Tempat ini ... hanya sebuah dusun? Ciputra sungguh tercengang melihatnya! Tempat ini terlalu indah untuk disebut dusun!Biasanya, dusun terlihat sangat kumuh. Namun, Dusun Darmadi bukan hanya indah, tetapi kediaman di sini juga sangat besar! Berapa harga untuk membangun semua kediaman besar ini?Sebenarnya, ketika merencanakan pembangunan Dusun Darmadi, Wira membuatnya sesuai dengan konsep vila di zaman modern sehingga terlihat sangat keren.Itu sebabnya, setiap kediaman memiliki halaman dan pohon, bahkan jalanan di depannya sangatlah bersih! Belum lagi sawah dan ladang gandum di dusun ini, metode penanamannya benar-benar patut dipuji! Jelas, nuansa taman modern di sini sangat kental!Yang paling mengejutkan Ciputra adalah aroma bunga yang semerbak, tidak seperti dusun lain yang biasanya dipenuhi bau kotoran hewan ternak."Du ... dusun ini benar-benar indah!" puji Ciputra yang merasa sangat takjub. Meskipun Farrel sering datang dan sudah menerima kenyataan ini, dia tetap terkejut. Jika
Ciputra tak kuasa berdecak kagum. Kemudian, dia berkata dengan takjub, "Tuan Wira, kamu hebat sekali. Dekorasi tempat ini seperti dunia kayangan saja, aku sampai nggak bisa berkata-kata!"Setelah melihat bangunan Dusun Darmadi dan cara hidup penduduk di sini, Ciputra sungguh kesulitan untuk memercayainya.Bagaimana bisa Wira memikirkan ide seperti ini? Benar-benar genius berbakat! Istana sekalipun kalah dengan desain tempat ini ...."Kak Ciputra, kenapa kamu mencariku hari ini?" tanya Wira dengan penasaran setelah mempersilakan Ciputra dan Farrel duduk.Pertanyaan ini seketika membuat Ciputra tersadar dari keterkejutannya. Dengan senyuman di wajah, dia segera memperkenalkan, "Tuan Wira, aku mencarimu untuk memberimu hadiah."Ciputra menunjuk seekor kuda sambil meneruskan dengan sungkan, "Ini adalah kuda Ferghana yang kupesankan untukmu. Kuda ini bisa menempuh perjalanan panjang!"Kemudian, nada bicara Ciputra menjadi agak canggung. Dia merendahkan suaranya saat melanjutkan, "Hehe, semo
Ciputra memandang tusuk bambu tersebut dengan ekspresi ragu. Berbahaya, ini terlalu berbahaya!Namun, Farrel yang duduk di sampingnya terlihat begitu santai. Dia sudah pernah memakan barbeku sehingga tidak merasa aneh lagi. Tanpa ragu sedikit pun, dia langsung mengambilnya dan mulai makan.Melihat ini, Ciputra baru melonggarkan kewaspadaannya dan melahap barbeku tersebut. "Wah, lezat sekali!"Ciputra tak kuasa memuji setelah memakannya. Senyuman memenuhi wajahnya. Dia menatap Wira, lalu terkekeh-kekeh dan berkata, "Hehe, Tuan Wira, bakatmu ini benar-benar langka. Kami sekeluarga benar-benar beruntung karena bisa mengenalmu.""Haha, pujianmu sudah berlebihan, Kak," sahut Wira yang menatap Ciputra dan menyerahkan sebuah paket kepadanya."Apa ini?" tanya Ciputra dengan penasaran. Kemudian, dia menemukan beberapa barang berbentuk kubus kecil yang dibungkus dengan kertas minyak. Kubus kecil itu tampak berwarna merah, juga ada banyak rempah di dalamnya sehingga aromanya sangat wangi."Itu ba
Wira tahu bahwa anggota Keluarga Barus pasti datang dengan tujuan tertentu, apalagi dia sudah bisa menebaknya. Itu sebabnya, Wira sangat waspada tanpa merasa khawatir dalam hatinya, apalagi kebingungan.Ciputra memandang Wira, lalu mengambil napas dalam-dalam sebelum berkata, "Tuan Wira, Keluarga Barus berharap kamu bisa turun dari gunung dan mengabdi pada Kerajaan Beluana." Ucapan ini dilontarkan secara tegas. Jelas, Ciputra benar-benar berharap bahwa Wira dapat mengabdi pada Kerajaan Beluana. Bagaimanapun, kemampuan dan bakat pemuda ini dikenal di seluruh dunia.Ciputra menambahkan, "Tuan Wira, meskipun Keluarga Barus baru saja mendirikan negara, harap percayalah pada tekad kami. Kalau kamu bisa bergabung dengan pemerintah, Keluarga Barus pasti akan hidup dan mati bersamamu, juga melindungi keluargamu dari generasi ke generasi.""Selain itu, penduduk di Dusun Darmadi juga akan mendapatkan perlakuan istimewa. Kelak, keturunan mereka akan selalu dilindungi dan diperlakukan dengan baik
Ciputra langsung mengerti bahwa Wira tidak setuju setelah mendengar ucapan itu. Dia menarik napas dalam-dalam dan berpikir keras sejenak sebelum berkata, "Tuan Wira, karena kamu nggak tertarik dengan posisi Perdana Menteri, bagaimana kalau ... bisnis?"Ciputra ingin berbisnis dengan Wira! Sebab, semua barang milik Wira bukanlah barang biasa. Yang paling penting lagi adalah semu senjatanya sangat mematikan!"Boleh saja kalau mau berbisnis, silakan katakan saja apa mau Tuan Ciputra!" ujar Wira dengan gembira."Tuan Wira, aku dengar kamu punya sebuah senjata rahasia yang bisa meledak dan membunuh banyak musuh dalam waktu singkat. Kerajaan Agrel, Monoma, dan Keluarga Juwanto semua kalah di bawah serangan senjatamu ini! Keluarga Barus ingin membeli senjata ini darimu. Kami mau membeli seberapa banyak pun yang kamu punya. Bagaimana?" usul Ciputra.Tentu saja hal ini sangat wajar, senjata milik Wira telah melampaui semua teknologi mutakhir di dunia ini dan merupakan senjata mematikan sesunggu
Ciputra memandang Wira dengan ekspresi serius. Ini membuat Wira termangu sejenak. Hal apa yang ingin ditanyakan Ciputra? Dilihat dari ekspresinya, sepertinya ini adalah masalah serius. "Silakan katakan, Tuan Ciputra," ujar Wira dengan lugas.Setelah mendapat persetujuan Wira, Ciputra menarik napas dan berkata, "Tuan Wira, aku tahu kamu punya bakat yang luar biasa dan mahir dalam mengurus pemerintahan. Aku ingin bertanya, bagaimana caranya bisa membuat sebuah negara kaya raya, misalnya saja seperti Kerajaan Beluana sekarang. Kalau kamu bisa melakukannya, negara ini pasti aman dan tenteram!"Semua orang terkejut mendengar pertanyaannya. Ketiga wanita yang berada di dekat Wira tak menyangka Ciputra akan menanyakan hal itu. Perlu diketahui, Ciputra adalah putra mahkota Kerajaan Beluana saat ini. Dia bisa datang untuk menanyakan hal ini pada Wira, menandakan bahwa dia sangat percaya pada Wira.Sementara itu, Farrel juga memandang Wira karena penasaran apa yang akan dijawab oleh pria itu. Wi
"Aku mengatakan hal ini secara garis besar. Tentu saja, ada juga pria yang sifat alaminya teliti seperti wanita, tapi itu hanya sebagian kecil. Masalah akuntansi ini harus dikerjakan pelan-pelan, tidak bisa diburu waktu."Setelah mendengar contoh yang diberikan Wira, semua orang baru mengerti dan mengangguk. Memang benar yang dikatakannya, wanita memang lebih teliti daripada laki-laki."Yang ingin kukatakan adalah, wanita juga seharusnya bisa menulis dan membaca. Jangan merasa bahwa wanita yang tidak berpendidikan itu lebih loyal dalam rumah tangga. Itu adalah kesalahan besar! Jadi, baik pria maupun wanita harus setara dalam menuntut ilmu.""Wanita juga harus bisa membaca dan menulis. Selain itu, Pendidikan harus dilakukan secara umum agar semua orang bisa belajar secara gratis. Negara harus mengeluarkan dana untuk mendirikan sekolah dan mempekerjakan guru, agar anak-abak bisa belajar. Tiba saatnya, akan lebih banyak orang yang mengikuti ujian negara dan kita bisa mendapatkan bakat yan
Setelah berkata demikian, Wira memandang Ciputra. "Kalau mereka semakin kaya ... Anda seharusnya tahu apa yang akan terjadi, 'kan?"Pertanyaan Wira membuat Ciputra tertegun. Tentu saja dia tahu apa yang akan terjadi, Keluarga Barus juga menjadi kaya karena begitu. Setelah mendapat kekayaan, seseorang pasti akan memikirkan hal lainnya. Jika ada salah satu keluarga yang mengembangkan diri secara diam-diam, ditambah dengan kondisi saat ini yang masih belum stabil di Kerajaan Beluana, bukanlah sebuah hal yang baik jika ada keluarga yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil keuntungan."Tuan Wira benar-benar mengingatkanku pada hal ini!" Ciputra tampak terkejut."Tentunya, yang kita kejar sekarang adalah kekayaan bersama. Kalau semua orang makmur, negara ini juga pasti akan jadi kaya dan bisa berkuasa. Membuka pasar secara terbuka bisa menambah penghasilan, biarkan semua rakyat bisa menghasilkan uang. Setelah mereka hidup tenang, mereka pasti akan membela negara sendiri.""Mengajarka
Melihat Adjie yang masih bisa tersenyum, Hayam tertegun dan bertanya dengan sangat penasaran, "Kenapa kamu tertawa? Apa informasi ini keliru?"Adjie berkata, "Hehe. Aku juga nggak yakin apa informasi ini keliru, tapi yang pastinya semua akan baik-baik saja kalau kita bisa menyelesaikan masalah ini. Tapi, kita harus memastikan hal ini terlebih dahulu baru bisa menyusun rencana selanjutnya. Sekarang yang paling mendesak adalah mencari solusi untuk masalah utama kita."Hayam tertegun sejenak, lalu mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya memang sulit untuk memahami situasi ini, tapi sekarang yang paling penting adalah mencari solusi untuk menyelesaikannya."Adjie menganggukkan kepala, setuju dengan pendapat Hayam. Melihat waktunya sudah tidak banyak lagi, dia berkata, "Baiklah, hari ini waktunya sudah hampir habis. Kalau Tuan sudah tiba, pastikan untuk segera laporkan pada Tuan bahwa malam ini mereka akan langsung menyerang dari selatan dan utara. Ingat, kita harus bersiap-siap."Hayam
Ternyata orang yang datang bertemu dengan Adjie adalah Hayam yang datang ke sini bersama Wira.Setelah turun dari kuda dan membalas salam, Hayam tersenyum dan berkata, "Setelah Tuan menyuruhku bertemu denganmu di sini, aku baru tahu ternyata kamu sudah masuk ke Desa Riwut. Kamu bahkan menjadi wakil pertama di sana."Adjie tertawa dan perlahan-lahan berkata, "Hehe. Aku hanya beruntung saja. Tuan sudah tiba di sini?"Hayam menggelengkan kepala dan berkata, "Belum, tapi Tuan mengutusku datang ke sini lebih dulu. Sekarang kami hanya membawa 500 pasukan saja, sedangkan Tuan memimpin 10 ribu pasukan sedang dalam perjalanan ke sini."Mendengar perkataan itu, Adjie menganggukkan kepala. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitarnya, dia tersenyum dan berkata, "Baiklah, semuanya tetap seperti rencana sebelumnya. Malam ini kita akan menyerang dari utara dan selatan secara bersamaan, tapi Desa Riwut hanya mengirim seribu orang. Jadi, sisanya tergantung pada kalian."Hayam langsung terkejut saa
