Sigra cukup terkejut saat membaca surat tersebut. Tebersit kilatan dingin di matanya. "Hebat! Aku sudah meremehkan kalian, Keluarga Juwanto. Ternyata kalian begitu hebat!"Sigra tentu kaget. Kerajaan Monoma baru menduduki Provinsi Suntra beberapa hari, tetapi Keluarga Juwanto sudah merebutnya dari mereka. Kekuatan seperti ini sungguh mengejutkan.Farrel yang mengetahui kabar ini juga terkejut. Dia berkata dengan serius, "Ayah, dengar-dengar, yang menyerang kali ini adalah pasukan Prabu. Dia nggak menampakkan diri selama ini, ternyata dia diam-diam membina pasukan. Menurut rumor, pasukannya sama sekali nggak terluka. Hebat sekali!"Tidak ada yang menyangka bahwa Keluarga Juwanto akan tiba-tiba melancarkan serangan seperti ini. Meskipun terkejut, ini adalah kabar baik untuk Keluarga Barus. Dengan demikian, mereka baru punya kesempatan."Keluarga Juwanto memang nggak mengecewakanku. Sepertinya, mereka menunjukkan kemampuan yang sebenarnya karena sudah ingin menjatuhkan Kerajaan Nuala. Ini
Makna dan ucapan Sigra ini sangat mendalam, sampai Farrel agak terkejut mendengarnya. Benar! Apabila Kerajaan Nuala benar-benar hancur, yang paling dibutuhkan adalah bahan makanan. Sisanya tidak akan begitu penting lagi, baik itu impian ataupun pembalasan dendam!Meskipun sekarang belum waktunya, mereka yakin bahwa kehancuran itu sudah tidak lama lagi jika situasi seperti ini terus berlanjut."Jadi, kita harus menahan Keluarga Juwanto supaya reputasi mereka nggak makin besar. Kalau nggak, semua keluarga kaya akan berpihak kepada mereka. Kita juga harus mengembangkan keuangan kita dan mengumpulkan bahan makanan. Begitu perang merajalela, semua ini akan menjadi andalan kita," jelas Sigra.Farrel mengangguk sambil menyahut, "Ayah, kamu tenang saja. Kekayaan Keluarga Sigra jelas nggak bisa ditandingi oleh Keluarga Juwanto!"Farrel sangat percaya diri dalam hal ini. Pada dasarnya, kekayaan mereka sebanding dengan Kerajaan Nuala. Ada banyak sekali emas dan perak di gudang pribadi Keluarga Si
Surat ini bukan ditulis oleh orang lain, melainkan Jihan. Dia tidak menulis banyak, hanya menyuruh mereka datang ke ibu kota untuk mengobrol."Sepertinya, Bibi dalam masalah ...," ujar Farrel dengan ekspresi tidak tega.Sigra tentu paham. Hanya saja, dia menghela napas karena merasa agak kesal. "Hais ... dia menyuruh kita pergi untuk membantunya."Begitu membaca surat itu, Sigra sontak tahu tujuan Jihan. Saat ini, Keluarga Juwanto menyerang dengan ganas, sedangkan istana tidak memiliki kemampuan untuk melawan. Jika Keluarga Barus membantu, Jihan baru bisa mengendalikan pemerintahan, bahkan bisa menyingkirkan Keluarga Juwanto.Pemikiran seperti ini tentu saja baik. Sayangnya, mana mungkin Sigra menyetujuinya?"Ayah, kalau begitu, kita pergi nggak?" tanya Farrel langsung.Sigra mengembuskan napas sebelum menjawab, "Tentu saja pergi. Kamu juga tahu sifat bibimu yang keras kepala. Kalau bukan karena benar-benar terdesak, dia nggak mungkin mencari kita. Tapi, bibimu melakukan semua ini demi
Jihan juga tidak bodoh. Dia tahu Keluarga Barus akan datang, tetapi pasti datang dengan membawa syarat. Bahkan, Sigra mungkin akan meminta Jihan untuk membantunya.Jihan tahu semua ini. Meskipun tahu sangat sulit, dia tetap ingin mencoba. Bagaimanapun, Kerajaan Nuala sangat membutuhkan Keluarga Barus sekarang."Meminta sesuatu? Ya ... benar juga ...." Saiqa menghela napas. Hal ini tidak perlu diragukan lagi.Karena sudah datang, Keluarga Barus tentu akan mengajukan syarat. Jika tidak, mana mungkin mereka bersedia membantu Ratu? Lagi pula, ambisi Keluarga Barus sama besarnya dengan Keluarga Juwanto."Sebenarnya, cara terbaik bagi mereka adalah nggak perlu datang. Dengan cara ini, mereka pun bisa mengambil kesempatan saat dunia benar-benar kacau. Kalau istana dan Keluarga Juwanto sama-sama rugi, hasilnya tentu akan menjadi yang terbaik untuk Keluarga Barus," ucap Jihan tanpa daya."Jadi, kenapa Keluarga Barus memilih untuk datang? Apa hanya untuk mengajukan syarat? Tapi, Yang Mulia, syar
Jihan langsung berbicara terus terang. Bagaimanapun, dia sudah pernah menyebutkan masalah ini kepada Sigra sebelumnya.Sigra melirik Jihan sekilas. Setelah merenung sejenak, dia baru berkata, "Jihan, aku datang karena kita ini saudara kandung. Kamu pasti tahu Ayah akan menentang perbuatanmu ini kalau dia masih hidup, 'kan?"Sigra tidak ingin berbicara dari sudut pandangnya, melainkan dari sudut pandang ayahnya agar Jihan bisa memahami kebenaran ini. Meskipun sudah pernah mengatakannya waktu itu, Sigra masih ingin mengulanginya."Aku ... aku ngerti ...." Jihan mengangguk. Dia tentu tahu apa tujuan Keluarga Barus selama bertahun-tahun ini.Kini, yang paling bisa diharapkan hanya Jihan seorang. Ayahnya pasti akan marah besar jika tahu Jihan tidak membantu Keluarga Barus, bahkan tidak akan mengakuinya sebagai anaknya lagi.Jihan memahami semua ini. Namun, dia tidak bisa menyerah atas Kerajaan Nuala dan tidak ingin Raja Bakir kecewa padanya. Jika mengkhianati suaminya, Jihan akan malu untuk
Terutama Kerajaan Agrel, kekuatan mereka berkembang pesat. Kalau bukan karena Kerajaan Nuala sedang mengalami perselisihan internal, mereka mungkin sudah melancarkan serangan besar!Keluarga Juwanto juga tidak berani sembarangan merebut Provinsi Ladu yang telah dikuasai Kerajaan Agrel. Sebaliknya, mereka merebut Provinsi Suntra dan mengusir bangsa Monoma. Hal ini tentu karena kekuatan Kerajaan Agrel terlalu mengerikan."Jihan, sebenarnya rakyat nggak berharap apa pun lagi dari Kerajaan Nuala. Bandit telah merajalela di berbagai tempat. Kalau nggak bisa makan kenyang, siapa yang mau pergi membasmi para bandit itu?" lanjut Sigra.Sigra menganalisis semua ini supaya Jihan bisa memahaminya. Baik Keluarga Barus ataupun Keluarga Juwanto, tidak ada yang bisa menghentikan kekacauan ini. Hanya saja, kedua keluarga ini sama-sama mengambil inisiatif.Jika kekacauan makin parah, mungkin banyak orang yang berpikiran untuk merebut takhta. Kerajaan Nuala yang sekarang tidak ada bedanya dengan kapal d
Selesai mengatakan semua itu, ekspresi Sigra juga terlihat muram. Bagaimanapun, ini kesempatan besar untuk Keluarga Barus. Namun, Jihan malah menghentikan langkah Keluarga Barus hanya demi Kerajaan Nuala yang telah hancur. Bagaimana bisa Sigra tidak marah?Kini, terjadi krisis besar di Kerajaan Nuala. Jihan bahkan meminta bantuan dari mereka. Sebenarnya, Sigra ingin sekali memarahi adiknya ini supaya bisa berpikir dengan jernih!Meskipun mencintai Raja Bakir dan putranya, Jihan tidak perlu membuat kerja keras Keluarga Barus selama ini menjadi sia-sia. Siapa yang telah membesarkannya? Siapa yang telah mendidiknya? Siapa yang telah memberinya kesempatan menikah dengan keluarga Kerajaan? Siapa pula yang memberinya kepercayaan diri untuk menjadi ratu?Tentu saja Keluarga Barus! Namun, Jihan malah melakukan hal seperti ini demi Raja Bakir. Perbuatan ini sungguh membuat Sigra murka.Jihan menarik napas dalam-dalam sembari menatap kakaknya. Dia juga tahu tindakannya ini tidaklah pantas. Namun
Sigra tertegun sejenak setelah mendengar ucapan Jihan. Namun, Sigra juga paham. Jihan ingin putranya dan Raja Bakir menjadi raja, tetapi ... Jihan tidak peduli seberapa lama putranya bisa menduduki posisi raja. Jika begitu, Sigra tahu apa yang harus dilakukannya.Sigra berkata, "Jihan, kalau begitu, aku akan memberimu jawaban yang pasti. Sekarang, kamu bisa menyokong Jefry menjadi raja dan kami bisa membantumu mempertahankan Kerajaan Nuala. Tapi, setelah menyingkirkan Keluarga Juwanto, Kerajaan Nuala akan menjadi milik Keluarga Barus. Nantinya, aku jamin kamu dan anakmu akan menikmati kemewahan seumur hidup."Sigra tersenyum. Akhirnya, dia yang menang dalam negosiasinya dengan Jihan kali ini. Jika Jihan berpikiran seperti ini, berarti dia tidak ingin bertarung lagi. Lagi pula, Sigra memang tidak membohongi Jihan.....Di Dusun Darmadi, Wira sedang minum teh di rumahnya. Tiba-tiba, Dewina berjalan masuk dengan ekspresi cemas dan buru-buru melapor, "Suamiku, gawat. Ada masalah besar!""A
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m