Share

Bab 1046

Author: Arif
Jihan langsung berbicara terus terang. Bagaimanapun, dia sudah pernah menyebutkan masalah ini kepada Sigra sebelumnya.

Sigra melirik Jihan sekilas. Setelah merenung sejenak, dia baru berkata, "Jihan, aku datang karena kita ini saudara kandung. Kamu pasti tahu Ayah akan menentang perbuatanmu ini kalau dia masih hidup, 'kan?"

Sigra tidak ingin berbicara dari sudut pandangnya, melainkan dari sudut pandang ayahnya agar Jihan bisa memahami kebenaran ini. Meskipun sudah pernah mengatakannya waktu itu, Sigra masih ingin mengulanginya.

"Aku ... aku ngerti ...." Jihan mengangguk. Dia tentu tahu apa tujuan Keluarga Barus selama bertahun-tahun ini.

Kini, yang paling bisa diharapkan hanya Jihan seorang. Ayahnya pasti akan marah besar jika tahu Jihan tidak membantu Keluarga Barus, bahkan tidak akan mengakuinya sebagai anaknya lagi.

Jihan memahami semua ini. Namun, dia tidak bisa menyerah atas Kerajaan Nuala dan tidak ingin Raja Bakir kecewa padanya. Jika mengkhianati suaminya, Jihan akan malu untuk
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1047

    Terutama Kerajaan Agrel, kekuatan mereka berkembang pesat. Kalau bukan karena Kerajaan Nuala sedang mengalami perselisihan internal, mereka mungkin sudah melancarkan serangan besar!Keluarga Juwanto juga tidak berani sembarangan merebut Provinsi Ladu yang telah dikuasai Kerajaan Agrel. Sebaliknya, mereka merebut Provinsi Suntra dan mengusir bangsa Monoma. Hal ini tentu karena kekuatan Kerajaan Agrel terlalu mengerikan."Jihan, sebenarnya rakyat nggak berharap apa pun lagi dari Kerajaan Nuala. Bandit telah merajalela di berbagai tempat. Kalau nggak bisa makan kenyang, siapa yang mau pergi membasmi para bandit itu?" lanjut Sigra.Sigra menganalisis semua ini supaya Jihan bisa memahaminya. Baik Keluarga Barus ataupun Keluarga Juwanto, tidak ada yang bisa menghentikan kekacauan ini. Hanya saja, kedua keluarga ini sama-sama mengambil inisiatif.Jika kekacauan makin parah, mungkin banyak orang yang berpikiran untuk merebut takhta. Kerajaan Nuala yang sekarang tidak ada bedanya dengan kapal d

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1048

    Selesai mengatakan semua itu, ekspresi Sigra juga terlihat muram. Bagaimanapun, ini kesempatan besar untuk Keluarga Barus. Namun, Jihan malah menghentikan langkah Keluarga Barus hanya demi Kerajaan Nuala yang telah hancur. Bagaimana bisa Sigra tidak marah?Kini, terjadi krisis besar di Kerajaan Nuala. Jihan bahkan meminta bantuan dari mereka. Sebenarnya, Sigra ingin sekali memarahi adiknya ini supaya bisa berpikir dengan jernih!Meskipun mencintai Raja Bakir dan putranya, Jihan tidak perlu membuat kerja keras Keluarga Barus selama ini menjadi sia-sia. Siapa yang telah membesarkannya? Siapa yang telah mendidiknya? Siapa yang telah memberinya kesempatan menikah dengan keluarga Kerajaan? Siapa pula yang memberinya kepercayaan diri untuk menjadi ratu?Tentu saja Keluarga Barus! Namun, Jihan malah melakukan hal seperti ini demi Raja Bakir. Perbuatan ini sungguh membuat Sigra murka.Jihan menarik napas dalam-dalam sembari menatap kakaknya. Dia juga tahu tindakannya ini tidaklah pantas. Namun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1049