Darsa langsung tertegun sejenak, lalu perlahan-lahan bertanya, "Apa yang sebenarnya telah terjadi? Ceritakan dengan jelas. Apa pasukan dari Kerajaan Nuala ini benar-benar begitu hebat?"Setelah menghela napas, Zaki akhirnya mulai menceritakan seluruh kejadiannya dengan detail.....Di sisi lain, Adjie sudah membawa banyak orang keluar dari Desa Riwut. Setelah tiba di sekitar Pulau Hulu, mereka segera berpencar menjadi beberapa tim."Bos, Guntur, kita tetap jalankan rencana kita sebelumnya, tapi kita baru mulai menyerang di malam hari. Kalau kita menyerang sekarang, jumlah kita yang sedikit ini bukan tandingan mereka," kata Adjie.Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, jika kali ini mereka berhasil merebut Pulau Hulu, tempat ini akan menjadi milik Desa Riwut. Oleh karena itu, mereka sangat berhati-hati dalam menjalankan rencana Adjie, tidak berani bertindak sembarangan.Enji juga memberi hormat dan berkata, "Tenang saja, kali ini kita pasti akan berti
Melihat ekspresi Zaki masih terlihat bingung, Darsa tersenyum. Dia tentu saja tahu Zaki masih belum mengerti maksudnya. Dia tersenyum dan perlahan-lahan berkata, "Lihat bagian ini dulu. Kalau Wira ingin menyerang kita dari selatan, dia pasti harus melewati Desa Riwut karena hanya ada satu jalur yang bisa dilewati."Setelah tertegun sejenak, Zaki baru mengamati peta di depannya. Saat melihat jalur yang ditunjukkan Darsa, dia menganggukkan kepala dan perlahan-lahan berkata, "Sepertinya memang begitu."Pada peta itu, terlihat sebuah jalur yang langsung melewati Desa Riwut dan mengarah ke kota di selatan. Zaki menyadari pasukan dari Kerajaan Nuala juga hanya bisa melewati jalur itu, yang berarti mereka tetap harus melewati Desa Riwut untuk sampai ke sini. Jika begitu, dia bisa langsung memasang jebakan.Namun, mengingat perkataan Darsa sebelumnya, Zaki merasa sangat ragu. Setelah terdiam sejenak, dia mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kalau mengikuti rencana Tuan Darsa, tentu nggak akan a
Zaki langsung tertegun sejenak saat mendengar Darsa juga datang karena dia sangat mengenal sosok ini yang sebelumnya.Konon, Darsa pernah bersembunyi di lembah dan memiliki kemampuan meramal yang luar biasa. Namun, setelah ditemukan Bimala, dia langsung direkrut sebagai penasihat militer.Zaki benar-benar tidak menyangka kali ini Bimala bisa mengirim Darsa yang sangat berharga ke sini, sehingga dia pun langsung bangkit dan keluar dari tenda. Namun, begitu keluar, dia melihat sekelompok orang berjalan mendekat.Di antara kerumunan itu, ada seorang pemuda yang membawa pedang panjang di pinggangnya. Namun, tubuh mungilnya terlihat tidak serasi dengan zirahnya yang besar. Begitu melihatnya, ekspresi Zaki menjadi tidak ramah karena dia adalah Joko.Selain itu, ada seorang pria paruh baya yang berdiri di samping Joko. Pria ini mengenakan pakaian sederhana dari kain kasar tanpa membawa pedang, sepatunya bahkan hanya berupa sandal jerami. Siapa pun yang melihatnya akan mengira dia adalah rakya
Melihat masalahnya sudah diselesaikan, semua orang langsung menganggukkan kepala. Beberapa saat kemudian, Adjie yang seolah-olah teringat sesuatu langsung menatap keduanya dan memberikan hormat.Enji dan Guntur tidak mengerti maksud dari tindakan Adjie, tetapi mereka tetap ikut membalas hormat itu.Setelah cukup lama, Adjie baru menatap keduanya dan berkata, "Bos, Guntur, ini adalah momen yang sangat krusial bagi Desa Riwut, jadi kita benar-benar harus mempersiapkan semuanya dengan matang. Jangan sampai hal ini malah menjadi masalah besar bagi kita. Aku harap kalian juga berjuang dengan sekuat tenaga."Enji juga memberi hormat dan berkata, "Tentu saja. Baiklah. Kalau begitu, kita pergi mempersiapkan semuanya sekarang juga dan langsung berangkat."Semua orang langsung memberi hormat dan segera keluar.....Sementara itu, Zaki yang kembali ke Pulau Hulu dengan kondisi yang sangat mengenaskan segera meminta bantuan dari suku-suku di utara. Saat ini, dia sudah kehilangan hampir 30 ribu pas
