ini memegang kekuasaan militer. Meskipun kekuatan mereka telah dibatasi oleh Senia selama bertahun-tahun, mereka tetap tak terkalahkan hingga sekarang.Di wilayah mereka, mereka seperti raja kecil, memerintah wilayah sendiri. Hal ini jelas adalah ancaman bagi kekuasaan Senia.Dulu, Senia tidak terlalu memedulikan mereka karena dia memiliki Panji di sisinya. Panji bahkan mampu menciptakan makhluk beracun yang menakutkan. Sekalipun di medan perang, makhluk beracun tetap bisa membuat posisi mereka unggul.Namun, dengan kematian Panji, Senia kehilangan sosok yang bisa diandalkan. Inilah yang paling dikhawatirkan Dahlan.Jika mereka memutuskan untuk memulai perang dengan Wira saat ini, lalu Raja Kresna serta Raja Ararya menyerang dari belakang, itu akan menjadi krisis besar. Hasil akhirnya bisa dipastikan akan sangat
Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad