Jihan juga tidak bodoh. Dia tahu Keluarga Barus akan datang, tetapi pasti datang dengan membawa syarat. Bahkan, Sigra mungkin akan meminta Jihan untuk membantunya.Jihan tahu semua ini. Meskipun tahu sangat sulit, dia tetap ingin mencoba. Bagaimanapun, Kerajaan Nuala sangat membutuhkan Keluarga Barus sekarang."Meminta sesuatu? Ya ... benar juga ...." Saiqa menghela napas. Hal ini tidak perlu diragukan lagi.Karena sudah datang, Keluarga Barus tentu akan mengajukan syarat. Jika tidak, mana mungkin mereka bersedia membantu Ratu? Lagi pula, ambisi Keluarga Barus sama besarnya dengan Keluarga Juwanto."Sebenarnya, cara terbaik bagi mereka adalah nggak perlu datang. Dengan cara ini, mereka pun bisa mengambil kesempatan saat dunia benar-benar kacau. Kalau istana dan Keluarga Juwanto sama-sama rugi, hasilnya tentu akan menjadi yang terbaik untuk Keluarga Barus," ucap Jihan tanpa daya."Jadi, kenapa Keluarga Barus memilih untuk datang? Apa hanya untuk mengajukan syarat? Tapi, Yang Mulia, syar
Jihan langsung berbicara terus terang. Bagaimanapun, dia sudah pernah menyebutkan masalah ini kepada Sigra sebelumnya.Sigra melirik Jihan sekilas. Setelah merenung sejenak, dia baru berkata, "Jihan, aku datang karena kita ini saudara kandung. Kamu pasti tahu Ayah akan menentang perbuatanmu ini kalau dia masih hidup, 'kan?"Sigra tidak ingin berbicara dari sudut pandangnya, melainkan dari sudut pandang ayahnya agar Jihan bisa memahami kebenaran ini. Meskipun sudah pernah mengatakannya waktu itu, Sigra masih ingin mengulanginya."Aku ... aku ngerti ...." Jihan mengangguk. Dia tentu tahu apa tujuan Keluarga Barus selama bertahun-tahun ini.Kini, yang paling bisa diharapkan hanya Jihan seorang. Ayahnya pasti akan marah besar jika tahu Jihan tidak membantu Keluarga Barus, bahkan tidak akan mengakuinya sebagai anaknya lagi.Jihan memahami semua ini. Namun, dia tidak bisa menyerah atas Kerajaan Nuala dan tidak ingin Raja Bakir kecewa padanya. Jika mengkhianati suaminya, Jihan akan malu untuk
Terutama Kerajaan Agrel, kekuatan mereka berkembang pesat. Kalau bukan karena Kerajaan Nuala sedang mengalami perselisihan internal, mereka mungkin sudah melancarkan serangan besar!Keluarga Juwanto juga tidak berani sembarangan merebut Provinsi Ladu yang telah dikuasai Kerajaan Agrel. Sebaliknya, mereka merebut Provinsi Suntra dan mengusir bangsa Monoma. Hal ini tentu karena kekuatan Kerajaan Agrel terlalu mengerikan."Jihan, sebenarnya rakyat nggak berharap apa pun lagi dari Kerajaan Nuala. Bandit telah merajalela di berbagai tempat. Kalau nggak bisa makan kenyang, siapa yang mau pergi membasmi para bandit itu?" lanjut Sigra.Sigra menganalisis semua ini supaya Jihan bisa memahaminya. Baik Keluarga Barus ataupun Keluarga Juwanto, tidak ada yang bisa menghentikan kekacauan ini. Hanya saja, kedua keluarga ini sama-sama mengambil inisiatif.Jika kekacauan makin parah, mungkin banyak orang yang berpikiran untuk merebut takhta. Kerajaan Nuala yang sekarang tidak ada bedanya dengan kapal d
Selesai mengatakan semua itu, ekspresi Sigra juga terlihat muram. Bagaimanapun, ini kesempatan besar untuk Keluarga Barus. Namun, Jihan malah menghentikan langkah Keluarga Barus hanya demi Kerajaan Nuala yang telah hancur. Bagaimana bisa Sigra tidak marah?Kini, terjadi krisis besar di Kerajaan Nuala. Jihan bahkan meminta bantuan dari mereka. Sebenarnya, Sigra ingin sekali memarahi adiknya ini supaya bisa berpikir dengan jernih!Meskipun mencintai Raja Bakir dan putranya, Jihan tidak perlu membuat kerja keras Keluarga Barus selama ini menjadi sia-sia. Siapa yang telah membesarkannya? Siapa yang telah mendidiknya? Siapa yang telah memberinya kesempatan menikah dengan keluarga Kerajaan? Siapa pula yang memberinya kepercayaan diri untuk menjadi ratu?Tentu saja Keluarga Barus! Namun, Jihan malah melakukan hal seperti ini demi Raja Bakir. Perbuatan ini sungguh membuat Sigra murka.Jihan menarik napas dalam-dalam sembari menatap kakaknya. Dia juga tahu tindakannya ini tidaklah pantas. Namun