    Sigra tertegun sejenak setelah mendengar ucapan Jihan. Namun, Sigra juga paham. Jihan ingin putranya dan Raja Bakir menjadi raja, tetapi ... Jihan tidak peduli seberapa lama putranya bisa menduduki posisi raja. Jika begitu, Sigra tahu apa yang harus dilakukannya.Sigra berkata, "Jihan, kalau begitu, aku akan memberimu jawaban yang pasti. Sekarang, kamu bisa menyokong Jefry menjadi raja dan kami bisa membantumu mempertahankan Kerajaan Nuala. Tapi, setelah menyingkirkan Keluarga Juwanto, Kerajaan Nuala akan menjadi milik Keluarga Barus. Nantinya, aku jamin kamu dan anakmu akan menikmati kemewahan seumur hidup."Sigra tersenyum. Akhirnya, dia yang menang dalam negosiasinya dengan Jihan kali ini. Jika Jihan berpikiran seperti ini, berarti dia tidak ingin bertarung lagi. Lagi pula, Sigra memang tidak membohongi Jihan.....Di Dusun Darmadi, Wira sedang minum teh di rumahnya. Tiba-tiba, Dewina berjalan masuk dengan ekspresi cemas dan buru-buru melapor, "Suamiku, gawat. Ada masalah besar!""A

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1050

    Pemimpin itu mengangguk dan ekspresinya tampak serius. Dia berujar dengan dingin, "Ayo, kita cegat mereka!"Setelah pemimpin memberi perintah, segerombolan pria berpakaian hitam itu segera berjalan menuju ke bawah gunung. Sementara itu, Dewina yang mengikuti Wira terlihat gugup. Dewina merasakan ancaman di sekitar mereka. Untung saja, Danu dan belasan Pasukan Zirah Hitam mendampingi mereka, jadi Dewina merasa sedikit aman.Dewina berucap, "Suamiku, kita ...." Sebelum menyelesaikan perkataannya, Dewina mendengar suara di sekitar.Ekspresi Danu menjadi muram, dia langsung mundur ke sisi Wira dan Dewina untuk melindungi mereka berdua. Tak lama kemudian, segerombolan bandit bergegas mendatangi rombongan Wira. Dewina yang terkejut menarik lengan baju Wira dan bersembunyi di belakang Wira.Danu dan belasan Pasukan Zirah Hitam seketika menjadi waswas. Mereka menatap para bandit dengan ekspresi garang. Wira tertegun saat bertemu dengan bandit. Dia berpikir mungkin ada bandit baru menguasai gun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1051

    Danu yang berada di sebelah juga menjadi sangat waspada. Namun, jumlah lawan mereka sangat banyak. Tidak peduli seberapa hebat pun dirinya dan Pasukan Zirah Hitam, lawan mereka berjumlah sekitar 1.000 orang. Perbedaan jumlah yang sangat banyak ini sangat merugikan mereka.Danu pun secara refleks membawa orang untuk melindungi Dewina dan Wira agar mereka tidak diserang secara diam-diam oleh lawan mereka.Wira juga tahu apabila tidak bisa melarikan diri kali ini, mereka semua pasti akan mati di sini. Oleh karena itu, dia diam-diam memasukkan tangannya ke saku dan bersiap-siap untuk menggunakan senjata andalannya di saat-saat genting.Orang yang memimpin di paling depan itu tidak mengetahui tentang kehebatan Wira. Dia terlihat sangat sombong, lalu mengancam Wira dengan dingin, “Wira, maaf. Salahkan saja dirimu karena sudah menyinggung orang yang nggak sepantasnya kamu singgung. Tindakanmu itu memang sangat konyol!”“Kalian, cepat bunuh mereka! Bertindaklah dengan cepat, jangan sampai mere

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1052

    Prabu pun tersenyum sinis. Dia mengelus dagunya dan berkata dengan suara berat, “Orang bernama Wira itu punya kemampuan yang sangat hebat. Ingin membunuhnya dengan cara biasa nggak akan begitu gampang. Jadi, kita harus memikirkan cara untuk memancingnya keluar dari Dusun Darmadi dulu. Setelah itu, kita baru bisa membunuhnya dengan gampang.”“Tuan Prabu memang bijak.” Wakil jenderal itu berkata, “Nggak peduli seberapa hebat pun Wira, asalkan bisa memancingnya keluar dari Dusun Darmadi, 1.000 orang itu pasti bisa membunuhnya!”Prabu tertawa sambil menatap ke kejauhan dengan mata berapi-api. Kemudian, dia mendengus, “Benar! Bukannya Wira mengaku kecerdasannya itu nggak tertandingi? Berhubung begitu, aku mau tahu bagaimana dia bisa melarikan diri dari serangan pasukan sebanyak 1.000 orang.”“Tuan, orang yang kamu utus itu adalah para ahli. Begitu mereka bertemu dengan Wira, Wira pasti akan mati!” jawab wakil jenderal itu.Kemudian, kedua orang itu saling memandang dan tertawa. Prabu terlih