Beberapa saat kemudian, Enji berkata dengan pelan, "Adjie, apa yang kamu katakan kali ini memang benar, Tuan Wira memang sudah mengerahkan pasukannya. Sepertinya pasukan Tuan Wira memang cukup kuat dan langsung mengarah ke sini. Sekarang kita juga harus segera menyusun rencana."Mendengar perkataan ini, semua orang menganggukkan kepala.Namun, Adjie malah berkata, "Kalau Bos sudah membuat keputusan, yang paling penting sekarang adalah memastikan kita bisa menyelesaikan semua ini. Lebih baik kita segera bersiap-siap."Semua orang menganggukkan kepala.Setelah selesai mengatur semuanya, Guntur tersenyum dan berkata, "Hehe. Kak Adjie, tenang saja, aku sudah mengirim orang untuk mengurusnya. Kali ini kita hanya perlu langsung beraksi saja, sisanya juga nggak sulit untuk diatur. Sekarang kita hanya perlu menentukan kapan akan berangkat."Enji juga menganggukkan kepalanya. Sekarang semuanya sudah diatur, mereka hanya perlu membagi tugas dan menyusun jalur penyerangan. Setelah berpikir sejena
Setelah menunggu hampir sehari semalam, orang yang dikirim Enji dan Guntur untuk menyelidiki situasi di depan akhirnya kembali. Melihat orang itu kembali, mereka segera keluar untuk menemuinya dengan sangat bersemangat. Begitu bertemu, mereka langsung bertanya, "Bagaimana? Apa ada pergerakan?"Pengintai itu memberi hormat dan berkata, "Bos, memang ada pasukan yang bergerak di selatan. Dilihat dari arahnya, mereka memang menuju Pulau Hulu. Kalau begitu, mereka pasti akan melewati bagian luar Desa Riwut."Mendengar perkataan itu, semua orang merasa gembira dan menjadi sangat bersemangat.Guntur melambaikan tangan dan berkata, "Kamu pergi kumpulkan saudara-saudara dulu, mungkin ada suatu hal besar akan terjadi."Ekspresi dari pengintai yang baru kembali itu berubah, lalu menatap Guntur dan berkata, "Bos, kamu berencana untuk menyerang mereka? Mereka semua itu prajurit tangguh, kita nggak mungkin bisa melawan mereka."Guntur langsung tertawa dan marah, "Kamu pikir aku bodoh ya? Mereka semu
Setelah merenung beberapa saat, Guntur tiba-tiba berucap dengan suara rendah, "Bos, kalau kita berhasil merebut Pulau Hulu, menurutmu masih perlu mempertahankan Adjie?"Mendengar itu, Enji tertegun sejenak. Sesaat kemudian, dia mulai merenung. Sebelumnya, kepintaran Adjie benar-benar membuatnya terkejut. Jika mengikuti dugaan awalnya, Adjie seharusnya bukanlah seorang pengungsi.Jelas bahwa seorang pengungsi tidak mungkin memiliki begitu banyak pengetahuan, apalagi memiliki pengalaman militer yang begitu kaya.Setelah berpikir sejenak, Enji akhirnya berkata, "Lebih baik begini, kirim orang untuk menyelidiki latar belakang Adjie. Pergilah ke selatan. Aku khawatir ada sesuatu yang mencurigakan tentang orang ini."Mendengar itu, Guntur berpikir sesaat, lalu mengangguk sambil menyahut, "Baik. Kalau begitu, aku akan segera mengirim orang."Setelah mengatakan itu, Guntur pun keluar untuk menemui orang kepercayaannya dan memberikan instruksi dengan sungguh-sungguh. Setelah semuanya diatur, di