Sigra tertegun sejenak setelah mendengar ucapan Jihan. Namun, Sigra juga paham. Jihan ingin putranya dan Raja Bakir menjadi raja, tetapi ... Jihan tidak peduli seberapa lama putranya bisa menduduki posisi raja. Jika begitu, Sigra tahu apa yang harus dilakukannya.Sigra berkata, "Jihan, kalau begitu, aku akan memberimu jawaban yang pasti. Sekarang, kamu bisa menyokong Jefry menjadi raja dan kami bisa membantumu mempertahankan Kerajaan Nuala. Tapi, setelah menyingkirkan Keluarga Juwanto, Kerajaan Nuala akan menjadi milik Keluarga Barus. Nantinya, aku jamin kamu dan anakmu akan menikmati kemewahan seumur hidup."Sigra tersenyum. Akhirnya, dia yang menang dalam negosiasinya dengan Jihan kali ini. Jika Jihan berpikiran seperti ini, berarti dia tidak ingin bertarung lagi. Lagi pula, Sigra memang tidak membohongi Jihan.....Di Dusun Darmadi, Wira sedang minum teh di rumahnya. Tiba-tiba, Dewina berjalan masuk dengan ekspresi cemas dan buru-buru melapor, "Suamiku, gawat. Ada masalah besar!""A
Pemimpin itu mengangguk dan ekspresinya tampak serius. Dia berujar dengan dingin, "Ayo, kita cegat mereka!"Setelah pemimpin memberi perintah, segerombolan pria berpakaian hitam itu segera berjalan menuju ke bawah gunung. Sementara itu, Dewina yang mengikuti Wira terlihat gugup. Dewina merasakan ancaman di sekitar mereka. Untung saja, Danu dan belasan Pasukan Zirah Hitam mendampingi mereka, jadi Dewina merasa sedikit aman.Dewina berucap, "Suamiku, kita ...." Sebelum menyelesaikan perkataannya, Dewina mendengar suara di sekitar.Ekspresi Danu menjadi muram, dia langsung mundur ke sisi Wira dan Dewina untuk melindungi mereka berdua. Tak lama kemudian, segerombolan bandit bergegas mendatangi rombongan Wira. Dewina yang terkejut menarik lengan baju Wira dan bersembunyi di belakang Wira.Danu dan belasan Pasukan Zirah Hitam seketika menjadi waswas. Mereka menatap para bandit dengan ekspresi garang. Wira tertegun saat bertemu dengan bandit. Dia berpikir mungkin ada bandit baru menguasai gun
Danu yang berada di sebelah juga menjadi sangat waspada. Namun, jumlah lawan mereka sangat banyak. Tidak peduli seberapa hebat pun dirinya dan Pasukan Zirah Hitam, lawan mereka berjumlah sekitar 1.000 orang. Perbedaan jumlah yang sangat banyak ini sangat merugikan mereka.Danu pun secara refleks membawa orang untuk melindungi Dewina dan Wira agar mereka tidak diserang secara diam-diam oleh lawan mereka.Wira juga tahu apabila tidak bisa melarikan diri kali ini, mereka semua pasti akan mati di sini. Oleh karena itu, dia diam-diam memasukkan tangannya ke saku dan bersiap-siap untuk menggunakan senjata andalannya di saat-saat genting.Orang yang memimpin di paling depan itu tidak mengetahui tentang kehebatan Wira. Dia terlihat sangat sombong, lalu mengancam Wira dengan dingin, “Wira, maaf. Salahkan saja dirimu karena sudah menyinggung orang yang nggak sepantasnya kamu singgung. Tindakanmu itu memang sangat konyol!”“Kalian, cepat bunuh mereka! Bertindaklah dengan cepat, jangan sampai mere
Prabu pun tersenyum sinis. Dia mengelus dagunya dan berkata dengan suara berat, “Orang bernama Wira itu punya kemampuan yang sangat hebat. Ingin membunuhnya dengan cara biasa nggak akan begitu gampang. Jadi, kita harus memikirkan cara untuk memancingnya keluar dari Dusun Darmadi dulu. Setelah itu, kita baru bisa membunuhnya dengan gampang.”“Tuan Prabu memang bijak.” Wakil jenderal itu berkata, “Nggak peduli seberapa hebat pun Wira, asalkan bisa memancingnya keluar dari Dusun Darmadi, 1.000 orang itu pasti bisa membunuhnya!”Prabu tertawa sambil menatap ke kejauhan dengan mata berapi-api. Kemudian, dia mendengus, “Benar! Bukannya Wira mengaku kecerdasannya itu nggak tertandingi? Berhubung begitu, aku mau tahu bagaimana dia bisa melarikan diri dari serangan pasukan sebanyak 1.000 orang.”“Tuan, orang yang kamu utus itu adalah para ahli. Begitu mereka bertemu dengan Wira, Wira pasti akan mati!” jawab wakil jenderal itu.Kemudian, kedua orang itu saling memandang dan tertawa. Prabu terlih