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1053

    “Benda itu mirip petasan, tapi ... kekuatannya sangat dahsyat. Orang yang terkena ledakan itu akan kehilangan tangan atau kakinya, ada juga yang tubuhnya langsung hancur ...,” jelas prajurit itu dengan sangat ketakutan.Sampai sekarang, dia masih tidak mengerti apa sebenarnya yang sudah terjadi. Apa yang dilemparkan Wira sehingga bisa menimbulkan ledakan yang begitu luar biasa?Setelah mendengar cerita ini, Prabu merasa sangat tercengang. Mampu membunuh ratusan orang dalam sekejap? Bahkan kekuatan panah juga tidak sehebat itu! Apa sebenarnya benda itu?Dari informasi yang Prabu dapatkan, Wira memiliki sebuah senapan yang berbentuk kecil dan indah, tetapi sangat mematikan. Jangan-jangan, Wira telah menciptakan senjata baru yang lebih mengerikan lagi? Prabu benar-benar tidak percaya bahwa Wira adalah orang yang begitu genius.“Wira, Wira, ternyata kamu memang sangat mengejutkan. Tapi, kedua provinsi ini sudah dikendalikan oleh anggota-anggotaku. Bandit-banditmu memang cukup hebat. Sayang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1054

    Wira pun tersenyum dan menjawab, “Biarpun nggak yakin sepenuhnya, aku punya cara untuk membuat Prabu nggak bisa mencari masalah dengan kita lagi.”Setelah mendengar jawaban Wira, Danu pun tertawa dan bertanya, “Kak Wira, katakanlah. Apa yang harus kita lakukan?”Wira mengedipkan matanya dan menjawab, “Mengandalkan orang lain untuk menghabisinya!”Begitu mendengar jawaban itu, semua orang pun kebingungan karena tidak mengerti maksud Wira. Namun, Wira hanya tersenyum misterius tanpa menjelaskannya.Pada saat kejadian-kejadian ini berlangsung, Sigra sedang meninggalkan istana sambil tersenyum. Setelah dia pergi, Jihan terlihat sedikit merasa bersalah.Saat ini, Saiqa berjalan menghampiri Jihan dan bertanya dengan hati-hati, “Ratu, An ... Anda benar-benar menyetujuinya? Kalau begitu ... bagaimana Pangeran Jefry bisa menguasai dunia?”Saiqa yang dari tadi mendengar pembicaraan mereka merasa sangat terkejut setelah mendengar syarat itu. Awalnya, dia merasa Jihan seharusnya tidak akan setuju.

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3152

    Mendengar itu, Enji mengangguk pelan. Setelah beberapa saat, dia menatap mereka dan tertawa. "Sebelumnya aku memang nggak terpikirkan. Kalau berita ini benar, ini adalah kabar baik."Desa Riwut terletak cukup dekat dengan Pulau Hulu. Jadi, bagi Enji, jika Wira benar-benar membawa orang untuk merebut Pulau Hulu, segalanya akan jauh lebih mudah.Memikirkan hal ini, dia mengernyit dan bertanya, "Baiklah. Kalau begitu, jangan terburu-buru. Ini adalah urusan besar. Setidaknya biarkan kami menyelidikinya terlebih dahulu, 'kan?"Mendengar itu, Adjie tersenyum tipis. Setelah beberapa saat, dia mengangguk dan berujar, "Tentu saja bisa, tapi kita harus bergerak cepat. Kalau sampai melewatkan kesempatan ini, semua akan sia-sia.""Paham! Paham!" Adjie memberi hormat dengan mengepalkan tangan, lalu berbalik dan pergi.Setelah Adjie pergi, Enji dan Guntur berpandangan. Enji berkata, "Sebelumnya aku nggak terlalu memikirkan ini, tapi sekarang aku merasa ini memang peluang yang nyata. Yang paling pent

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3151

    Mendengar ucapan itu, keduanya sontak termangu. Adjie ini benar-benar berani, sampai berniat merebut Pulau Hulu pada saat seperti ini!Setelah beberapa saat, Enji dan Guntur berpandangan. Meskipun mereka ingin bergabung dengan Wira, kesetiaan mereka masih dipertanyakan.Alasan utama mereka ingin bergabung adalah karena melihat kemungkinan besar pasukan utara akan dihancurkan oleh Wira. Makanya, mereka ingin mengambil kesempatan untuk membelot.Namun, jika harus benar-benar berperang dan merebut Pulau Hulu sebagai hadiah untuk Wira, mereka masih ragu.Setelah berpikir beberapa saat, Enji mengernyit dan berkata, "Adjie, kami harus mempertimbangkan ini dengan matang. Ini bukan perkara kecil. Memang kami merasa ini kesempatan bagus, tapi kita nggak boleh gegabah."Mendengar itu, Adjie terdiam sejenak. Sesaat kemudian, dia tersenyum sambil mengejek, "Jangan-jangan kamu takut?"Mendengar dirinya diragukan, ekspresi Enji langsung berubah. Memang ada sedikit ketakutan dalam hatinya, tetapi dia

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3150

    Setelah berpikir sejenak, mereka yakin Adjie memang berasal dari selatan. Sebagian besar pengungsi saat ini juga berasal dari selatan, jadi masuk akal jika dia mengetahui banyak hal.Menyadari hal ini, Enji melambaikan tangan dan bertanya, "Adjie, apa yang sebenarnya terjadi di selatan? Apa kamu tahu?"Adjie maju, memberi hormat dengan tangan terkatup, lalu menyahut, "Sebenarnya aku nggak tahu terlalu banyak. Aku cuma dengar Tuan Wira tampaknya muncul di selatan dan berencana untuk melakukan serangan balasan. Tapi, itu cuma desas-desus.""Apa? Tuan Wira benar-benar sudah datang?" Guntur terkejut, menoleh ke arah Enji. Jelas, mereka mengetahui sesuatu.Melihat reaksi mereka, Adjie sedikit terkejut. Perkembangan situasi ini tampaknya di luar dugaannya. Jangan-jangan ada sesuatu yang bahkan dia sendiri enggan untuk membicarakannya?Sesaat kemudian, Enji berkata dengan penuh semangat, "Bagus kalau itu benar! Semua orang tahu Tuan Wira adalah orang yang sangat setia dan berprinsip. Kalau ki

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3149

    Mendengar ini, Adjie berpura-pura bodoh dan bertanya dengan ekspresi terkejut, "Apa maksudmu? Sekarat gimana? Jangan bilang dia sudah mati?"Guntur menghela napas. Sepertinya menjelaskan semuanya sekarang akan terlalu panjang, jadi dia hanya menyahut dengan suara rendah, "Sepertinya kamu belum tahu, Zaki mengalami kekalahan besar beberapa waktu lalu dan sekarang mundur ke Pulau Hulu dalam kondisi sekarat. Kalau kita menyerangnya sekarang, bukankah ini akan menjadi kemenangan yang mudah?"Adjie berpura-pura terkejut, menatap Guntur dengan ekspresi penuh kebingungan. Setelah beberapa saat, seolah-olah menyadari sesuatu, dia berujar, "Kalau memang begitu, bisa jadi ini kesempatan bagus. Tapi, aku pernah dengar kalau Zaki sangat kuat."Tak disangka, Guntur malah tertawa dan menimpali, "Kenapa kalau kuat? Kak, kamu mungkin belum tahu, wilayah utara ini dulunya adalah daerah kekuasaan Bobby."Mendengar nama Bobby disebut, Adjie sebenarnya ingin mencari tahu lebih banyak tentang keadaannya sa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3148

    Melihat situasi ini, Adjie langsung berseru. Guntur pun termangu, tetapi dia langsung memahami maksud Adjie. Jelas, ini adalah cara untuk menunjukkan statusnya.Mau tak mau, Guntur memaksakan senyuman dan menyapa, "Hehe, Kak Adjie? Mau ke mana?"Adjie melambaikan tangan dan menoleh menatap Tora dan Bajra. Dengan nada tenang, dia berkata, "Kalian berdua pergi dulu, ini bukan urusan kalian. Guntur, temani aku jalan-jalan."Guntur tertegun sesaat. Sebenarnya, dia tidak terlalu ingin mengikuti Adjie. Kemarin, cara Adjie bersikap benar-benar membuatnya merasa tertekan. Namun, melihat wajah Adjie yang tegas, Guntur hanya bisa menghela napas dan mengikutinya keluar.Begitu mereka tiba di tempat yang lebih sepi, Adjie bertanya dengan pelan, "Jadi, aku dengar kamu punya hubungan yang cukup baik dengan Kunaf? Apa itu benar?"Guntur tertegun lagi. Reaksi pertamanya adalah mengira Adjie mendengar percakapan mereka kemarin.Namun, setelah beberapa saat, Adjie melanjutkan dengan suara ringan, "Saat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3147

    Mendengar kata-kata Enji, Guntur tersenyum tipis. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Boleh dicoba. Tapi, saat ini yang paling penting adalah memastikan agar dia nggak tahu rencana ini. Selebihnya, kita bisa merencanakan dengan matang."Enji mengangguk serius. Setelah memastikan semuanya, dia berujar, "Baiklah. Kalau begitu, besok aku akan mengurus hal ini. Kamu rahasiakan dulu, besok kita buat keputusan akhir.""Baik!" Guntur tersenyum mendengarnya. Menurutnya, jika semua berjalan sesuai rencana, ini adalah kesempatan bagus. Yang harus dipastikan pertama adalah kekuatan mereka saat ini. Begitu waktunya tiba besok, dia bisa langsung menyingkirkan Adjie.Di luar, Adjie yang mendengar percakapan itu ikut tersenyum. Setelah beberapa saat, melihat Guntur hendak keluar, dia segera berdiri dan pergi lebih dulu.....Keesokan harinya, Adjie sudah lebih dulu tiba di aula utama Desa Riwut. Dalam perjalanannya, banyak orang menyapanya dengan ramah. Jelas, mereka benar-benar menganggap Adjie seb

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3146

    Mendengar hal itu, Guntur tertegun sejenak, agak bingung dengan perkataan Enji. Beberapa saat kemudian, Enji berkata, "Hehe, tak disangka kita mendapatkan harta kali ini. Bukankah saudara yang kamu sebut sebelumnya juga bekerja di pasukan utara?"Guntur tersenyum tipis mendengar itu. Setelah beberapa saat, dia perlahan menyahut, "Jangan dibahas lagi. Aku sudah lama nggak bisa menghubunginya. Entah apa yang terjadi. Terakhir kali pasukan utara berencana menuju perbatasan kota, tapi mereka dijebak. Sekarang mereka semua mundur ke daerah Pulau Hulu."Enji mengangguk. Dalam hatinya, dia mulai menebak identitas Adjie. Setelah beberapa saat, seolah-olah terpikirkan sesuatu, dia berkata pelan, "Apa kamu memperhatikannya? Kemampuan Adjie cukup luar biasa. Aku sampai merasa dia mungkin pernah menjadi tentara."Enji mengangguk lagi, merasa semakin yakin. Tidak berselang lama, Guntur yang berdiri di samping tiba-tiba juga mengangguk seperti teringat sesuatu.Dia mendongak menatap Enji dan berkata

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3145

    Melihat pemandangan itu, Enji tersenyum dan berkata, "Sebelumnya aku masih nggak yakin. Tapi, dilihat dari situasi sekarang, kamu memang bisa diandalkan. Semuanya, cepat beri hormat pada Kak Adjie kalian ini"Adjie juga terkejut saat mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka orang-orang ini begitu sopan sampai memberi hormat padanya.Melihat ekspresi Adjie yang terlihat canggung, Enji tertawa dan berkata, "Hehe. Kamu nggak perlu gugup, ini memang tradisi di tempat kita. Lagi pula, ini juga penting untukmu."Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala. Bagi mereka, ini memang hal yang wajar dan harus dilakukan.Guntur juga segera bangkit dan berkata, "Semuanya, jangan basa-basi lagi. Cepat maju dan bersujud pada Kak Adjie."Mengingat adegan sebelumnya di mana Adjie membunuh orang dengan begitu tegas, Guntur benar-benar merasa trauma. Dia merasa dirinya sudah cukup kejam, ternyata Adjie malah lebih kejam lagi.Beberapa saat kemudian, Adjie akhirnya berkata, "

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3144

    Mendengar perkataan itu, semua orang tertegun sejenak. Mereka benar-benar tidak tahu masalah apa yang dimaksud Enji.Pada saat itu, Guntur yang duduk di bawah berkata, "Bos, langsung katakan saja."Melihat Guntur berkata seperti itu, Enji tersenyum. Dia menunjuk ke arah Adjie dan berkata sambil tersenyum, "Semuanya, mulai sekarang Adjie ini akan menjadi wakil pertama kita. Jadi, kalau kelak kalian bertemu dengannya, jangan lupa memberi hormat."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang duduk di bawah langsung mulai berdiskusi. Mereka benar-benar tidak menyangka Adjie akan menjadi wakil pertama.Namun, dua anak buah yang sebelumnya membawa Adjie ke sini, saling memandang dengan ekspresi gembira. Menurut mereka, kesempatan mereka akhirnya datang juga. Saat ini, mereka berada di posisi terbawah di Desa Riwut ini. Oleh karena itu, mereka merasa sangat senang karena merasa mulai sekarang kehidupan mereka akan menjadi lebih baik.Pada saat itu, salah seorang di antara kerumunan tiba-t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status