Kresna telah mendengar tentang tindakan Senia sebelumnya. Senia telah berulang kali mencoba membunuh Wira secara diam-diam, tetapi setiap kali hasilnya selalu nihil. Bahkan, semua usahanya berakhir dengan kegagalan total.Senia bahkan hampir mengorbankan putranya sendiri dalam proses itu. Jika Senia sendiri tidak mampu melakukannya, bagaimana mungkin dia mengharapkan dirinya dan Ararya untuk membunuh Wira?Atau mungkin ... Senia sebenarnya berniat membunuh dirinya dan Ararya? Hanya saja, dia berencana menggunakan tangan Wira untuk melakukannya?Kresna tak kuasa merinding. Di satu sisi ada serigala, di sisi lain ada harimau. Dia merasa seperti orang yang berdiri di jembatan rapuh, tidak tahu harus melangkah ke mana dan tidak berani bergerak sembarangan.Apa pun keputusan yang diambilnya, itu bisa membawa kehancuran pada dirinya sendiri dan tidak ada jalan kembali. Menyesal pun tidak akan ada gunanya!Setelah hal ini disampaikan kepada Ararya, Ararya pasti juga akan secemas dirinya."Dar
"Pergilah," ujar Senia sambil memijat pelipisnya dengan lembut. "Aku tunggu kabar darimu."Pada sore harinya, Dahlan tiba di kediaman Kresna. Saat ini, dia sedang duduk di aula utama kediaman Kresna.Meskipun Dahlan selalu terlihat tunduk dan penuh hormat karena takut pada ibunya, di sini dia justru menunjukkan sikap yang sangat berbeda, penuh wibawa dan angkuh.Dahlan duduk di kursi utama sambil meminum teh dengan tenang, menunggu Kresna yang tak kunjung datang."Raja Kresna, kamu membuatku menunggu begitu lama. Sepertinya kamu nggak menghormatiku," sindir Dahlan.Kresna buru-buru mengangkat tangannya sebagai tanda memohon maaf. "Pangeran, kenapa bicara begitu? Aku baru saja dapat kabar tentang kedatanganmu dan langsung datang secepat mungkin. Kalau kamu tersinggung, mohon maafkan aku."Dahlan mendengus dingin, lalu meletakkan cangkir tehnya. Tatapannya langsung beralih ke orang-orang yang berada di aula.Kresna segera mengerti maksudnya dan memerintahkan semua orang untuk pergi. Tida
Menangkap pemimpin untuk menghancurkan pasukan! Ini adalah cara terbaik!Sebenarnya mereka sudah mencoba membunuh Wira beberapa kali sebelumnya, tetapi hasilnya selalu mengecewakan. Namun, kali ini berbeda.Senia telah memutuskan untuk tidak menyembunyikan niatnya lagi. Dengan demikian, dia bisa bertindak lebih bebas tanpa ragu.Ini adalah kesempatan sempurna untuk menyerang Wira secara langsung dan terbuka. Jika berhasil menyingkirkan Wira, itu akan menjadi hasil terbaik. Namun, jika tidak, paling-paling mereka akan memutuskan hubungan mereka. Hasil ini tidak akan berdampak pada apa pun.Dahlan tiba-tiba berkata, "Tapi, saat ini kita nggak punya orang yang cukup kuat untuk melakukannya. Bahkan, kita hampir kehabisan ahli di pihak kita. Setahuku, Wira membawa beberapa ahli di sisinya.""Kalau kita mengirim orang sekarang, bukankah hanya akan mengorbankan mereka tanpa hasil?"Bahkan, Panji tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dan akhirnya kehilangan nyawanya. Dahlan tidak kepikiran si
"Benar!"Di hadapan ibunya, Dahlan tidak perlu menyembunyikan apa pun. Dia langsung mengangguk dengan tegas. Kekhawatirannya memang terletak pada Kresna dan Ararya.Kedua orang ini memegang kekuasaan militer. Meskipun kekuatan mereka telah dibatasi oleh Senia selama bertahun-tahun, mereka tetap tak terkalahkan hingga sekarang.Di wilayah mereka, mereka seperti raja kecil, memerintah wilayah sendiri. Hal ini jelas adalah ancaman bagi kekuasaan Senia.Dulu, Senia tidak terlalu memedulikan mereka karena dia memiliki Panji di sisinya. Panji bahkan mampu menciptakan makhluk beracun yang menakutkan. Sekalipun di medan perang, makhluk beracun tetap bisa membuat posisi mereka unggul.Namun, dengan kematian Panji, Senia kehilangan sosok yang bisa diandalkan. Inilah yang paling dikhawatirkan Dahlan.Jika mereka memutuskan untuk memulai perang dengan Wira saat ini, lalu Raja Kresna serta Raja Ararya menyerang dari belakang, itu akan menjadi krisis besar. Hasil akhirnya bisa dipastikan akan sangat
Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad
Keesokan pagi, Wira dan rombongannya berangkat. Osman memimpin para pejabat untuk mengantar kepergian mereka. Terlihat jelas bahwa Osman sangat menghormati Wira.Selain itu, seluruh rakyat turut mengantar saat tahu Wira akan pergi. Harus diakui bahwa Wira sangat dicintai oleh rakyat.Bukan hanya di Provinsi Yonggu dan Provinsi Lowala, bahkan di wilayah lain pun Wira sangat dihormati. Bagaimanapun, pengorbanan Wira memang tidak kecil. Namun, semuanya membuahkan hasil yang sepadan.Saat Wira dalam perjalanan kembali ke Provinsi Yonggu, situasi di Kerajaan Agrel kurang baik.Saat ini, Senia duduk di singgasananya dengan wajah suram. "Apa kabar ini benar?"Senia baru mendapat kabar bahwa semua orang yang diutusnya ke wilayah barat tewas. Bahkan, Panji juga tidak bisa kembali lagi. Padahal, Panji adalah kartu trufnya yang terpenting.Karena ucapan Panji, Senia baru bersedia mengeluarkan 5 miliar gabak untuk berdamai dengan Wira. Jika tidak, dia lebih memilih untuk mengorbankan putranya dari
Di wilayah dua provinsi yang damai tanpa konflik ataupun perang, tentu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun anehnya, meskipun bisa tinggal di rumah besar di luar, ada yang memilih rumah sederhana di Dusun Darmadi. Hal ini memang sulit dimengerti. Mungkin, Dusun Darmadi memberikan rasa aman bagi Ramath."Hasil terbesar yang kami capai dalam perjalanan kali ini adalah membunuh Jaran. Selain itu, Caraka yang selalu mengikuti Senia, juga tewas di tangan kami. Dengan kematian mereka berdua, kekuatan Senia jelas berkurang banyak," ucap Wira dengan puas.Ini adalah pencapaian terbesar dari perjalanan kali ini, wajar jika Wira merasa senang.Para hadirin di sekitar mengangguk setuju. Mereka juga tidak menyukai orang-orang dari Kerajaan Agrel. Ketika perang besar empat kelompok terjadi, Kerajaan Agrel adalah pihak yang menekan mereka paling keras.Meskipun sekarang situasi sudah damai, orang-orang dari Kerajaan Nuala tetap menyimpan dendam dan menjaga jarak dengan Kerajaan Agrel. Konfl
"Tuan Wira, kamu sangat senang dengan kesembuhan Lucy sampai melupakan temanmu ini. Aku ini raja lho. Aku sampai datang ke gerbang kota untuk menyambutmu. Setidaknya, kamu harus menjaga harga diriku sedikit.""Kalau terus membuatku berdiri di sini, apa yang akan dikatakan para menteriku nanti? Kelak gimana aku bisa mempertahankan wibawaku di depan mereka?"Osman berkata sambil tertawa. Jelas, itu hanya candaan tanpa maksud serius. Dia tidak mungkin benar-benar menyimpan dendam terhadap Wira.Wira tersenyum sambil menggeleng. Pemuda ini memang nakal. Para menteri yang hadir pun ikut tersenyum."Sudah, sudah, sejak kapan kamu jadi orang yang suka cemburu? Sekarang kamu seorang raja. Kamu seharusnya bicara yang bijak. Kalau nggak, kelak kamu benaran sulit mempertahankan takhtamu!" Wira ikut bercanda.Di tengah tawa dan obrolan santai, Wira dan rombongan memasuki ibu kota. Karena sebelumnya sudah mengetahui kepulangan Wira, Osman telah menyiapkan perjamuan.Ketika Wira tiba bersama rombong
Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika